by admin | May 13, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.
Fungsi secara umum memiliki sebuah pengertian kegunaan dari suatu hal yang dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat. Kesenian secara umum hidup dan berkembang di masyarakat. Keberlangsungan kehidupan sebuah kesenian sangat dipengaruhi oleh masyarakat sebagai pendukungnya. Kehidupan kesenian pada masyarakat tentunya memiliki arti dan peranan penting terhadap kelangsungan sebuah kebudayaan, yang dapat memberikan dan memenuhi suatu kebutuhan bagi masyarakat baik yang bersifat estetis, ritual maupun yang lainnya. Keberlangsungan kesenian klasik khususnya di Bali mempunyai fungsi dan peranan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Terlebih sebagai masyarakat yang beragama dan berbudaya.
Kehidupan seni pertunjukan di Bali tidak bisa terlepas dari kegiatan upacara dan kegiatan adat, yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hal tersebut sudah turun- temurun dan hampir di setiap kegiatan upacara yang tingkatannya madya dan utama selalu dilengkapi oleh seni pertunjukan, baik yang sifatnya sakral maupun semi sakral. Disamping sebagai kelengkapan sebuah ritual dalam keagamaan, seni pertunjukan juga berfungsi sebagai suatu pemuasan rasa seseorang maupun masyarakat. Nilai-nilai sebuah seni pertunjukan dapat dilihat dalam masyarakat tentang kegunaan dari seni pertunjukan tersebut. Kegunaan kesenian itu menunjukkan bahwa seni pertunjukan mempunyai nilai yang ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Dengan kata lain seni pertunjukan mempunyai beberapa fungsi sesuai dengan tujuan dan keperluan yang diinginkan oleh masyarakat.
Kesenian Gambuh yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kedisan dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat Kedisan yang terkumpul dalam organisasi sekaa Gambuh. Kehidupan kesenian Gambuh ini didasarkan atas sebuah pelestarian kesenian klasik, yang berkaitan dengan sebuah kegiatan upacara pada masyarakat Kedisan dan sekitarnya. Keberadaan kesenian Gambuh di Desa Kedisan memiliki peranan yang kuat dalam kegiatan upacara, merupakan sebagai seni pertutunjukan yang tergolong bebali (pelengkap pada kegiatan keagaman).
Untuk mendeskripsikan fungsi dari Kesenian Gambuh yang ada di Desa Kedisan, Peneliti menggunakan teori fungsional. Menurut Bronislaw Malinowski (1884-1942) semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Kemampuan unsur tersebut dipakai untuk memenuhi beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Menurut The Liang Gie bahwa seni adalah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan manusia. Berawal dari fungsi seni yang bercorak spiritual, kemudian berkembang menjadi fungsi kesenangan (hedonistis), fungsi pendidikan (edukatif), dan fungsi komunikatif. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disesuaikan dengan fungsi dari Kesenian Gambuh “Kaga Wana Giri” yang terdapat di Desa Kedisan, yang memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi Upacara
Upacara adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan suatu kepercayaan dan pemujaan terhadap Tuhan (Ida Shang Hyang Widhi Wasa) beserta manimfestasi beliau. Secara khusus dalam Agama Hindu pelaksanaan sebuah upacara sering dikenal dengan istilah yadnya (yajna). Secara etimologi kata yadnya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu yajna adalah kata benda jenis laki-laki (maskulinum yang berasal di urat kata V Yaj) yang berarti memuja atau mempersembahkan dan memberi pengorbanan. Jadi yadnya artinya pemujaan, persembahan atau korban suci baik material maupun non material berdasarkan hati yang tulus ikhlas dan suci murni demi tujuan-tujuan yang mulia dan luhur.
Secara khusus pelaksanaan sebuah upacara yadnya pada masyarakat Bali tidak bisa dilepaskan dengan peran serta sebuah kesenian, yang difungsikan sebagai seni sakral, semi sakral maupun hiburan. Contohnya kesenian yang tergolong semi sakral adalah Gambuh Kedisan. Gambuh Kedisan salah satunya masih hidup, dan hadir pada setiap kegiatan upacara pada masyarakat Kedisan dan sekitarnya. Di mana kesenian Gambuh ini dipentaskan ketika kegiatan upacara sedang berlangsung, diantaranya upacara Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, ManusaYadnya, Buta Yadnya. Gambuh ini tidak hanya difungsikan dalam kontek Dewa Yadnya saja, melainkan upacara yang lainya, yang disesuaikan pada tingkatan upacara (upakara) yang dilaksanakan, seperti madya dan utama.
Fungsi Gambuh Kedisan, selengkapnya
by admin | May 13, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Gede Yudarta, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Aktivitas masyarakat Bali dalam hal mata pencaharian di Mataram sangat beragam. Ada yang jadi PNS, TNI, POLRI, Wiraswasta dan tidak sedikit diantaranya yang sukses sebagai pengusaha. Dari berbagai ragam jenis mata pencaharian, sangat sedikit diantaranya yang mencari kehidupan dari bidang kesenian khususnya sebagai seniman. Hal ini disebabkan oleh karena bidang seni belum sepenuhnya bisa diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomis. Penerapan sistem ngayah sebagaimana yang ada di Bali masih melekat pada kehidupan sosial masyarakat di Mataram. Walaupun ada diantaranya yang mendapatkan upah dari berkesenian namun hal itu belum bisa menjamin untuk kehidupan yang akan datang.
Namun demikian, ada beberapa orang seniman yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari berkesenian. Salah satunya adalah I Wayan Pariode dari dusun Pagesangan Kota Mataram. Sebagai seorang seniman yang pernah mengenyam pendidikan seni karawitan di SMK 3 Sukawati, dia memiliki kemampuan teknik yang cukup memadai. Adapun aktivitas kesehariannya adalah di samping menjadi anggota dari beberapa sekaa gong di Mataram juga memberikan pelatihan kepada sekaa-sekaa gong yang ada di Kota Mataram hingga di Lombok Barat. Dari aktivitasnya itu untuk sementara dianggap cukup memenuhi ekonomi keluarga.
Namun demikian dari sudut pandang yang lain, memperhatikan pola berkesenian masyarakat Bali di Mataram, sesungguhnya bidang seni khususnya dapat dimanfaatkan secara ekonomis untuk menambah penghasilan keluarga. Padatnya aktivitas bidang seni yang terjadi di kalangan masyarakat dan terbatasnya jumlah seniman yang terlibat secara aktif seringkali hanya melibatkan orang-orang itu saja dalam pertunjukan yang dilakukan.
Pemanfaatan seni di bidang ekonomis juga dilakukan masyarakat dengan menawarkan jasa penyewaan perangkat gamelan sekaligus sekaa untuk kegiatan upacara keagamaan maupun acara-acara lainnya. Sebagaimana yang terdapat di Karang Kecicang terdapat tempat penyewaan gamelan bagi masyarakat yang membutuhkan kesenian.
Adanya jasa penyewaan gamelan seperti ini sangat membantu masyarakat dalam melaksanakan upacara keagamaan karena bagi kelompok masyarakat yang tidak memiliki gamelan dapat menyewa berbagai perangkat gamelan yang diperlukan lengkap dengan para pemainnya. Berbeda halnya dengan di Bali dimana gamelan lebih banyak merupakan miliki warga banjar, keberadaan gamelan-gamelan di wilayah Kota Mataram lebih banyak merupakan milik pribadi baik secara individu maupun keluarga tertentu. Jadi bagi pribadi atau kelompok keluarga tertentu yang tidak memiliki gamelan harus meminjam gamelan dengan menyewa pada yang memiliki gamelan. Adanya sistem sewa menyewa gamelan seperti ini lebih menonjolkan espek ekonomis karena ongkos sewa dan upah para penabuh sangat diperhitungkan. Utuk penyewaan gamelan dan upah penabuh dalam 1 hari bisa mencapai 2 juta dan diluar itu untuk masing-masing penabuh diupah 60-75 ribu rupiah.
Sektor lain yang diharapkan sebagai penunjang perekonomian para seniman adalah sektor pariwisata. Berbeda dengan apa yang terjadi di Bali, saat ini sektor kepariwisataan belum tergarap secara maksimal karena tidak banyak hotel-hotel menyajikan kesenian sebagai salah satu atraksi dalam acara dinner untuk memberikan hiburan kepada para wisatawan yang hadir di sana. Kota Mataram memiliki kekayaan budaya yang luar bisa dimana dari berbagai etnis yang bermukim di wilayah ini masing-masing memiliki seni budaya unggulan yang dapat dimanfaatkan dalam industri pariwisata.
Salah satu budaya etnis yang memiliki modal budaya yang kuat dan menarik di samping budaya Sasak adalah seni budaya Bali. Secara institusional keberadaan seni budaya Bali khususnya seni pertunjukan Bali terkesan masih dipandang dengan sebelah mata karena mungkin masih dianggap bukan kebudayaan asli daerah Lombok. Secara historis, kebudayaan Bali memberikan pengaruh yang besar terhadap kebudayaan Lombok. Dalam berbagai tatacara, adat-istiadat dan sistem sosial serta budaya masyarakat Sasak/Lombok terlihat adanya pengaruh Bali yang kuat. Demikian pula dengan kesenian yang terdapat dan tersebar di Lombok. Sebagian besar kesenian-kesenian yang sekarang dianggap sebagai budaya asli masyarakat Lombok mendapat pengaruh dari kesenian Bali. Sebagai contohnya: Cepung, Drama Gong, Gandrung, Gendang Beliq dan berbagai jenis kesenian lainnya unsur-unsur budaya Bali sangat kuat melekat pada kesenian-kesenian tersebut. Di samping Bali, beberapa unsur dari kebudayaan lain seperti Bone (Sulawesi), Jawa juga turut mempengaruhi perkembangan seni budaya Lombok sebagaimana yang dapat di lihat saat ini.
Seni Sebagai Mata Pencaharian, Selengkapny
by admin | May 13, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman Saptono, SSen., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.
A. Merawat Gamelan
Perawatan yang dimaksud yaitu terkait dengan hal pemeliharaan gamelan Jawa agar kondisinya tetap terjaga dengan baik, bersih, dan rapi menjadi terkesan agung dan berwibawa. Semua itu, nantinya bisa membuat kenyamanan dan kepuasan para seniman menggunakan gamelannya.
- Kondisi baik
Kondisi baik yang dimaksud selain baik larasannya, adalah secara fisik kondisi gamelan dalam keadaan relatif baik, misalnya seperti berikut.
– Gamelan secara rutin sering digunakan.
– Tidak ada yang pecah/melantar untuk ricikan-ricikan pencon dan patah atau retak untuk ricikan bilah.
– Tali-tali peluntur yang digunakan nasih kuat (tidak rantas), tidak membuat ricikan bonang atau gender jika dimainkan kemudian bunyi kreket-kreket.
– Bantalan balungan (demung, saron, dan peking) tidak membuat ngether jika ricikan tersebut dimainkan.
– Peralatan tabuh langkap dan relatif baik.
– Jangak-jangat kendang tidak ada yang putus, termasuk kulit-kulit kendang (kemprang) tidak ada yang robek/lubang.
– Kelante-kelante ricikan kempul, gong, dan kenong relatif baik.
– Ruangan tempat dan setingan gamelan bisa nyaman.
- Bersih
Di dalam hal perawatan, jika kondisi gamelan terlihat bersih tentu akan membawa nilai keindahan tersendiri, oleh karena itu keberadaan gamelan perlu dijaga kebersihan baik perangkatnya maupun ruangannya. Hal demikian agar debu-debu tidak mudah menempel dan gamelan tetap gilap (mengkilap).
Perlu diketahui bahwa ricikan gamelan jawa ada jenis ricikan/instrumen yang sengaja dibuat cemengan (hitam) dan ada ricikan yang dibuat gilap (mengkilap seperti “emas”). Di dalam perangkat gamelan Jawa, jenis ricikan yang biasa dibuat cemengan selain untuk instrumen gong gedhe, juga ada pada perangkat gamelan pakurmatan.
Adapun kondisi gamelan agar tetap terjaga kebersihannya, maka secara rutin perangkat gamelan tersebut;
- Sering dibersihkan dengan cara dilap dan atau dibersihkan dengan sapu bulu (sulak).
- Jika perlu, setiap rancak ricikan gamelan dibuatkan penutup baju/sarung dengan kain.
- Secara rutin 4 sampai 6 bulan sekali gamelan dibersihkan dengan pembersih logam, seperti braso, batu hijau, atau autosol.
- Vasilitas ruangan relatif memadai (tidak sempit, tidak kumuh, tidak lembab) dan ada sirkulasi udara.
- Rapih
Di dalam Wedhapradangga dijelaskan bahwa gamelan dianggap sebagai pusakanya orang Jawa (Pradjapangrawit dalam Hastanto, 1990:25-26), maka kerapihan yang dimaksud selain enak untuk ditabuh juga secara etika enak untuk dipandang. Oleh karenanya kerapihan dalam pemeliharaan gamelan Jawa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai berikut.
Perawatan Gamelan Jawa, selengkapnya
by admin | May 12, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs I Wayan Mudana, M.Par. Dosen, Dosen PS Seni Rupa Murni FSRD. ISI Denpasar.
Promosi Seni ( “Art With an Acent” Penanda Impian Kemakmuran ASIA, Melani Setiawan, Visual Art pebruari-Maret 2009 h. 93), mengatakan:
Ekpresi seni kiranya telah menjadi media pergaulan yang menggairahkan, tidak saja pada level apresiasi, melainkan juga ekonomi. Sebagaimana diramalkan John Naisbit dalam Megatrends prihal gelombang seni yang kelak menggantikan olah raga sebagai promosi industry dunia di abad melenium. Kini setidaknya terbukti bahwasanya seni, memasuki arena bergengsi sebagai alat promosi yang menggiurkan, baik kelahirannya sebagai wahana symbol peradaban kehidupan manusia maupun perkembangan nilai-nilai sosial lainnya, termasuk sebagai alat penggerak kebudayaan umat manusia. Belahan Eropa dan Negara maju lainnya telah lama menganut seni sebagai alat provokasi budaya. Baik yang dilakukan secara personal maupun lewat kebijakan politik. Salah satunya adalah St. Petersbuurg, Rusia yang mencoba membentangkan kotanya dengan ikon seni sebagai wacana daam memperkuat identitas dan roh bangsanya. Dengan cara mengokohkan keanggunan negeri yang senantiasa menancapkan tonggak peradaban dengan seni.
Promosi merupakan salah satu variable di dalam marketing mix yang sangat penting di laksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk dan jasa. Kadang kadang istilah promosi ini di gunakan secara sinonim dengan istilah penjualan walaupun yang di maksud adalah promosi. Sebenarnya istilah penjual itu di gunakan hanya meliputi kegiatn pemindahan barang atau pengguna penjual jasa, dan tidak terdapat kegiatan lain yang di tujukan untuk mendorong permintaan. Jadi penjualan hanya merupakan bagian dari kegiatan promosi. Istilah promosi dapat di artikan sebagi berikut: 1) promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang di buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi pada suatu tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran(William G Niclels,1979:309). 2) promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang di tujukan untuk mendorong permintaan(Basu Swasta,1986:349). Kedua definisi tersebut pada pokoknya sama meskipun titik beratnya berbeda. Definisi yang pertama menitikberatkan pada penciptaan pertukaran, sedangkan definisi yang kedua menitikberatkan pada pendorongan permintaan
2.3.1. Bauran Promosi (promotion mix)
Bauran promosi adalah seperangkat alat pemasaran yang di gunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Beberapa alat promosi, atau yang lebih di kenal dengan bauran promosi terdiri dari empat variabel yaitu:
2.3.2. Periklanan(Advertaising)
Komunikasi non individu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang di lakukan oleh perusahaan, lembaga nirlaba serta individu. Periklanan di artikan sebagai bentuk prestasi non personal yang di bayar oleh sponsor untuk mempresentasikan gagasan atau ide promosi dari barang atau jasa tertentu. Pada iklan biasanya di tampakkan organisasi yang mensponsorinya. Dalam praktiknya iklan telah di anggap sebagai manajemen citra yng bertujuan menciptakan dan memelihara cipta dan makna dalam benak konsumen dan tujuan akhir dalam iklan adalah bagaimana memengaruhi prilaku pembelian konsumen. Periklanan dapat di sajikan dalam berbagai bentuk dan media seperti : a) media cetak berupa surat kabar, majalah, brosur yang merupakan media periklanan yang paling efektif. Dengan demikian periklanan dalam media ini harus di usahakan mendapat kesan yang positif di mata masyarakat karena media ini lebih banyak di baca oleh masyarakat luas.Meskipun demikian media ini juga mempunyai kelemahan karena pada umumnya surat kabar hanya di baca sekali kemudian di buang sehingga kurang mendapat perhatian dari pembaca. Majalah, media ini hampir sama dengan surat kabar,tetapi media ini hanya di terbitkan untuk orang-orang yang khususnya mempunyai rasa dan perhatian yang sama pada segmen tertentu saja. Brosur dan leaflet, brosur merupakan selembaran yang di kirim atau diberikan ke berbagai perusahaan maupun perorangan yang di anggap sebagai pembeli potensial, sedangkan leaflef berisi informasi mengenai produk dan harga. Direct mail, adalah surat penawaran yang dikirimkan kepada pembeli potensial dan mencantumkan fasilitas yang tersedia dengan penawaran dan harga khusus. b) Media elektronik, adalah media yang paling efektif dan banyak yang di gunakan oleh perusahaan karena media ini dapat menjangkau semua lapisan masyarakat yang terdiri dari media audio dan audio visual. Media audio merupakan media yang hanya dapat di dengar, dalam hal ini adalah radio dan telepon. Media audio yang lebih banyak di gunakan adalah radio karena pengiklnan pada media ini biayanya relatif murah. Disamping itu karena sifatnya audio maka tidak di perlukan keterampilan khusus untuk menyampaikan pesan yang di sampaikan seperti halnya yang di sampaikan dalam media cetak yang memerlukan kecakapan untuk memahami pesan yang di sampaikan. Media Audio Visual merupakan media yang dapat di lihat dan di dengar. Dalam hal ini yang termasuk media audio visual adalah televisi, internt dan bioskop. Media ini harganya relatif mhal sehingga benar-benar di perlukan ketrampilan khusus dan kecakapan dalam proses penyampaiannya. Media ini cukup efektif karena dapat menimbulkan imajinasi tentang produk pada konsumen dan juga tidak harus memiliki ketrampilan khusus dalam memahami pesan yang di sampaikan. c) Media out door merupakan iklan yang di pasang pada papan besar bergambar yang di anggap strategis, dan mudah di lihat di jalaraya. misalnya: signboar, umbul-umbul,dan sticker.
2.3.3. Penjualan Perseorangan (Personal selling),
Penjualan perseorangan adalah interaksi antar individu saling bertemu muka yang di tujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Penjualan perseorangan ini merupakan alat promosi yang berbeda dari periklanan karena penjualan perseorangan menggunakan orang atau individu dalam pelaksanaannya. Dengan demikian komunikasi yang di lakukan orang secara individu dapat lebih pleksibel di bandingkan alat-alat promosi lainnya. Hal ini karena terjadi interaksi personal langsung antara seorang pembeli potensial dan seorang salesman, dimana salesman dapat mengetahui keinginan, motif dan prilaku konsumen sekaligus dapat melihat reaksi konsumen mengenai produk yang di tawarkan oleh perusahaan. Alat komunikasi umum yang di gunakan pada personal selling adalah presentasi penjualan, pertemuan penjualan(gathering), program intensif dan wiraniaga.Jenis wiraniaga penjualan dapat di bagi ke dalam tiga bagian yaitu:
a) Retail selling, dimana tenaga penjual melakukan penjualan dengan jalan melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan.
b) Field Selling, di mana tenaga penjual melakukan penjualan di luar perusahaan, yaitu dengan mendatangi konsumen ke rumah-rumah perusahaan, kantor-kantor, dan lain-lain.
c) Executif Selling, dimana pimpinan perusahaan bertindak sebagai tenaga penjualan yang melakukan penjualan.
Promosi Seni selengkapnya
by admin | May 12, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman I Wayan Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
Bentuk dalam bahasa Indonesia memiliki sebuah arti bangun, gambaran, rupa (wujud), sistem (susunan) serta wujud yang ditampilkan. Apabila diarahkan pada seni menurut Susanne Langer dalam buku “Filsafat Seni Sebuah Pengantar”, dikatakan bahwa seni dan karya seni haruslah merupakan suatu kebulatan yang bersifat organis, yang tertuang dalam bentuk tertentu seperti bangunan arsitektur, tarian ataupun suatu bentuk yang perceptible (dapat di mengerti). Dalam suatu bentuk yang merupakan kesatuan organis, setiap bagian atau unsur memainkan peranan tidak hanya dalam rangka dirinya sendiri, melainkan juga dalam rangka semua bagian atau unsur lainya. Dalam artian tidak ada bagian yang dapat berdiri sendiri, tetapi bersama-sama dengan bagian lainnya yang membentuk kesatuan organis.
Secara umum kesenian klasik memliki bentuk pertunjukan yang hampir sama. Namun ada hal-hal estetis secara khusus yang membedakan pertunjukan tersebut, baik iringan maupun tariannya yang merupakan ciri khas atau style masing-masing pertunjukan. Gambuh Kaga Wana Giri Desa Kedisan merupakan seni pertunjukan klasik yang memiliki bentuk penyajian iringan maupun tarian yang memiliki ciri khas sendiri, di mana ciri khas tersebut terletak pada pola gerak tari Gambuh yang dibawakan oleh penari pria yang sudah berumur tua. Gambuh Kedisan merupakan kesenian yang kental dengan karakter Gamelan dan tarian yang klasik, di mana pola-pola gerak tari Gambuh Kedisan sulit untuk dirubah. Hal tersebut telah terbukti ketika I Nyoman Kakul dari Batuan mengajar tari Gambuh di Kedisan, penari-penari Gambuh tersebut sulit untuk menerima bentuk tarian yang diajarkanya, dan merubah tarian yang sering dibawakanya. Gambuh style Batuan yang diajarkanya tidak bertahan lama di Desa Kedisan dan kembali dengan Gambuh style Kedisan. Begitu juga dengan instrumentasi Gamelan Gambuh dan gending-gending Pegambuhan yang ada di Kedisan. Bila dilihat dari segi estetis tentunya ada hal khusus atau ciri khas tersendiri pada sekaa Gambuh Kedisan, yang merupakan identitas dari gamelan tersebut, baik instrumentasi maupun gending-gending yang disajikan. Dari segi instrumentasi yang menjadi ciri khas adalah instrumen suling yang panjang, gumanak dan kenyir dengan berbilah dua.
Pada pembahasan ini peneliti akan mempergunakan teori estetika, di mana menurut Thomas Aquinas, ada tiga persyaratan yang terdapat dalam sebuah karya seni, yaitu: integrity or perfection (keutuhan atau kesempurnaan), proportion or harmony (keseimbangan atau keharmonisan), Brightniss or clearity (kecemerlangan atau klaritas). Dengan teori tersebut peneliti menganalisis instrumentasi dan bentuk musikalitas pada sekaa Gambuh di Desa Kedisan.
Instrumentasi Gamelan Gambuh di Desa Kedisan
Instrumentasi Gambuh Kedisan merupakan instrument yang secara dominan difungsikan untuk mengiringi pertunjukan Gambuh. Di samping secara tidak langsung dalam sebuah pertunjukan difungsikan sebagai instrumental (tabuh petegak) sebelum pertunjukan dimulai. Secara umum instrumentasi Gamelan Gambuh Kedisan hampir sama dengan instrument Gambuh pada umumnya, yaitu: Suling Gambuh, Kendang Krumpungan, Rebab, Kajar Krentengan, Ceng-ceng Ricik, Klenang, Gumanak, Gentorag, Kenyir dan Kempul. Hanya saja tidak terdapat instrument kangsi dalam Gamelan Gambuh di Desa Kedisan.
Suling Gambuh
Suling merupakan sebuah instrument dalam karawitan Bali, suling berasal dari dua suku kata yaitu su yang dalam bahasa Bali berarti baik (luwih) dan ling yang berarti tangis atau suara (dalam bahasa Kawi), jadi suling dapat diartikan suara tangisan yang baik. Suling Gambuh merupakan ciri dari pada Gamelan Pegambuhan karena suling yang dipergunakan merupakan ukuran paling besar dan panjang dalam karawitan Bali. Suling ini memiliki panjang 100 cm dan diameter 3cm, ukuran pembuatan Suling Gambuh disebut dengan sikut kutus, yang artinya panjang suling terdiri dari delapan kali lingkaran badan bambu.
Suling Gambuh dimainkan dengan cara yang sama seperti suling pada umumnya, yaitu menggunakan sistem tiupan tanpa terputus-putus (ngunyal angkihan). Tetapi yang membedakan di sini adalah teknik tutupan, pada waktu memainkan Suling Gambuh teknik tutupan pada enam buah lubang suling menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah (tangan kanan atau kiri). Hal tersebut dikarenakan jarak lubang suling satu dan berikutnya cukup jauh, yang tidak memungkinkan menutup lubang suling tersebut menggunakan telunjuk, jari tengah dan jari manis, seperti teknik penutupan suling pada umumnya.
Gamelan Gambuh di Desa Kedisan mempergunakan empat buah instrumen suling yang memiliki fungsi sebagai pembawa melodi (menggarap Gending) dalam suatu pertunjukan, baik bersifat instrumental maupun iringan tari. Suling ini dimainkan secara bersama-sama di dalam memainkan sebuah lagu (gending), hanya pada bagian lagu tertentu suling dimainkan secara tunggal seperti mengawali sebuah lagu (kawitan gending). Jika ditinjau dari segi estetika suling dapat mendukung berbagai adegan yang diperankan, seperti adegan keras, sedih, gembira dan sebagainya, yang dapat mendukung suasana dengan melodi gending dan patet yang dipergunakan.
Bentuk Musikalitas Gambuh Kedisa, selengkapnya