by admin | May 21, 2011 | Berita
ISI Terima Kunjungan Prince fo Songkla University – Phuket Campus
DENPASAR- Menjalin dua budaya dalam satu kolaborasi seni, adalah upaya untuk mempererat hubungan dintara dua bangsa. Thailand salah satu Negara yang serupa dengan Bali, keragaman budaya, seni tari dan tabuhnya cukup unik. Sama halnya dengan Bali
keunikan budaya Bali memang tiada duanya. Hal ini diungkapkan petinggi Prince of Songkla University Phuket Campus, Ass.Prof. Pimpaporn Suwatthigul, saat berkunjung ke Intitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Rabu (11/5). Kalangan akademisi asal negeri Gajah Putih berjumlah 3 orang itu, dua diantaranya baru pertama kali berkunjung ke Bali. “ Kami mengagumi pulau ini serta orang-orang Bali yang sangat ramah,” ujar Prof. Pimpaporn . Pihaknya menyebutkan keramahan Pulau Dewata memang tiada duanya di dunia .
Kunjungan kali ini membawa harapan untuk mengadakan kolaborasi dengan ISI Denpasar serta mengundang Rektor ISI Prof. Wayan Rai beserta staff untuk hadir kembali ke Phuket.
Pihaknya mengundang ISI Denpasar untuk bisa memberikan workshop maupun seminar mengenai kebudayaan dan kesenian Bali khususnya. “ Culture (budaya) and art (seni) sangat erat kaitannya,
seperti apa yang saya amati dimana setiap karya seni yang dihasilkan para mahasiswa di kampus ini merupakan pengaruh dari budaya yang berkembang pada suatu daerah maupun bangsa,” ungkapnya .
Dalam kesempatan tersebut Prof. Rai sangat berharap untuk bisa mewujudkan apa yang diharapkan Ass Prof. Pim untuk segera melakukan kolaborasi dalam hal workshop maupun seminar di Thailand. Pihaknya akan segera menyusun jadwal untuk melakukan kunjungan ini, kebtulan bulan Agustus mendatang , Rektor ISI beserta beberapa dosen akan melakukan lawatan ke Bangkok, sehingga kemungkinan untuk mewujudkan harapan tersebut sangat besar.
Terkait dengan hubungan antara Indonesia dan Thailand, Prof. Rai menyatakan program MIT yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia, telah menjadi prioritas Kampus Seni ini. “ Tahun ini akan ada dua orang mahasiswa dari ISI Denpasar yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa. Salah satunya ke Thailand, dan hal ini memperlihatkan betapa dekatnya hubungan antara Indonesia dan Thailand,” kata Rektor saat mendampingi petinggi kampus asal Puket itu.
Diluar dugaan ternyata menurut Ass.Prof Pim, banyak juga mahasiswa Indonesia yang memang melanjutkan studinya disana. Hal ini membuktikan bahwa hubungan dekat antara dua negara ini, memang terus ditingkatkan baik itu dari segi pertukaran mahasiswa maupun dengan pertukaran kegiatan yang diharapkan dapat mendukung hubungan budaya yang lebih erat lagi.
Humas ISI Denpasar melaporkan.
by admin | May 21, 2011 | Berita
Yogyakarta – Sekitar 700 orang dari berbagai elemen masyarakat yang difasilitasi Forum Persaudaraan Umat Beriman menggelar kirab budaya “Lampah Ratri” atau berjalan pada malam hari untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
“Kegiatan ini rutin kami lakukan setiap tahun untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional, dan pada tahun ini adalah penyelenggaraan keempat kalinya,” kata Ketua Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Abdul Muhaimin di Yogyakarta, Kamis malam.
Selain ditujukan untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional, kegiatan tersebut juga ditujukan untuk terus menumbuhkan semangat pemulihan pascaerupsi Merapi serta tata kelola budaya di Sungai Opak dan Code.
Seluruh peserta berkumpul di Monumen Jogja Kembali untuk kemudian berjalan tanpa boleh ada satupun yang mengeluarkan suara sedikitpun.
Peserta melewati titik-titik yang dianggap menjadi simbol bagi warga Yogyakarta yaitu Tugu dan Titik Nol Kilometer untuk kemudian finish di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Di setiap titik simbol tersebut, peserta kemudian melakukan prosesi doa bersama antar umat beragama dan rencananya seluruh peserta kirab akan diterima Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Pagelaran atau kerabat keraton lainnya.
Selama perjalanan tersebut, peserta kirab budaya juga mengawal bende serta air kehidupan yang diambil dari tujuh mata air berbeda.
Tema yang diangkat dalam penyelenggaraan kirab budaya “Lampah Ratri” 2011 tersebut adalah “Merah Negeriku, Bersatu Bangsaku, Sejahtera Rakyatku”.
“Rute yang dilalui dalam kirab budaya ini berbeda-beda karena menyesuaikan tema yang diangkat. Tetapi, selalu menetapkan keraton sebagai titik start atau finishnya,” katanya.
Keraton, lanjut dia, tidak dapat dipisahkan dari kirab budaya tersebut karena merupakan simbol budaya yang harus terus dijaga.
Abdul mengatakan, kegiatan tersebut pernah diikuti oleh 5.000 orang, saat dilakukan pascagempa bumi Yogyakarta.
Sumber: antaranews.com
by admin | May 20, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ida Bagus Surya Peredantha, SSn., MSn.
Sebagaimana diketahui, di Bali, khususnya di Bali Selatan terdapat dua daerah yang memiliki tingkat konservasi seni Dramatari Gambuh yang tinggi yaitu Desa Batuan di Kab. Gianyar dan Desa Pedungan di Kota Madya Denpasar. Kedua daerah ini memiliki gaya tersendiri yang membedakannya dengan yang lain, sehingga kesenian ini memiliki pengembangan variasai yang beragam semenjak kedatangannya pertama kali di Bali yang diperkirakan sekitar abad ke-14 Masehi. Pada tulisan ini, secara khusus kita akan mengupas lebih jauh tentang penampilan tokoh Arya dalam Dramatari Gambuh gaya Batuan dan Arya dalam Dramatari Gambuh gaya Pedungan. Adapun berbagai aspek yang dimaksud antara lain :
A. Karakter
Dalam pementasan dramatari, yang dipentingkan adalah pemahaman setiap pelaku terhadap alur cerita yang dibawakan yang akan berdampak pada pengenalan karakter tokoh yang ditarikan oleh pelaku pementasan. Bila tidak demikian, dapat dipastikan pementasan yang dibawakan kurang memiliki penjiwaan dan bahkan mungkin pesan ataupun amanat yang terkandung dalam cerita tersebut tidak sampai pada penonton yang menunjukkan pementasan tersebut boleh jadi dikatakan gagal.
Dalam Dramatari Gambuh, tokoh Arya mempunyai peran yang cukup vital, mengingat ia merupakan tokoh yang menjadi kepercayaan tokoh Panji ataupun Prabangsa. Namun dalam hal ini, Arya termasuk ke dalam kategori protagonist yaitu mendampingi Panji. Arya merupakan tokoh putra keras yang memiliki watak tegas, gagah dan energik. Dalam melantunkan wawankata, tokoh Arya melakukannya dengan penuh tenaga, tegas dan bernada rendah.
Perbedaan yang cukup mencolok antara Arya Gambuh Pedungan dan Batuan dapat dilihat pada adanya penggunaan tembang. Dalam tokoh Arya Batuan, terdapat sebuah tembang/tandak pepeson pendek yang diucapkan oleh penarinya. Sedangkan sebaliknya, pada Arya Pedungan tidak ditemukan penggunaan tembang.
B. Rias dan Busana
Rias dan busana dalam sebuah tarian merupakan hal yang sangat penting dan segera menarik perhatian karena dari sanalah penonton dapat menafsirkan apa dan bagaimana karakter seorang tokoh pementasan di atas panggung. Sebagai tokoh yang memiliki karakter tegas, gagah dan energik, maka tata rias yang ditampilkan haruslah sesuai. Dimulai dari rias wajah, Arya memiliki alis yang tebal dan pada bagian ujung dibentuk agak sedikit naik untuk tetap memperlihatkan sisi maskulinnya. Arya dalam rias wajahnya memakai kumis dan cambang buatan dari pensil. Dalam hal ini, tidak ditemukan adanya perbedaan tat arias antara Arya Batuan dengan Arya Pedungan.
Sementara busana tariannya memakai jenis sesaputan, dengan lelancingan yang dibuat agak panjang dibiarkan menyentuh tanah. Tokoh Arya menggunakan baju lengan panjang yang biasanya berwarna merah atau hitam, badong tumpuk yang tebal, stewel, celana panjang putih dan saput berwarna dominan ungu. Warna ungu di sini dimaksudkan untuk memberi kesan keras dan tegas sehingga dapat menunjuang karakter yang diinginkan. Lanjut pada hiasan kepala atau yang bisa disebut gelungan, Arya menggunakan hiasan kepala berbentuk keklopingan yang di kedua sisi gelungannya diletakkan daun pandan serta susunan bungan merak. Pada sisi kiri dan kanan gelungan tepat berada di atas telinga, terdapat bunga merah yang sudah dipadukan dengan daun gegirang berwarna hijau.
C. Ragam Gerak
Tokoh Arya Batuan dengan Arya Pedungan dalam pementasannya memiliki sedikit perbedaan dalam hal abah (pembawaan yang tampak dari sikap tubuh) dan ragam gerak. Abah dalam Arya Batuan, misalnya dalam posisi agem kanan, memiliki sikap tubuh kedua kaki menghadap keluar, kaki kiri sedikit berada di depan kaki kanan, jari kaki kiri dinaikkan, berat badan dipusatkan di kaki kanan, tangan merentang ke luar hampir menyentuh angka 180 derajat, telapak tangan menghadap ke bawah. Sepintas, sikap ini mirip dengan sikap tangan dalam tari topeng, namun lebih lebar. Sedangkan pada Arya Pedungan, hampir sama namun yang membedakannya hanyalah pada bukaan rentang tangan yang menyentuh angka 180 derajat alias direntangkan sempurna dengan telapak tangan masing-masing menghadap ke arah kanan dan kiri.
Adapun ragam gerak nyaris sama, hanya saja pola penempatannya yang berbeda. Semisal dalam Arya Batuan terdapat gerak nayog, ngelies, kirig udang, nimpah, ngrajeg, nglangsut, ngeger, nyambir, bhuta ngawa sari, matetanganan, gelatik nuut papah, kaya dan angsel kado. Sedangkan pada Arya Pedungan, terdapat tambahan ragam gerak ngotes rambut dan gerakan tayungan dengkleng. Perlu diketahui juga, perbedaan paling mendasar antara tokoh Arya Batuan dengan Arya Pedungan adalah pada adanya gerakan seledet mata pada Arya Batuan dan tiadanya gerakan mata ini pada Arya Pedungan. Oleh para pengajar dahulu, ketiadaan gerakan seledet mata ini pada Arya Pedungan dikarenakan bilamana penari Arya Pedungan melakukan gerakan ini, maka akan dianggap seolah tidak fokus pada tarian oleh penonton (ledat, dalam bahasa Bali).
Perbedaan Tokoh Arya pada Dramatari Gambuh Gaya Batuan dengan Pedungan, selengkapnya
by admin | May 20, 2011 | Berita
Denpasar – “Guk-guk”, sebuah garapan infotainment Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Denpasar lolos pra seleksi dewan juri RRI pusat Jakarta, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam kompetisi tahunan Organisasi Lembaga Penyiaran se-Asia Pasifik.
“Garapan karya seni itu selanjutnya akan dinilai dalam Kompetisi Kompetisi Asia Pasific Broadcasting Union (ABU)
Prizes 2011 bersama produksi katagori lainnya,” kata Kepala Bidang Programa Siaran RRI Stasiun Denpasar Bagus Ngurah Rai, S.H, M.M di Denpasar, Kamis.
Bagus Ngurah Rai yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali itu menjelaskan, garapan Guk-Guk juga dinilai bersama naskah drama anak dan remaja serta berita.
Garapan infotaiment itu ditulis oleh Ir Made Suartini yang disiarkan pada acara Dagang Gantal RRI Stasiun Denpasar yang menceritakan tentang Rabies.
Ariadi Putra, S.H selaku Supervisi garapan tersebut menjelaskan, gagasan cerita `Guk-guk` dalam Katagori Infotainment ini terinspirasi saat PWI Bali menggelar Sarasehan Penanggulangan Rabies di Bali pada peringatan Hari Pers 2011, pertengahan Maret lalu.
Bahaya penyakit rabies yang ditampilkan dalam acara Dagang Gantal merupakan acara unggulan RRI Denpasar yang digelar sejak 1992 atau 19 tahun yang silam.
Siaran Dagang Gantal menurut Bagus Ngurah Rai mendapat respon positif dari para pendengar di Pulau Dewata, terbukti melalui saluran telepon (phone in programe) ikut berperanserta menyemarakkan acara siaran Dagang Gantal tersebut.
“Masyarakat tidak hanya ingin tahu, namun juga sebagai upaya antisipasi penanggulangani penyakit rabies yang semakin meluas di Bali,” tutur Bagus Ngurah Rai.
Ia menambahkan, untuk pra seleksi kompetisi ABU Prizes 2011, RRI Denpasar Bidang Programa Siaran mengirimkan katagori drama, anak & remaja serta Infotainment.
Sementara bidang pemberitaan mengirimkan katagori “news dan documentary.” kata Bagus Ngurah Rai yang juga Plh Kepala Stasiun RRI Denpasar.
Kegiatan tersebut merupakan kompetisi tahunan dari Organisasi Lembaga Penyiaran se Asia Pasifik. RRI Stasiun Denpasar 2010 berhasil meraih juara I untuk Katagori The Best Musical Show Promoting The Musical Heritage dalam AIBD Prizes (Asia – Pasific Instute For Broadcasting Development ).
Karya yang berhasil meraih prestasi gemilang tingkat internasional itu berjudul `Jes Eksotik` hasil garapan kerja sama RRI Denpasar, PWI Bali dengan A.A Ngurah Kusuma Wardana dari Sanggar tari Penggak Men Mersi Puri Kesiman Denpasar.
Berkat prestasi tersebut RRI Stasiun meraih tropi yang diserahkan di Macau China 26 Juli 2010, tutur Bagus Ngurah Rai yang berharap prestasi tersebut bisa diraih kembali dalam tahun 2011.
Sumber: antaranews.com
by admin | May 19, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar.
Didalam pertunjukan dendang, materi atau teks nyanyian pada umumnya berbentuk pantun, berwujud baris atau lirik (curahan perasaan) yang dikelompokkan menjadi bait, untaian atau kuplet. Berkaitan dengan pengertian pantun, Navis dalam bukunya Alam Terkembang Jadi Guru mengatakan:
Pantun, sama maknanya dengan umpama. Sepantun sama dengan seumpama, seperti yang ditemukan pula dalam bahasa Melayu yang sering menyebut kami sepantun anak itik, kasih ayam maka menjadi atau tuan sepantun kilat cermin dibalik gunung tampak jua (1984:233).
Zuber Usman dalam suatu diskusi pada seminar kesenian Minangkabau di Batusangkar (1970) mengatakan bahwa, pantun berasal dari kata petuntun (pa- tuntun = penuntun) yang artinya sama dengan umpama atau perumpamaan. Perubahan bunyi patuntun menjadi pantun adalah hal yang lazim dalam bahasa Minangkabau. Poerwodarminto dalam bukunya Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan:
Pentun 1. sb. Sajak pendek, tiap-tiap kuplet biasanya empat baris (ab, ab) dan dua baris yang dahulu biasanya untuk tumpuan saja; 2. pribahasa sindiran; 3. jawab (pd. tuduhan) dan sebagainya; berpantun (pantunan): menyanyikan (membawakan) pantun bersahut-sahutan; memantuni; menyindir dengan pantun; memantunkan: mengarang pantun; mengatakan dan sebagainya dengan pantun; pemantun: pengarang pantun (1984:710).
Pantun terdiri dari beberapa baris dalam jumlah yang genap, dari dua baris sampai dua belas baris; separoh jumlah baris permulaan disebut sampiran, separoh berikutnya adalah isi pantun yang sesungguhnya. Fungsi sampiran adalah sebagai pengantar pada isi, bunyi, dan iramanya. Pantun yang sempurna adalah apabila sampirannya mengandung unsur tersebut.
Di samping berbentuk pantun, didapati juga teks nyanyian yang berbentuk talibun, yaitu karya puisi yang juga berwujud baris: enam, delapan, sepuluh dan seterusnya; biasanya dalam jumlah yang genap. Dapat dikatakan bersajak ab-ab untuk pantun yang berjumlah empat baris, abc-abc untuk yang enam baris dan abcd-abcd untuk pentun yang berjumlah delapan baris.
Ditinjau dari segi isinya, isi pantun dendang dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu: pantun nasehat, pantun muda, pantun gembira, pantun kiasan, pantun adat, pantun bebas, pantun jenaka, dendang kaba, pantun tua, pantun duka dan pantun suka. Pantun nasehat adalah jenis pantun yang lebih banyak berisikan nasehat orang tua kepada anaknya, mamak kepada kemenakannya atau nasehat untuk anak-anak muda. Pantun nasib ditandai dengan isi pantun yang menyatakan kesulitan hidup, kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan, kehinaan dan sebagainya. Pantun muda adalah pantun yang isinya menggambarkan masalah-masalah hubungan muda-mudi, percintaan, kerinduan terhadap kekasih dan semacamnya. Pantun gembira adalah suatu bentuk pantun yang menggambarkan rasa suka cita terhadap sesuatu. Pantun kiasan adalah jenis pantun yang isinya lebih banyak berupa kiasan. Pantun adat adalah pantun yang baik sampiran maupun isinya terdiri dari pepatah- petitih atau kata-kata adat yang dijadikan pegangan hidup masyarakat Minangkabau. Pantun bebas adalah jenis pantun dimana sampiran dan isi pantun dibuat secara bebas, tergantung pada suasana dimana pantun itu di dendangkan; sampiran dan isi pantun keluar secara spontan. Walaupun bebas, tetapi pantun tersebut mempunyai sampiran dan isi sebagaimana kaidah sebuah pantun. Pantun jenaka adalah jenis pantun yang lebih banyak digunakan untuk berolok-olok atau mempermainkan seseorang melalui kata-kata. Biasanya isi pantun tidak terjadi sebagaimana digambarkan dalam pantun tersebut.
Berdasarkan kesan yang ditimbulkan dan kegunaannya dalam masyarakat, musik vokal yang berkembang di Minangkabau dapat dikelompokan atas lima bentuk, yaitu: dendang ratok, dendang kaba, dendang gembira, salawat/dikie dan baindang (Syarif, 1983:7). Dendang ratok adalah pembagian jenis dendang di Minangkabau yang didasarkan atas melodi dendang tersebut yang terdengar sedih dan isi pantunnya berhiba-hiba, menyadari nasib yang malang, kesengsaraan hidup dan sebagainya. Dendang kaba adalah jenis dendang yang digunakan untuk menceritakan kaba (cerita rakyat Minangkabau masa dahulu). Dendang gembira adalah jenis dendang yang sifatnya gembira. Salawat talam adalah salah satu musik vokal yang berkembang di Minangkabau dimana pada masa dahulunya digunakan untuk syiar agama Islam. Lagu-lagu yang dibawakan pada umumnya berbahasa Arab. Dalam perkembanganya sekarang lebih banyak difungsikan untuk keperluan hiburan dengan menggunakan bahasa daerah. Instrumen musik yang digunakan untuk keperluan salawat talam ini adalah Dikie atau rebana dan ada juga yang menggunakan Talam. Jenis musik ini sering juga disebut Badikie. Baindang (berindang) adalah berdendang bersahut-sahutan antara dua orang penyanyi yang berasal dari dua kelompok pemain Indang. Pertunjukan indang ini biasanya diiringi dengan instrumen musik yang dinamakan Rapa’i.
Pantun Sebagai Teks Nyanyian di Minangkabau, selengkapnya