Bhisma Dewabharata

Bhisma Dewabharata

Sinopsis

Dewabharata lahir dari buah cinta antara Maharaja Sentanu dengan wanita penjelmaan bidadari, Dewi Gangga. Sebagai putra mahkota Kerajaan Hastina, Dewabharata yang tampan dan perkasa diharapkan menjadi pemimpin agung yang akan menurunkan sumber insani masa depan bangsa Bharata. Setelah dinobatkan menjadi Yowanaraja, Dewabharata  memperoleh mandat menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai raja muda, sedangkan ayahnya, Sentanu, bertindak selaku pendamping dan penasihat.

Suatu ketika, Dewabharata begitu masgul dengan keberadaan ayahnya yang senantiasa bemuram durja. Melalui kusir kerajaan, Dewabharata mengetahui bahwa sumber kemurungan raja Sentanu adalah Satyawati, gadis cantik putri seorang nelayan di tepi sungai Yamuna. Dikisahkan, perjumpaan Sentanu dengan gadis molek beraroma harum semerbak itu, membuat sang raja jatuh cinta dan berhasrat menjadikannya permaisuri  tetapi sangat terpukul dengan persyaratan yang diajukan oleh ayah Satyawati. Persyaratan yang mahaberat itu adalah anak yang dilahirkan Satyawati harus menjadi raja pengganti maharaja Sentanu.

Di dorong oleh rasa hormat dan kasih sayangnya pada sang ayah, menuntun Dewabharata menjumpai ayah Satyawati. Dewabharata berjanji tidak akan menjadi raja Hastina dan akan memberikan kepada putra yang dilahirkan Satyawati. Dewabharata memboyong Satyawati ke istana dan menghaturkan kepada ayahnya. Setibanya di istana, sebuah persyaratan diajukan lagi ayah Satyawati agar kelak keturunan Dewabharata tidak menuntut haknya untuk menjadi raja Hastina. Demi kebahagiaan sang ayah, Dewabharata bersumpah akan hidup membujang selama hayatnya. Ikrar Dewabharata disambut hujan bunga dari angkasa dan gaung suara bhisma…bhisma…bhisma!( Bhisma berarti kesatria sejati yang menepati sumpah suci).. Maharaja Sentanu sangat terharu dengan ketulusan, jiwa besar, pengorbanan putra kebanggaannya, Bhisma Dewabharata.

Minat Mahasiswa Asing Belajar di RI Kian Besar

Minat Mahasiswa Asing Belajar di RI Kian Besar

Jakarta – Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menyampaikan keingingan agar pemerintah Australia melihat kemungkinan-kemungkinan agar warganya bisa belajar di Indonesia. “Kami sudah kembangkan double degree, credit transfer, dan program internasional, untuk menarik minat pelajar dari luar supaya belajar di Indonesia,” ujarnya seusai berbicara pada simposium Australia-Indonesia International Education, di Hotel Mandarin, Jakarta, Senin (13/06)..

Menurut Fasli, saat ini minat mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia semakin besar. Kendala-kendala yang sering muncul seperti kurangnya program yang berbahasa Inggris maupun masalah travel banned telah diatasi. Bahkan, variasi program pun ditawarkan kepada mereka.

“Program studi kita sudah bervariasi, ada yang bisa melayani dua minggu, ada yang tiga bulan, ada yang khusus untuk summer course, bahkan full degree. Variasi-variasi tersebut memudahkan mahasiswa asing untuk belajar di Indonesia,” tuturnya.

Pada simposium tersebut diutarakan bahwa kedekatan kedua negara secara geografis membuat Australia menjadi pilihan utama mahasiswa Indonesia untuk menuntut ilmu di luar negeri. Kedekatan tersebut juga didukung oleh kualifikasi yang diakui secara internasional, dan lingkungan multikultural yang dimilikinya.

Pada 2010, tercatat 18 ribu orang pelajar Indonesia menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan Australia. Jumlah ini termasuk 740 orang yang mengikuti program beasiswa pemerintah Indonesia.

Fasli mengatakan, usaha untuk meningkatkan kerja sama pendidikan ini juga harus terus diupayakan dengan memberi  kemudahan-kemudahan bagi mereka dalam mengurus visa dan izin kunjungan bagi orang tua.

“Kami ingin pelayanan makin baik, soal visa, kedatangan orang tua, juga waktu yang tepat bagi anak-anak belajar agar tidak terlalu lama di sana, serta relevansi ilmu yang mereka pelajari, agar bermanfaat untuk diterapkan di Indonesia maupun di Australia,” ucapnya.

Hubungan kedua negara di bidang pendidikan ini diharapkan bisa membangun peluang kerja sama ekonomi , dan merapatkan hubungan orang ke orang. Karena menurutnya, hubungan orang ke orang jauh lebih penting dari hubungan diplomasi.
“Biasanya hubungan pendidikan yang baik akan berpengaruh pada meningkatnya hubungan ekonomi yang berakibat pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Fasli.

Sumber: kemdiknas.go.id

Presiden Saksikan Sendratari Bhisma Dewabharata

Presiden Saksikan Sendratari Bhisma Dewabharata

Denpasar – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono tampak menyaksikan pementasan sendratari “Bhisma Dewabharata” usai pembukaan Pesta Kesenian Bali, di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar, Jumat malam.

Pementasan kolosal yang melibatkan sekitar 250 mahasiswa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu digelar setelah Kepala Negara membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33, sekaligus sebagai awal dimulainya Utsawa Dharma Gita (lomba pembacaan ayat-ayat suci agama Hindu) XI tingkat nasional dan “Bali World Culture Forum”.
Presiden yang mengenakan busana adat Bali lengkap dengan destar atau ikat kepala khas adat di Pulau Dewata, terlihat didampingi sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, antara lain Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Agama Suryadharma Ali serta Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.
Di tengah ribuan masyarakat yang memadati panggung terbuka berkapasitas 10.000 tempat duduk itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyaksikan pagelaran yang berdurasi 50 menit.
Pagelaran itu mengisahkan seputar kelahiran Dewabharata dari buah cinta antara Maharaja Sentanu dengan wanita penjelmaan bidadari, Dewi Gangga.
Sebagai putra mahkota Kerajaan Hastina, Dewabharata yang tampan dan perkasa diharapkan menjadi pemimpin agung yang akan menurunkan sumber insani masa depan bangsa Bharata.
Setelah dinobatkan menjadi “yowanaraja”, Dewabharata memperoleh mandat menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai raja muda, sedangkan ayahnya, Sentanu, bertindak selaku pendamping dan penasihat.
Suatu ketika, Dewabharata begitu masgul dengan keberadaan ayahnya yang senantiasa bermuram durja. Melalui kusir kerajaan, Dewabharata mengetahui bahwa sumber kemurungan Raja Sentanu adalah Satyawati, gadis cantik putri seorang nelayan di tepi Sungai Yamuna.
Dikisahkan, perjumpaan Sentanu dengan gadis molek yang harum semerbak itu, membuat sang raja jatuh cinta dan berhasrat menjadikannya permaisuri, tetapi sangat terpukul dengan persyaratan yang diajukan oleh ayah Satyawati.
Persyaratan yang mahaberat itu, adalah anak yang dilahirkan Satyawati harus menjadi raja pengganti Maharaja Sentanu.
Didorong oleh rasa hormat dan kasih sayangnya pada sang ayah, menuntun Dewabharata menjumpai ayah Satyawati. Dewabharata berjanji tidak akan menjadi raja Hastina dan akan memberikan kepada putra yang dilahirkan Satyawati.
Ketika sebuah persyaratan diajukan lagi oleh ayah Satyawati agar kelak keturunan Dewabharta tidak menuntut haknya untuk menjadi raja Hastina, juga disetujui Putra Gangga.
Demi kebahagian sang ayah, Dewabharata bersumpah akan hidup membujang selama hayatnya. Ikrar Dewabharata disambut hujan bunga dari angkasa dan gaung suara “Bhisma…..bhisma…..bhisma!”. Bhisma berarti kesatria sejati yang menepati sumpah suci.
Dewabharata memboyong Satyawati ke istana dan menghaturkan kepada ayahnya. Maharaja Sentanu sangat terharu dengan ketulusan, jiwa besar, pengorbanan putra kebanggaannya, Bhisma Dewabharata.
Kisah cinta tersebut dikemas secara unik dan apik melalui alunan musik dan irama tembang sebagai sebuah apresiasi keindahan. Pementasan seni itu sarat dengan petuah-petuah dalam mengendalikan sebuah kerajaan.
Pagelaran pembuka pesta seni tahunan seniman di Pulau Dewata itu berlangsung aman, terbit dan lancar

Sumber: antaranews.com

Mata Kuliah Menggambar II Genap 2010/2011

PENGUMUMAN

Diumumkan kepada mahasiswa yang mengikuti Mata Kuliah Menggambar II Semester Genap 2010/2011 bahwa Ujian Akhir Semester (UAS) dilaksanakan pada:

Hari           : Selasa

Tanggal    : 28 Juni 2011

Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Ujian menggambar model orang tua (laki-laki/perempuan)

2. Ukuran 40 x 30cm + frame

3. Media cat minyak

4. Dikerjakan di rumah

5. Tugas  & ujian dinilai pada tanggal 28 Juni 2011.

Demikian disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Dosen,

Drs. I Nyoman Marsa, M.Si

The Mandara Mountain also Erupted Tremendously

The Mandara Mountain also Erupted Tremendously

Translated by Ni Putu Tisna Andayani SS., Lecturer at Performing Arts Faculty, Karawitan Department ISI Denpasar

A side from Mount Merapi, Mount Bromo and Anak krakatau erupted just the latter. Last Saturday (27/11), the Mandara Mountain also erupted tremendous. Horribly, spit out “wedhus gembel” contain with halahala which is a deadly poison. The toxins that spewed from the top of the mountain threaten all living things. But the people of Central Java, who witnessed the eruption of Mount Mandara seemed calm and even enjoy it. Mandaragiri eruption was a ballet performance that was held in Pendhapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Central Java.

Ballet entitled “Siwa Wisaya“performed by the students of ISI Denpasar, which served as the ultimate performance on Gong Kebyar Mebarung in Java and Bali area, held by ISI Surakarta. Gong Kebyar duel that lasted two nights, on the 26th -27th last November, presents four different groups namely: Gong Kebyar ISI Surakarta, ISI Yogyakarta, Puspa Giri Semarang, and ISI Denpasar. The story of Mandara Mountains are served by 60 students of ISI Denpasar, it was contextual with the eruption of natural disasters that are now happening in Indonesia. 

Mandaragiri is very familiar in Java community whose leather puppet lovers. Therefore, the turn of Mandaragiri in the early part of the Mahabharata epic was applied to be communicative in a ballet performance which lasts for 25 minutes. The audiences who attend the Pendhapa listened with enthusiasm and keen of the artistic display with a message which is underlined verbally by the mastermind or narrator in Old Javanese and Indonesian. Once in Satyayuga age, the gods and giants are agree to work together to find Tirta Amrita or the water of eternal life. To get the holy water they should stirring the sea of ​​milk “Ksiarnawa”, with a mountain. On the appointed day, the Mandara mountain at the Island of Sangka which carried by Hyang Antaboga is thrown into the middle of the ocean. To keep the mountain floating, Kurma the tortoise rested on the seabed and occupied on the top of the mountain is God IndraNaga Basuki is twisted on the mountain, his head held by the giants and his tail pulled by the gods. Mandaragiri is turned on. The Ocean was boiling and typhoons blustering.

The habitats of the mountain are bounced out and the ocean habitats are scattered. Suddenly from the top of the Mandara mountain sprit a solid black blob. The gods and the giants cheered excitedly, scrambling and about to drink the melting lump. Lord Shiva is watching carefully of gods and giants action he was swiftly captured and immediately drank it. Lord Shiva’s neck turned into dark blue because the one it was drunk by Lord Shiva is the killer toxin halahala. The gods and the giants get more curios and re-play the turn of Mandara Mountains which then disburse a clear liquid fragrance, Tirta Amrita. The giants fiercely controlled and run. Luckily, God Vishnu wins while pretended to be an angel and seduce them. Tirta Amrita was then spread by God Vishnu to all the human being in the earth and also to bring happiness and world peace.

The cultivation of “Shiva Wizard” ISI Denpasar ballet was pretty neat. I Wayan Sutirtha, S. Sn, M. Sn, one of the choreographers say that he quite satisfied with the artwork of the performance and the dancer’s magnificence accordance with the concept of artistic and aesthetic which had planned. The same opinion is also conveyed by a composer Ida Bagus Nyoman Mas, SSKar he impressed and salutes with the drummer’s team confidence and concentration that appear so neat. The coach at puppetry, I Ketut Kodi, SSP, M. Si and I Nyoman Sukerta, S. Sn, M. Si, also revealed his goal against the appearance of liking the narrator and puppeteer by one of the students at puppetry department ISI Denpasar, Bagus Bharatanatya. Apart to aesthetic visual communication through dance and gamelan musical audio system, Balinese dance-dramas that are performed in front of the community of Central Java interweave a verbal communication within the Indonesian National language.

Narration in the Indonesian language was deeply touched when thrown the moral expressions. The scene of Lord Shiva drank the poison of Mandara Mountains which caused his neck on fire, given the word of Lord Shiva narrative: “Hai para dewa dan para asura, cairan yang kalian perebutkan itu adalah halahala, racun. Aku tak ingin kalian mati binasa karena minum racun gunung itu. Sebagai penguasa semesta, aku rela mengorbankan diriku. Sebagai pemimpin, aku rela jadi tumbal kehidupan demi keselamatan hidup dan keberlangsungan kehidupan“ means : Dear gods and the giants, the liquid that you guys fighting for is halahala poison. Lord Shiva does not want them to drink poison and perish because of the mountains poison. As the possessors of the universe, I’m willing to sacrifice myself. As a leader, I’m willing to be a sacrificial life for the sake of safety of life and sustainability of life. The audiences were satisfied with it. Art is the vehicle for a flexible and powerful communication. When natural disasters came in a row and whack this nation, then the art breakthrough to give an amusement, reflection, and a vessel for introspection.  Just try to be reviewed on the last part of the “Shiva Wizard” ballet of ISI Denpasar. As he splashed Tirta Amrita, God Vishnu said: “O gods, giants, and all mankind. Birth, life, and death are the destiny. Sangkan paraning dumadi is the power of Hyang Widhi. Pray for the Lord. Maintain harmony together and ……, save the earth with loving & harmony.

Translated from Wedhus Gembel Halahala Mandaragiri,

Article By. Kadek Suartaya, Lecturer at Performing Arts Faculty, Karawitan Department ISI Denpasar


Loading...