by admin | Apr 25, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Gede Suwidnya, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.
18 Maret 2011 adalah hari dimana para dosen dan mahasiswa mengawali keberangkatannya menuju Jakarta. Tepat pukul 19.00 rombongan ISI Dps (bapak/ibu dosen beserta mahasiswa/mahasiswi fakultas seni pertunjukan ISI Denpasar semester II, IV dan VI) melaksanakan persembahyangan di pura padmasana ISI Dps guna memohon keselamatan di dalam keberangkatan menuju Jakarta, suasana khidmat dan penuh suka cita menggambarkan betapa harmonisnya hubungan yang terjalin antara manusia dengan Tuhan (parhyangan). Setelah pesembahyangan usai kami bergegas dan mempersiapkan keberangkatan menuju bandara Ngurah Rai. Pukul 20.00 kami memulai perjalanan yang startnya dari kampus ISI Dps dengan menaiki bus pariwisata, tawa canda pun tak dapat terelakkan antara dosen dengan mahasiswa yang menjadikan suasana malam yang sepi berubah menjadi ramai. Tanpa terasa satu jam perjalanan sudah kami tempuh dan sampailah di bandara Ngurah Rai.Bording pas dibagikan sebagai persyaratan yang harus dimiliki oleh seluruh calon penumpang pesawat yang akan membawa kami terbang menuju Jakarta.
Sesampainya di bandara Ngurah Rai kami beristirahat sejenak sembari menunggu jadwal penerbangan yang sudah ditentukan. Tepat pukul 10.00 kami akhirnya meninggalkan Pulau Dewata, dalam penerbangan menuju bandara internasional Soekarno Hatta waktu yang ditempuh adalah 1 jam 30 menit. Ketegangan muncul disaat pesawat akan lepas landas terutama bagi para mahasiswa dan dosen yang baru pertama kali melakukan perjalanan keluar daerah dengan menggunakan pesawat, didalam pesawat seluruh alat komunikasi di non aktifkan guna menjaga keselamatan didalam penerbangan dan boleh diaktifkan kembali pada saat mencapai ketinggian yang sudah ditentukan. Betapa indahnya permukaan bumi yang selama ini kita pijaki jika dilihat dari ketinggian meski yang bisa di lihat pada mlam itu hanyalah kelap kilip lampu dan tebalnya awan yang menyelimuti angkasa. Di dalam pesawat seluruh penumpang disuguhi santap malam oleh para pramugari sehingga menjadikan penerbangan semakin mengasyikkan.
Tanpa terasa pukul 11.30 kami mendarat dan tiba di bandara internasional Soekarno Hatta, Btapa megah dan mewahnya bandara yang selama ini kami dengar dan saksian lewat media televisi itu. Seluruh rombongan kesenian ISI Dps akhirnya dijemput menggunakan bis pariwisata yang kemudian di antar menuju tempat peristirahatan yaitu di Desa Wisata Taman Mini Indonesia Indah. Ramainya kota jakarta dan megahnya gedung-gedung pencakar langit menjadi pemandangan indah malam ini. Rasa ngantuk tak bisa terelakkan lagi, sesampainya di tempat peristirahatan kami seluruh rombongan disambut hangat oleh Rektor ISI Dps Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A beserta Ibu yang sudah tiba mendahului kami. Senyum dan tawa dari beliau terpancar karena melihat kedatangan kami semua tiba dengan selamat. Kami selaku mahasiswa membalas senyum dan tawa beliau karena melihat beliau mengenakan celana pendek (celana olahraga) dan baju kaos oblong. Begitulah keakraban yang seharusnya selalu terjalin antara mahasiswa dengan dosen. Santap malam disuguhkan sebelum kami beristirahat untuk melepas lelah.
Malam pertama kami lewati dan pagipun tiba, bangga terasa bisa melihat sang surya terbit dari Jakarta. Berbagai kegiatanpun dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa, ada yang olahraga, mandi, bahkan makan pagi yang sudah terhidang di atas meja makan yang sudah dihidangkan. Pukul 10.00 kami bergegas untuk melakukan geladi kotor yang bertempat di Gor A. Yani Mabes TNI Cilangkap – Jakarta. Awal perjalanan pun dimulai dengan penuh semangat,harapan dan keyakinan untuk mengharumkan nama lembaga Institut Seni Indonesia Denpasar dan untuk mewakili umat Hindu khususnya Bali dan Indonesia pada umumnya. Sesampainya di tempat yang akan diselenggarakan acara, kami langsung mempersiapkan seluruh peralatan dari menyeting gamelan sampai kostum penari yang akan dipergunakan. Rasa tegang dan waswas selalu menghantui namun berkat kekompakan dan komunikasi yang terjalin erat dari seluruh personil maka semuanya berjalan lancar. Namun ada beberapa evaluasi yang harus dilakukan guna memantapkan garapan yang akan dipertunjukkan di depan Presiden RI beserta Ibu Haji. Ani Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden RI beserta Ibu Haji Herawatie Boediono, Pimpinan Lembaga Tinggi Negara, para Menteri Kabinet Bersatu kedua, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, para Kepala Staf Angkatan, dan seluruh undangan umat. Setelah latihan geladi kotor usai kami kembali ke penginapan tuk beristirahat.
Dosen Mahasiswa Menjadi Satu selengkapnya
by admin | Apr 25, 2011 | Berita
Bandung – Sejumlah dalang mancanegara mendambakan dapat menampilkan kebolehannya di hadapan publik di Indonesia sebagai wujud kecintaan dan kerinduannya akan wayang sebagai salah satu kekayaan budaya nasional dan internasional.
“Dalang mancanegara mendambakan tampil di Indonesia, tanah kelahiran wayang. Mereka selalu kontak,” kata Direktur Bandung Wayang Festival, Bambang Wijayanto di Bandung, Selasa.
Menurut Bambang sejumlah pelaku seni sejenis wayang di sejumlah daerah seperti Eropa, Asia Timur menyatakan minatnya untuk tampil di Indonesia, khususnya di Bandung.
Wayang saat ini sudah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, sehingga Indonesia merupakan tanah kelahiran wayang yang selama ini tetap eksis melahirkan karya dan pelaku pertunjukan wayang.
Untuk itu, Bandung Wayang Festival 2011 menyediakan ruang bagi dalang mancanegara untuk manggung. Beberapa diantaranya menampilkan karya mereka melalui tayangan digital maupun animasi.
“Dalang di luar negeri rindu tampil di Indonesia yang masih memiliki ruang untuk pentas seni tradisi itu, di negara mereka lebih banyak orang mensponsori band modern,” kata Bambang.
Khusus bagi Jawa Barat yang sejumlah jenis wayang seperti wayang golek, pantun, kulit dan lainnya memiliki potensi untuk mengangkat potensi daerah di pentas internasional.
“Saya kira saatnya sekarang wayang golek mengambil estafet wayang di Indonesia, sekaligus memastikan bisa mendorong sebagai industri yang bisa dikembangkan,” kata Bambang Wijayanto menambahkan.
Sumber: antaranews.com
by admin | Apr 24, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ida Bagus Purnawan, Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar
Fungsi, Bentuk dan Makna Angkul – angkul Rumah Adat Penglipuran
Pembagian daerah ruang rumah adat penglipuran terdapat perbedaan komposisi bangunan pada daerah sisi Kauh ( barat ) dan daerah sisi Kangin ( timur ). Rumah adat di sisi Kauh ( Barat ) rurung gede tempat suci ( sanggah ) terletak disebelah Utara Angkul-angkul, dan Bale adat terletak di sebelah selatan berada satu garis lurus dengan angkul-angkul sedangkan lumbung, Paon ( dapur ) terletak di sebelah barat sanggah dan loji menghadap ke timur di sebelah barat.
Angkul-angkul merupaka pintu masuk utama ke pekarangan rumah adat penglipuran di bagian depan rumah menghadap ke arah rurung gede. Angku-angkul di daerah penglipuran sedikit ada perbedaan dengan angkul –anagkul di desa seluruh bali. Angkul – angkul di desa penglipuran tidak berisikan pintu, seperti apa yang kita jumpai dibeberapa angkul – angkul rumah tradisional Bali lainnya, dimana angkul –angkul rumah tradisional Bali lainnya tertutup dengan pintu kwadi dan aling – aling untuk menghindari sirkulasi langsung dan akses langsung menuju tempat tujuan. Hal tersebut terkait dengan kepercayaan masyarakat desa adat penglipuran bahwa orang yang masuk dan berkunjung tersebut selalu bermaksud baik dan dengan konsep kerbukaan terhadap siapapun yang berkunjung ke rumah mereka tanpa ada halangan dan terbuka kepada siapapun. Ajaran Keagamaan dan Kepercayaan masyarakat desa Adat Penglipuran adalah ajaran Tantris dimana mereka memuja Leluhur dengan menganut paham Politheisme dengan Monumen pemujaan . Dengan masuknya ajaran Bali Arya dan pengaruh Hindu Majapahit, mereka mengenal Kayangan Tiga dan Padmasana.
Angkul –angkul di desa adat penglipuran merupakan orientasi utama pada tatanan ruang rumah adat desa penglipuran, dimana angkul – angkul juga merupakan pusat central komposisi rumah linier, dimana setiap pertemuan angkul – angkulnya terdapat halaman antara jalan besar ( rurung gede ) dengan rumah adat yang disebut dengan Lebuh. Sebagai fungsi Utama sirkulasi dari rumah adat sisi Kauh ( Barat ) dengan sisi Kangin ( Timur ) dimana angkul – angkul sebagai penghubung menuju masuk pekarangan rumah adat dengan rumah adat yang lainnya dari sisi yang berbeda, tetapi tegak lurus dengan angkul – angkul dari rumah adat didepannya. Dan seterusnya pada seluruh angkul – angkul di pemukiman rumah adat di desa adat penglipuran.
Ditinjau dari fungsi tidaklah berbeda dengan angkul –angkul pemukiman lasimnya di Bali, tetapi ditinjau dari arah dan orientasi, posisi angkul – angkul secara keseluruhan merupakan perlawanan dari landasan ashta kosali merupakan arah Numbak Bala ( berhadap – hadapan ), ini disebabkan rumah adat penglipuran menggunakan pola linier dan angkul – angkul merupakan pusat orientasi setiap pekarangan rumah, dengan pertimbangan akses masuk dan silang poros Tampak Dara dengan konsep Wra Bhineda.
Makna yang tersimpan didalamnya adalah angkul – angkul rumah adat penglipuran merupakan pekarangan yang merupakan satu kesatuan dengan pekarangan rumah lainnya, dengan kata lain tanpa batas kepemilikan dan rurung gede merupakan poros penyeimbang dari posisi karang rumah dapt. Sehingga tidaklah tabu untuk meletakan angkul – angkul yang berhadap-hadapan dengan rumah di seberangan rurung gede, karena filosofi rumah adat penglipuran bagaikan manusia tidur terlentang kedua sisinya adalah seimbang.
Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran, Bagian III selengkapnya
by admin | Apr 23, 2011 | Berita
YOGYAKARTA–Mayoritas perguruan tinggi di Indonesia tidak menerapkan sistem jaminan mutu. Dari 3.103 perguruan tinggi yang ada di Indonesia, tercatat hanya 24 perguruan tinggi saja yang berhasil menerapkan praktik baik dalam pengelolaan perguruan tinggi.
Tahun ini jumlah perguruan tinggi yang melakukan sistem ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2008 tercatat 68 perguruan tinggi menyelenggarakan praktik baik pengelolaan perguruan tinggi, kemudian pada 2009 menurun menjadi 10 perguruan tinggi dan kini turun lagi.
Direktur Akademik DIKTI Illa Sailah mengatakan penurunan jumlah perguruan tinggi yang melakukan praktik baik dalam pelaksanaan kegiatan mutu akademik ini disebabkan tidak dilaksanakan proses penjaminan mutu secara internal dan eksternal di masing-masing perguruan tinggi dan tidak konsistennya dosen-dosen perguruan tinggi dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan belajar-mengajar.
“Kami banyak menemukan perencanaan itu baru disusun ketika akan ada proses assessment akreditasi dari BAN,” kata Illa dalam seminar Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi di gedung pertemuan UC UGM.
Ila menyebutkan 24 PT yang masuk daftar tersebut masih didominasi perguruan tinggi ternama. Proses penilaian praktik baik PT dinilai dari kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan dengan adanya dokumen dokumen mutu, manual mutu, kebijakan mutu, SOP mutu, dan formulir mutunya, baik dilakukan di tingkat universitas, fakultas hingga program studi. “Dan itulah yang disebut praktek baik,” katanya.
Namun demikian, Ila mengaku tidak mudah menerapkan penjaminan mutu di kalangan perguruan tinggi. Pihaknya terus menyosialisakan pentingnya penjaminan mutu lewat perguruan tinggi bersangkutan dan kopertis.
“Proses diseminasi masih terus kita lakukan. Kami menganjurkan kepada setiap perguruan tinggi dengan dasar hukum yang sudah ada untuk segera menerapkan sistem penjaminan mutu baik internal maupun ekternal,” ujarnya.
Sumber: mediaindonesia.com
by admin | Apr 23, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.
Proses pembuatan kerajinan relief kayu ini melalui beberapa tahapan :
a. Penyiapan bahan
Sebelum proses pembuatan dilaksanakan diawali dengan penyiapan bahan baku. Pemilihan bahan yang tepat akan sangat menentukan kualitas kerajinan relief kayu. Dalam kerajinan relief kayu ini ada yang menggunakan kayu suar dan ada pula kayu jempinis karena miliki serat yang sangat indah dan menarik serta harganya murah. Kayu yang telah disiapkan dibelah atau dipecah dalam bentuk papan sesuai dengan kebutuhan/ukuran desain yang akan dibuat (gambar no. 22).
b. Pembuatan sket/mal
Untuk memudahkan dalam pembuatan bentuk global kerajinan relief ini, maka diawali dengan pembuatan sket diatas karton sesuai dengan ukuran desain kerajinan diinginkan. Kemudian sket tersebut dipotong atau ditoreh/dilubangi sesuai dengan bentuk binatang yang dibuat, sehingga kelihatan seperti seluwet binatang (lihat gambar no. 23).
c. Ngemal
Ngemal (bahasa Bali) maksudnya menempelkan sket yang telah dilubangi diatas kayu papan yang telah disiapkan, dan goreskan dengan spidol mengikuti bentuk binatang sehingga gambar sket tadi tersalin diatas papan (teknik sablon). (Lihat gambar no. 25).
d. Bentuk Global
Dalam tahapan ini adalah proses pembuatan bentuk global, maksudnya membuat bentuk-bentuk ikan atau kura-kura dengan cara melubangi atau memotong celah-celah bentuk binatang pada kayu papan dengan alat bor mesin, gergaji/jekso
tangan. Untuk memudahkan prosesnya diawali dengan melubangi latar binatang yang akan hilang dengan menggunakan alat bor mesin. Selanjutnya memotong latar binatang tersebut sehingga kelihatan bentuk global relief binatang yang akan dibuat (lihat gambar no. 26).
e. Bentuk detail
Tahap ini kelanjutan dari pembuatan bentuk global. Pada tahapan ini membuat bentuk-bentuk yang lebih detail. Dalam proses ini ketrampilan tangan sangat berperan. Masing-masing pengerajin memperlihatkan ketrampilan dan keahliannya dalam menggunakan alat. Dalam proses pembuatan bentuk detail ini dominan menggunakan pahat dengan berbagai jenis dan palu kayu/semati (pengotok) (lihat gambar no. 28).
f. Ngerot
Tahap ini masih dalam pembuatan bentuk detail yang halus dan alat yang digunakan adalah pemutik (semacam pisau kecil) yang dikombinasikan dengan menggunakan pahat, serut yuyu (kepiting). Karena tahap ini lebih banyak menghandalkan kemampuan dan keahlian teknik menggunakan ketam/serut, pemutik, maka tahap ini disebut ngerot. Ketem (serut yuyu) ini dipakai menghaluskan pada bagian-bagian yang cembung, lebar dan datar. Bentuk-bentuk detail sirip ikan, mata, mulut, atau cangkang kura-kura diselesaikan pada tahap ini sehingga wajah relief ikan atau kura-kura menjadi jelas dan terkesan selesai (lihat gambar no. 30)
Proses Pembuatan kerajinan relief kayu Di Desa Singakerta selengkapnya