Perancangan Media Komunikasi Visual

Perancangan Media Komunikasi Visual

Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye Imunisasi Campak Di Denpasar Bali.

Kiriman: I Ketut Baskara, Mahasiswa PS. Desain Komunikasi Visual ISI Denpasar.

1. Prinsip Keseimbangan

Keseimbangan adalah kesamaan distribusi dalam bobot. Mendesain dengan keseimbangan cenderung dirasakan keterkaitan bersama, kelihatan bersatu, dan perasaan harmonis.

Simetris: yaitu terkesan resmi atau formal (sama dalam ukuran, bentuk, bangun dan letak dari bagian-bagian atau obyek-obyek yang akan disusun di sebelah kiri dan kanan garis suatu sumbu khayal.

Asimetris: yaitu terkesan tidak resmi atau informal tetapi tampak dinamis apabila garis, bentuk, tangan, atau massa yang tidak sama dengan ukuran, isi atau volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti aturan (Kusmiati, 1999:11).

Keseimbangan horizontal: keseimbangan yang diperoleh dengan menjaga keseimbangan antara bagian bawah dan bagian atas.

2. Prinsip Titik Fokus

Prinsip titik fokus menonjolkan salah satu unsur untuk menarik perhatian. Misalnya antara merek dan ilustrasi. Keduanya merupakan dua unsur yang saling berebut perhatian. Agar tidak membingungkan konsumen maka diperlukan suatu penonjolan baik dari segi warna maupun dari segi ukuran.

3. Prinsip Hirarki Visual

Merupakan prinsip yang mengatur elemen-elemen mengikuti perhatian yang berhubungan secara langsung dengan titik fokus. Tiga pernyataan penting mengenai hirarki visual yaitu:

Mana yang anda lihat pertama?

Mana yang anda lihat kedua?

Mana yang anda lihat ketiga?

Perancangan Media Komunikasi Visual Selengkapnya

Angklung Buun Baduy Diminati Warga Bali

Angklung Buun Baduy Diminati Warga Bali

Lebak – Seni angklung buun Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, diminati warga Provinsi Bali untuk menghibur acara adat maupun pemerintahan daerah setempat.
“Kami sering mendapat undangan dari Pemerintah Provinsi Bali untuk menghibur masyarakat,” kata Pimpinan Seni Angklung Buun Baduy, Rasudin, di Rangkasbitung, Selasa.
Ia mengatakan, kesenian angklung buun berkembang sudah ratusan tahun di pedalaman Baduy dan biasanya untuk merayakan panen padi huma.
Setiap kali tampil melibatkan antara 12 sampai 17 orang, diantaranya pemain angklung, pemukul kendang dan penyanyi.
Kesenian tersebut memiliki etnik adat dengan didominasi bunyian-bunyian angklung terbuat dari bambu dan kendang.
“Saat ini masyarakat kita banyak menyukai musik-musik adat karena dinilai unik dan enak didengar,” katanya.
Dia juga menyebutkan, pihaknya sering kali tampil di Provinsi Bali, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta untuk menghibur masyarakat.
“Kami sekali tampil mendapat bayaran antara Rp5 sampai Rp10 juta,” katanya.
Menurut dia, kesenian angklung buun merupakan bagian seni sunda karena didominasi bunyi nada angklung yang terbuat dari bambu.
Selain itu juga lagu-lagunya, seperti pileleyan, rujak gadung, buang manggu dan lainya.
“Jika warga melihat langsung seni angklung buun pasti selalu ingin goyang dan menari karena bunyian didominasi pukulan kendang,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Budaya, Pemuda dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Djujum mengatakan pihaknya saat ini terus membina seni budaya Baduy tersebut karena memiliki daya tarik tersendiri.
“Saya yakin seni angklung buun Baduy bisa ke pentas nasional maupun internasional,” ujarnya.

Sumber tulisan: antaranews.com

Sumber foto: piyok.blogspot.com

Warga Belanda Terpukau Wayang Kontemporer “Willem van Oranje”

Warga Belanda Terpukau Wayang Kontemporer “Willem van Oranje”

Delft  – Penampilan wayang kulit kontemporer “Willem van Oranje” yang dibawakan Ki Ledjar Soebroto asal Yogyakarta didampingi cucunya Ananto Wicaksono berhasil memukau lebih dari 600 penonton dalam enam kali pertunjukkan di Museum Nusantara, Delft, Belanda, Minggu.
Rangkaian pertunjukkan wayang kulit “Willem van Oranje” sebagai bagian dari dibukanya kembali Museum Nusantara Delft, ujar Ananto Wicaksono dalam wawancara khusus dengan koresponden Antara London, Minggu.
Pertunjukkan wayang kulit Willem van Orange yang berlangsung selama satu jam itu dengan penampilan wayang yang mengambarkan tokoh dalam sejarah itu diiringin dengan musik yang mendukung suasana pementasan.
Salah seorang penonton asal Belanda, Geert van Waveren mengakui pertunjukkan wayang kontemporer menceritakan kisah Willem van Oranje merupakan pertunjukkan yang sangat unik dan menarik.
Geert van Waveren, spesialis anak mengakui pertunjukkan wayang kontemporer itu merupakan pertunjukkan wayang yang berbeda dengan pertunjukkan wayang biasanya dan baru pertama kali dilihat.
Pertunjukan Wayang Kulit “Willem van Oranje” yang pertama kali dilakukan di Belanda 11 Maret lalu itu menceritakan kisah penguasa Belanda Willem van Oranje yang terbunuh di tahun 1584 oleh Balthasar Gerards asal Perancis.
Pangeran William yang dijuluki dan dikenal sebagai William dari Orange atau nama panggilan William Diam, dan di Belanda sering disebut sebagai Bapa Bangsa.
Menurut Ananto Wicaksono, bagi bangsa Belanda, Pangeran William yang lahir di Castle Dillenburg , 24 April 1533, mendapat tempat istimewa dihati mereka.
Disebutkan pada awalnya William menjadi gubernur untuk raja Spanyol namun kemudian inisiator menentang dan sekaligus pemimpin pemberontakan melawan penguasa dari Belanda- Spanyol, Raja Philip II.
Pertunjukkan wayang kulit buatan Mbah Ledjar seringkali ditampilkan di Tong Tong Fair, pagelaran Eurasia terbesar di Eropa yang digelar tiap tahun di Den Haag merupakan pesanan khusus Museum Nusantara.
Dua tahun lalu Ki Ledjar Soebroto membawakan Wayang Revolusi. Tahun ini rencananya Ki Ledjar akan membawakan Wayang Kulit mengenai meletusnya Gunung Merapi tahun lalu.
Selain pertunjukkan wayang kulit tersebut, satu set wayang kulit buatan Ki Ledjar Soebroto juga dijadikan koleksi permanen di museum tersebut.
Wayang Kulit buatan Ki Ledjar lainnya juga telah menjadi koleksi permanen di berbagai museum di Belanda, antara lain Wayang Kulit VOC di Westfries Museum, Hoorn, dan Wayang Kancil di Tropenmuseum, Amsterdam.
Menurut Cindy Smits, warga Belanda yang juga mengajar di Instituut Indonesische Cursussen di Leiden, pertunjukkan sore itu sangat menarik dan berbeda dengan pertunjukan wayang yang ia lihat sebelumnya.
Sementara itu seorang arkeologi di salah satu Prof Hedi Hinzler yang membantu terlaksananya pagelaran wayang Willem van Oranje mengakui bahwa digelarnya pertunjukkan wayang tersebut menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat Belanda khususnya anak anak.
Hedi Hinzler, ahli purbakala Asia mengakui bahwa dengan digelarnya pertunjukkan wayang “Willem van Oranje” , warga Belanda bisa menyaksikan sejarah dalam bentuk lain.
Menurut Nanang, dibuatnya wayang yang mengisahkan perjuangan Pangeran William dalam bentuk wayang bertujuan sebagai wahana pendidikan anak-anak untuk memahami tentang sejarah Belanda.
Selain dalam bentuk wayang yang akan dipamerkan, juga disertai pemutaran film animasi Wayang William van Oranje yang dibuat Ananto Wicaksono sendiri.

Sumber: antaranews.com

Lukisan S. Sudjojono Diperkirakan Laku Miliaran Rupiah

Lukisan S. Sudjojono Diperkirakan Laku Miliaran Rupiah

HONG KONG – Lukisan S. Sudjojono dianggap berkualitas dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Lukisan karya S. Sudjojono yang menggambarkan suasana desa di Indonesia pada tahun 1940-an diperkirakan akan laku miliaran rupiah dalam lelang Sotheby’s di Hong Kong, Senin (4/4).

Lukisan berjudul “Kami Hadir Ibu Pertiwi” tersebut dianggap salah satu bintang dari ratusan lukisan Asia Tenggara yang dilelang oleh Sotheby’s. “Karya Sudjojono ini memiliki arti sejarah yang penting dan punya nilai artistik yang tinggi,” kata Mok Kim-Chuan, kepala departemen lukisan Asia Tenggara Sotheby’s kepada kantor berita “AFP” yang dilansir “BBC”.

“Itulah sebabnya saya optimistis lukisan ini akan terjual mahal,” tandasnya.

Bersama lukisan Sudjojono dilelang pula 144 lukisan lain yang diduga akan terjual setidaknya US$4,6 juta atau sekitar hampir Rp 40 miliar.

Harga karya seni Indonesia naik sejak pertengahan 2000-an. Mok mengatakan lukisan-lukisan Indonesia sekarang bisa berharga jutaan dollar sementara pada 1999 harga paling tinggi hanya US$8.000.

“Bagi dunia, Indonesia sekarang dianggap sebagai pasar baru yang sangat potensial,” papar Mok.

“Bali Life” karya perupa Indonesia modern Lee Man Fong terjual US$3,24 juta (sekitar Rp 28 miliar) dalam lelang Sotheby’s tahun lalu, membuatnya menjadi karya seni dari Asia Tenggara termahal yang pernah dilelang.

Lukisan “The Man From Bantul” karya I Nyoman Masriadi laku US$1 juta (sekitar Rp 9 miliar) atau lima kali lebih tinggi dari perkiraan awal dalam lelang pada 2008.

Sumber tulisan: pikiran-rakyat.com

Sumber foto: rnw.nl

Puri Karangasem Menjalin Kekerabatan Dengan Masyarakat Islam Dan Sebagai Pengayom Kesenian

Puri Karangasem Menjalin Kekerabatan Dengan Masyarakat Islam Dan Sebagai Pengayom Kesenian

Kiriman AAA Kusuma Arini, SST., MS.i., Dosen PS Seni Tari ISI Denpasar

I. Menjalin kekerabatan dgn masyarakat Islam

a.   Sejarah asal mula meluaskan daerah kekuasaan ke P.Lombok, (Lombok Barat  sebagian besar beragama Hindu), ada dua versi menurut babad Sasak, Babad Karangasem dan cerita dari orang2 tua.

– 3 raja bersaudara memerintah bersama dan seorang diantaranya yi A.A.Anglurah Kt.Karangasem akan memimpin pasukan ke Lombok pd  tahun 1692.

– Versi I sbg petunjuk keponakan raja seorang yg sakti, lihatlah diseberang timur lautan tanahnya subur, jangan ke Barat, berarti berani pd raja yg lebih perkasa

– Versi II atas permohonan Arya Banjar Getas yg mengutus adiknya Arya Kertawaksa menghdp raja Karangasem mohon bantuan untuk mengalahkan raja Selaparang.

– Saat berangkat pagi-pagi dari pantai Jasri dgn empat buah perahu dan empat puluh prajurit kebal dari desa Seraya dibawah pimpinan A.A Anglurah Kt.Karangasem dan Arya Kertawaksa, daun2 pohon kepel yg ada di pura Bukit jatuh berguguran menjelma menjadi ribuan kupu2 kuning.  Gerombolan kupu2 kuning terbang memenuhi angkasa sebagai pemandu dan pelindung perahu2 yg menyeberangi Selat Lombok yg terkenal deras arusnya.

–  Prajurit Selaparang yg siaga dipantai lari berhamburan karena mengira yg datang ribuan prajurit, namun hal itu dikelabui oleh kilauan cahaya kupu2 kuning tsb

Setelah laskar Karangasem tiba dipantai Lombok,  gerombolan kupu2 kuning itupun menghilang diangkasa.

–  Dalam perang selama 117 hr tsb, dikala para prajurit istirahat makan dengan pola magibung, mereka membuat atraksi dengan menyanyikan tembang2 Sasak diiringi  tarian sambil duduk. Atraksi tsb akhirnya menjadi sebuah suguhan yg menarik yg kemudian disebut Cakepung, berasal dari kata Jag Kepung yg artinya ayo kejar.

–          Demikian pula selama istirahat mereka latihan perang dgn mengenakan penangkis badan yg disebut tamiang atau ende dan sebuah tongkat dari rotan. Latihan ini selanjutnya menjadi tari Gebug Ende yg sekarang masih dilestarikan di desa Seraya sbg peninggalan leluhur mereka

b.   Setelah raja Selaparang mengakui kekalahan maka sekitar tahun 1720an berdiri kerajaan yg berlokasi di Cakranegara dgn raja pertama A.A.Anglurah Kt.Karangasem yg memimpin peperangan itu. Beliau merupakan 6 generasi diatas raja Karangasem terakhir yg memiliki nama yg sama. Beberapa tahun kemudian muncul kerajaan Mataram.

–          Semenjak itulah secara evolusi terjadi akulturasi kebudayaan Sasak dan Bali, antara lain cara2 berpakaian, nama2 makanan, jenis2 tembang, kesenian dsbnya yg dilestarikan sampai sekarang. Demikian pula bila raja pulang ke Bali membawa serta pengiring orang Sasak dan kembali ke Lombok diikuti pengiring orang2 Bali.

Puri Karangasem Menjalin Kekerabatan Dengan Masyarakat Islam Dan Sebagai Pengayom Kesenian selengkapnya

Loading...