by admin | May 24, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Wardizal Ssen., Msi., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
1. Talempong
Jenis instrumen musik tradisional yang sangat populer di Minangkabau. Hampir setiap daerah di Minangkabau mempunyai instrumen musik ini yang sewaktu-waktu siap digunakan. Intrumen musik talempong terbuat dari campuran logam dan tembaga atau kuningan yang didesain sedemikian rupa. Pada bagian tengah ada permukaan yang menonjol (tombol), sedangkan ruang resonansinya dibiarkan terbuka. Besar dan ukuran instrumen talempong berbeda pada tiap-tiap daerah di Minangkabau, disesuaikan dengan keinginan masyarakat setempat.
Berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik talempong dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: talempong pacik; jenis musik talempong yang dimainkan dengan cara dipegang, dan talempong rea, jenis musik talempong yang dimainkan di atas standar. Pertunjukan talempong pacik di Minangkabau adakalanya dilakukan dalam posisi duduk dan adakalanya sambil berjalan.
Jumlah pemain talempong pacik di Minangkabau sebanyak 5 (lima orang) dengan perincian: 3 (tiga) orang penabuh instrumen talempong, 1 (satu) orang penabuh kendang, dan 1 (satu) orang memainkan alat tiup. Intrumen talempong yang dimainkan berjumlah 5-6 buah dimana masing-masing pemain memegang 2 (dua) buah talempong. Instrumen talempong dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang panggul (stik). Untuk memegang instrumen talempong sebelah atas dengan talempong sebelah bawah dipegang dengan 2 (dua) buah jari (telunjuk dan empu jari). Sedangkan jari tengah berfungsi sebagai pengantara antara jari manis dan jari kelingking agar kedua buah talempong tidak berdempetan.
Talempong rea pada dasarnya merupakan pengembangan dari talempong pacik. Dengan demikian, jenis talempong ini merupakan kreasi baru. Secara umum, intrumen talempong yang terdapat dalam talempong rea berjumlah 21 buah dengan perincian: talempong melodi berjumlah 13 buah; talempong tinggi berjumlah 4 buah; talempong rendah berjumlah 4 buah; canang tinggi berjumlah 4 buah; canang rendah berjumlah 4 buah, ditambah 1 buah alat tiup dan 1 buah kendang. Jumlah pemain dari talempong rea ini adalah 7 (tujuh) orang, dengan perincian: 1 (satu) orang pemain talempong melodi, 1(satu) orang pemain talempong tinggi; 1 (satu orang) pemain talempong rendah; 1 (satu) orang pemain canang tinggi; 1 (satu) orang pemain canang rendah; 1 (satu) orang pemain alat tiup dan 1 (satu) orang pemain kendang.
Bentuk lain dari perangkat talempong rea ini adalah talempong bambu (terbuat dari bambu; ada yang memakai 5 buah bilah dan ada yang memakai 7 buah bilah. Kemudian talempong kayu, bentuknya hampir sama dengan talempong bambu, hanya saja perangkat talempong ini terbuat dari kayu. Untuk lagu-lagu tradisi, daerah yang biasa memainkan talempong rea jenis ini antara lain: talempong dari Talang Maur Payakumbuh; talempong unggan dari daerah unggan, dan talempong gandang lasuang dari daerah Sikapak Pariaman (Syarif, 1983:16).
2. Momongan
Bentuk instrumen ini hampir sama dengan talempong, akan tetapi lebih tipis dan sedikit lebih besar dari talempong. Instrumen ini terutama berkembang di daerah Bayang (Pesisir Selatan); Koto Anau (Solok); dan Pariangan (Padang Panjang). Jumlah pemain dari pertunjukan momongan ini berkisar antara 3-5 orang dimana masing-masing pemain memegang 1 buah momongan. Di Kecamatan Bayang, momongan ini biasanya digunakan dalam rangka memeriahkan upacara adat yang dilakukan secara besar-besaran. Biasanya dalam pelaksanaan upacara harus memotong kerbau atau sapi dengan upacara yang dilakukan beberapa hari secara berturut-turut.
3. Canang
Bentuk instrumen canang hampir sama dengan momongan, namun canang sedikit lebih besar. Pada masa dahulu instrumen canang ini lebih banyak digunakan sebagai alat untuk pemberitahuan kepada masyarakat seperti: pelaksanaan gontong royong, turun ke sawah, kerja sosial dan sebagainya. Dalam perkembanganya sekarang, instrumen canang lebih banyak digunakan sebagai alat musik yang difungsikan sebagai ’bas’ dalam suatu orkestra Minangkabau, seperti penggunaan dalam pengolahan karawitan yang bermotif kreasi baru.
4. Aguang
Aguang (gong) yang terdapat di Minangkabau sama bentuknya dengan gong yang terdapat dalam karawitan Jawa dan Bali. Namun di Minangkabau, kegunaanya dalam masyarakat tidak begitu menonjol. Instrumen ini biasanya digunakan dalam acara-acara misalnya: pembukaan upacara adat seperti pengangkatan penghulu yang diadakan oleh suatu nagari. Kadang-kadang digunakan juga oleh pejabat pemerintah untuk membuka sidang-sidang resmi, seperti seminar, peresmian suatu upacara, dan sebagainya. Dalam dunia kesenian khususnya musik, aguang lebih banyak digunakan untuk melengkapi satu set orkestra Minangkabau dalam bentuk kreasi baru.
Instrumen Musik Minangkabau Kelompok Ideophone, selengkapnya
by admin | May 24, 2011 | Berita, pengumuman
PENGUMUMAN
Nomor: 931/IT5.1/DT/2011
Diberitahukan kepada Mahasiswa FSRD ISI Denpasar yang telah mendaftar Ujian Tugas Akhir (TA) Semester Genap 2010/2011 bahwa:
1. Pameran akan diadakan tanggal 7 – 15 Juni 2011 bertempat di BENTARA BUDAYA, Jl. Prof. I.B. Mantra.
2. Pengumpulan dan pemajangan karya dikoordinir oleh Bp. I Dewa Putu Gede Budiarta, S.Sn, M.Si.
3. Seluruh mahasiswa TA wajib hadir pada pembukaan pameran yang akan diadakan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Juni 2011
Jam : 18.00 Wita
Pakaian : Atasan putih, bawahan hitam & dasi hitam lengkap dengan jas Almamater.
4. Ujian TA akan dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 10 Juni 2011.
5. Yudisium akan diadakan tanggal 23 Juni 2011.
Demikian kami sampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan.
Terima kasih.
Denpasar, 24 Mei 2011
A.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn
NIP. 196107061990031005
by admin | May 24, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman Kadek Suartaya, SSKar., MSi., Dosen PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.
Pulau Bali rupanya sejak dulu dikawal oleh para prajurit yang tangguh dan gagah berani. Bali Utara dijaga oleh pasukan yang siap siaga menyambut serangan musuh dengan presi atau tamiang. Bali Selatan dipertahankan oleh para prajurit bersenjata tombak. Bali Timur dibela mati-matian oleh pasukan rakyat dengan senjata gada. Bali Barat dikawal oleh para prajurit membawa pecut. Bali Tengah dijaga oleh pasukan tangkas membawa sanjata panah. Bahkan pulau Nusa Penida juga ditakuti musuh karena memiliki pasukan bersenjata tombak panjang. Para prajurit patriotik tanah Bali itu masih eksis hingga kini.
Para prajurit Bali masa lalu itu kini bermetamorfose menjadi puspa warna tari baris yang dipersembahkan dalam ritual keagamaan. Sebuah upacara ngaben besar di Singaraja lazim disertai dengan penampilan tari Baris Presi. Ketika piodalan penting di pura-pura besar di Denpasar selalu diikuti oleh penyajian tari Baris Gede. Ritual bayar kaul di kalangan masyarakat Nusa Penida, Klungkung, akan terasa mantap bila disertai dengan suguhan tari Baris Jangkang. Prosesi keagaaman di Pura Batur, Kintamani, Bangli, tampak hikmat dengan kehadiran tari Baris Panah. Jika dulu–ketika sebagai prajurit kerajaan–tugasnya berperang atau menjaga keamanan wilayah, kini dalam pengejawantahan seni, berfungsi memperkukuh dan merupakan bagian penting dari upacara keagamaan.
Konon, seperti yang termuat dalam kidung Sunda, tari baris sudah dikenal pada zaman Majapahit abad ke-14, pemerintahan Rajasanegara atau Hayam Wuruk. Sebuah upacara pembakaran mayat seusai perang antara Majapahit dengan kerajaan Sunda, disertai dengan penampilan beberapa macam tari baris. Dinasti kerajaan Bali yang kemudian mendapat pengaruh langsung dari Majapahit, meneruskan sajian tari baris dalam beragam ritual keagamaan. Kini tak kurang dari 30-an tari baris diwarisi, dilestarikan dan senantiasa dihadirkan sebagai persembahan tari sakral seperti tampak di Pura Besakih dan Puru Ulun Danu Batur dalam piodalan yang baru lalu.
Dalam wujudnya sebagai ekspresi keindahan, aneka ragam tari baris sakral yang diusung masyarakat Bali tersebut, eksis dengan keunikannnya masing-masing, baik dari segi gerak maupun dari segi kostum dan propertinya. Tari Baris Jangkang yang terdapat di Nusa Penida misalnya, memakai busana sederhana serba putih dengan senjata tombak sepajang tiga meter. Gerak-geriknya yang natural dalam posisi berjinjit membungkuk dengan sorot mata yang tajam sungguh menggetarkan suasana magis. Tari Baris Cina yang terdapat di desa Blanjong, Sanur, juga tak kalah uniknya. Bila dalam keadaan kerauhan atau trance, tari sakral yang memakai busana dan senjata ala pendekar persilatan Tiongkok ini, berkata-kata hai ya-hai ya bahasa Cina.
Kendati tampil dengan keunikannya masing-masing, penyajiannya tari baris pada umumnya adalah secara berkelompok dengan ayunan gerakan bersama-sama dalam posisi berbaris atau berjajar. Baris-baris sakral yang biasanya dibawakan para penari amatir tersebut sebagian besar memakai busana rumbai-rumbai yang terbuat dari kain, yaitu awir dan lelamakan. Kesamaan antara baris yang satu dengan yang lainnya juga dapat dilihat pada penutup kepalanya memakai udeng atau gelungan berbentuk kerucut bak piramid. Yang tampak berbinar mewah adalah tari baris yang memakai gelungan berperada dengan manik-manik kerang laut, cukli, bergetar gemerincing bila kepala penarinya bergerak-gerak.
Diduga, tari Baris Tunggal yang umum dikenal masyarakat Bali masa kini, tata busana dan gelungan-nya mengadopsi dari kebanyakan kostum dan penutup kepala tari-tarian baris wali tersebut. Berbedea dengan tari baris sakral, tari Baris Tunggal, seperti namanya, dibawakan secara solo. Kendati termasuk tari profan, Baris Tunggal juga tampak disajikan di tengah khusuknya prosesi upacara keagamaan. Baris Tunggal biasanya ditampilkan sebagai tari lepas dalam beragam pagelaran seni pertunjukan balih-balihan. Kini bahkan tari yang umumnya dibawakan oleh anak-anak atau remaja pria itu banyak digelar sebagai seni pentas turistik.
Adalah tari Baris Tunggal dipandang oleh para seniman Bali masa kini sebagai dasar tari Bali jenis tari pria. Penampilannya yang energik, lugas, dan dinamis mencerminkan seorang kesatria yang berkeperibadian tegas dan heroik. Sajiannya dibagi tiga yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Siapa sejatinya menggubah tari Baris Tunggal ini belum jelas. Ada sumber yang menyebutkan bahwa tari baris sekuler ini telah menguak pada tahun 1930-an yang mengkristal dari pemunculan tari Baris Melampahan yakni drama tari baris yang dibingkai oleh sebuah cerita dimana para penarinya memerankan tokoh-tokoh yang dilakonkan. Kiranya, tari Baris Tunggal adalah ungkapan estetik yang berevolusi dari tari baris sakral dan dientaskan oleh Baris Melampahan.
Barisan Tari Baris Mengawal Pulau Bali, Selengkapnya
by admin | May 24, 2011 | Berita
JAKARTA — Pemerintah kembali menetapkan cuti bersama pada tanggal 3 Juni mendatang. Surat keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yakni dalam SKB Nomor 03/2011, Kep.135/MEN/V/2011 dan SKB/02/M.PAN-RB/05/2011.
Pemerintah pun menetapkan 3 Juni yang jatuh pada hari Jumat sebagai hari libur, karena tanggal 2 Juni (hari Kamis) libur memperingati kenaikan Isa Almasih dan 4 Juni (Sabtu) memang hari libur kerja.
‘’Ini untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan hari kerja di antara dua hari libur. Karena sebagian PNS tidak sepenuhnya memanfaatkan hak cuti tahunan, padahal cuti adalah momen untuk revitalisasi, rekreasi dan penyegaran bagi pegawai dan keluarganya,’’ kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono pada wartawan di Jakarta, Senin (23/5).
Dengan cuti bersama ini kata Agung, memberikan kesempatan pula bagi para orangtua untuk menyiapkan keperluan sekolah atau kuliah putra putri mereka memasuki tahun ajaran baru. ‘’Libur ini juga lebih baik karena diharapkan dapat meningkatkan kegiatan pariwisata dalam negeri,’’ kata Agung.
Namun untuk pelayanan umum yang bersifat strategis, seperti rumah sakit, perusahaan pelayanan telekomunikasi, listrik, air minum dan pemadam kebakaran, tetap akan berjalan seperti biasanya. Agung meminta PNS yang bekerja pada bidang-bidang tersebut untuk berkoordinasi dengan pimpinan mereka. ‘’Perlu kami tegaskan kembali, bahwa pelaksanaan cuti bersama ini merupakan bagian dari hak cuti tahunan pegawai,’’ tegas Agung.
Sumber: jpnn.com
by admin | May 23, 2011 | Berita
Kiprah Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilakukan ISI Denpasar diantaranya ujian TA, persiapan Pesta Kesenian Bali, dan kegiatan pengabdian masyarakat, kampus seni satu-satunya di Bali ini mendapat kunjungan dari University of South Africa, yang terdiri dari Prof Fred J Van Staden dan Mr. Hellnut Willheim, kedatangan ini merupakan awal terbukanya hubungan ke arah yang lebih serius.
Kedatangan salah satu universitas dari Afrika Selatan ini dilatarbelakangi oleh adanya kegiatan Dharmasiswa yang merupakan program pemerintah Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa/i dari luar negeri untuk belajar di salah satu universitas di Indonesia dalam waktu setahun. Adapun salah satu peserta Dharmasiswa yang memilih ISI Denpasar sebagai tempat belajarnya adalah mahasiswa dari Afrika Selatan yang bernama David Maphonyane, pengalaman yang dirasakannya diceritakan kepada professor dan seorang dosennya di kampus UNISA, ternyata hal ini memberikan pengaruh yang luar biasa hingga memunculkan keinginan dari mereka untuk melihat secara langsung Institut Seni Indonesia Denpasar.
Dalam pertemuan ini, penjelasan mengenai kampus UNISA (University of South Africa) dibeberkan dalam presentasi singkat oleh Prof. Fred, dalam presentasi tersebut beliau menjelaskan mengenai sekilas profile universitasnya sebagai perkenalan. Pertemuan dengan Prof Rai merupakan hal yang membuat mereka bahagia hal ini seperti yang diungkapkan bahwa kedatangan mereka ke Pulau Bali dan ISI khususnya merupakan awal untuk menjalin kerjasama yang lebih baik baik dalam bidang seminar, workshop, pameran, hingga pertukaran pelajar. Tentu saja hal ini disambut baik oleh bapak Rektor ISI Denpasar yang dalam kesempatan ini mengungkapkan bahwa tentu saja kami membuka kesempatan untuk menjalin kerjasama dengan universitas manapun dalam bidang kebudayaan dan kesenian sehingga harapan besar ISI Denpasar untuk menambah jaringan/networking dengan universitas di dunia pun bisa meningkat.
Kesempatan ini juga digunakan juga untuk mengunjungi fasilitas atau gedung-gedung kampus ISI Denpasar, yaitu Gedung Latta Mahosadhi yang menyimpan berbagai koleksi dalam bidang kesenian Bali, studio keramik dan patung yang letaknya bersebelahan dengan gedung Lata Mahosadi, hingga akhirnya mengunjungi gedung Kriya Hasta Mandala yang menyimpan berbagai koleksi lukisan dan karya keramik maupun patung dari mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar. Kekaguman terlihat menghiasi wajah kedua orang tamu ini setelah mengunjungi beberapa fasilitas yang tersedia di kampus, kemudian karena keterbatasan waktu akhirnya beliau harus meninggalkan ISI Denpasar dengan membawa harapan untuk kembali lagi.
Humas ISI Denpasar Melaporkan