by admin | Aug 3, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar.
Masyarakat Bali adalah masyarakat heterogen yang hidup penuh kedamaian dengan sesama manusia, harmonis dengan alam dan bakti kepada sang pencipta. Kesibukan masyarakat Bali yang sehari-hari dipenuhi dengan kegiatan keagamaan tidak sedikitpun mengurangi niat untuk berbaur dan hidup saling toleransi dengan umat lain.
Hari Natal dan tahun baru merupakan dua event penting di penghujung tahun 2008 lalu, sekaligus juga momen-momen yang sangat sibuk bagi para pelaku seni khsususnya seni tari. Hal ini dibuktikan dengan maraknya pagelaran seni tari di berbagai tempat seperti hotel, gedung kesenian, rumah pribadi serta tempat-tempat tertentu uang dipilih oleh suatu komunitas untuk menggelar atraksi hiburan.
Seperti yang terjadi di Balai Budaya Kota Gianyar pada tanggal 27 Desember 2008 yang lalu. Pementasan yang masih ada kaitannya dengan Hari Natal ini diselenggarakan oleh komunitas kristiani kab. Gianyar bekerja sama dengan Pemkab Gianyar. Komunitas kristiani tersebut menggelar berbagai acara dan salahsatunya adalah Tari Gembala yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar. Penabuhnya pun sebagian besar berasal dari ISI dan tergabung ke dalam grup Misi Internasional pimpinan Mr. Jonathan dari Amerika.
Pementasan ini menurut penulis cukup menarik karena disamping merupakan event lintas agama, juga memiliki misi penting yaitu bagaimana hidup dengan damai melalui seni.
Untuk memberi fokus yang jelas terhadap pembahasan yang akan dilakukan nanti, perlu kiranya sebuah rumusan permasalahan yang dituangkan sebagai berikut :
- Bagaimana Jalannya Pertunjukan tari Gembala tersebut,
- Apa yang ingin disampaikan oleh penata tari Gembala tersebut,
Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah :
- Menjawab segala permasalahan tersebut di atas,
- Membuka wawasan tentang event lintas agama
Sebuah tulisan ilmiah haruslah mempunya manfaat agar berguna bagi mereka yang membacanya. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai referensi dan membuka wawasan tentang seni dalam keberagaman suku, agama, ras dan golongan.
Sabtu, 27 Desember 2008 masih merupakan hari yang penting bagi umat Kristiani yang memperingati Hari Natal yaitu hari kelahiran Jesus Kristus ke dunia. Dalam Hari Natal, disematkan doa-doa perdamaian bagi seluruh umat manusia agar selalu hidup penuh cinta kasih dan toleransi antar umat beragama. Untuk itulah komunitas Kristiani di Gianyar tersebut melalui seorang perwakilannya meminta seorang dosen ISI Denpasar yang bernama I Gde Oka Surya Negara, SST., M.Sn., untuk menciptakan tarian berjudul Tari Gembala.
Tarian ini menceritakan tentang para penggembala kambing yang hidup dengan penuh kegelisahan, kemalasan dan kebodohan. Keseharian mereka hanya diisi dengan duduk-duduk, menggembala dan termenung memikirkan nasib mereka. Mereka pun menantikan kedatangan sang penyelamat yang bisa menolong mereka dari nasib yang melarat. Begitu gembiranya mereka menyaksikan harapan baru ketika sang penyelamat datang memberi kasih bagi mereka.
Opening tarian ini diawali oleh seorang penari yang tampil sendiri di atas panggung. Ia seolah-olah melihat-lihat dimana temannya. Kemudian ia pun menjemput teman-temannya dan memasuki panggung dengan cara berbaris dari pojok kiri belakang panggung. Di tengah-tengah pementasan tarian, ditampilkan juga ekspresi seorang gembala yang kecewa karena sang penyelamat yang ia harapkan hadir, justru tidak pernah muncul. Namun pada akhirnya dengan penantian yang panjang, akhirnya sang penyelamat pun muncul. Tarian berdurasi 7 menit ini menampilkan ending garapan on stage dengan pose tangan diluruskan ke depan dengan posisi tengadah seperti orang mengharap sesuatu. Secara lebih rinci, penulis akan mendeskripsikannya ke dalam sub pokok pembahasan antara lain :
Tari Gembala ini ditarikan oleh 4 orang penari putra. Postur tubuh keempat penari secara umum memiliki kemiripan satu sama lain, sehingga kesannya sedikit monoton.
Tari Gembala ini diiringi oleh seperangkat gamelan gong kebyar, namun instrumennya tidak lengkap. Menggunakan kempluk, ugal, reyong, dua buah gangsa, dua buah kantil, sepasang jegog, sepasang jublag, sepasang kendang gupekan, gong lanang dan wadon serta kempul dan kemong. Nuansa yang diimbulkan dari iringan ini adalah kerakyatan sehingga aksentuasi iringannya cukup tajam dan sedikit lucu.
Kostum para penari menggunakan udeng kreasi yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kesan rakyat jelata. Baju berwarna oranye, celana berwarna krem dan kain berwarna hijau gelap. Sementara itu, rias wajah yang digunakan adalah rias lucu dimana bagian yang paling banyak dieksploitasi adalah bagian bibir. Ada yang dibuat turun, dibuat tebal dan sebagainya.
Pementasan dilakukan di Gedung Balai Budaya Kota Gianyar. Bentuk panggung berupa panggung proscenium menghadap ke utara, dengan para penabuh berada di sisi barat panggung menghadap ke timur.
Tari Gembala : Tari Bali Kreasi Baru di Hari Natal, selengkapnya
by admin | Aug 3, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, Msn., LP2M ISI Denpasar.
Selasa, 2 Juli 2011, Rektor ISI Denpasar membuka sekaligus memberikan pengarahan pada pembekalan KKN ISI Denpasar 2011 di kampus setempat. KKN ISI Denpasar tahun ini diikuti oleh 147 mahasiswa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain dan Fakultas Seni Pertunjukan dari semua program studi yang ada. Pelaksanaan KKN kali ini seperti juga pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya merupakan upaya mengisi permintaan masyarakat yang telah melayangkan surat ke LP2M ISI Denpasar untuk mengadakan pembinaan seni di desanya. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa peran ISI Denpasar dalam membangun kesenian di pedesaan sangat dibutuhkan. Laporan Panitia Pelaksana menyebutkan mahasiswa disebar di 3 kecamatan pada 2 kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Klungkung. Di Kabupaten Tabanan mahasiswa di tempatkan di Banjar Adat Tinungan Desa Apuan Kecamatan Baturiti dan di Desa Surabrata Kecamatan Selemadeg, sedangkan di Kabupaten Klungkung ditempatkan di 4 desa yaitu di Desa Timuhun, Desa Nyanglan, Desa Bakas dan Desa Nyalian. Pelaksanaan KKN berlangsung selama sebulan penuh mulai 5 Agustus – 3 September 2011. Dalam penyusunan dan pelaksanaan program mahasiswa dibimbing oleh para dosen sesuai dengan prodinya masing-masing.
Pada pembukaan KKN tersebut Rektor ISI Denpasar mengingatkan dua hal penting yaitu do and don’t yaitu apa yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Dengan menyampaikan pengalaman beliau sewaktu menjadi mahasiswa KKN, mahasiswa diajak untuk bisa berinteraksi dengan baik di masyarakat, mahasiswa harus siap dengan permintaan-permintaan nyata masyarakat dilapangan. Mahasiswa dihimbau jangan merasa rendah diri demikian juga sebaliknya. Mahasiswa juga dihimbau gunakan cara-cara komunikasi yang baik, hati-hati membuat program kegiatan dan selalu konsultasi dengan pembimbing. Karena bisa terjadi ide yang baik dapat menimbulkan konplik maka dari itu selalu pikirkan dampaknya dengan pembimbing, jaga nama baik kampus, jaga diri, tanyakan pada diri apa yang bisa saya lakukan. Dalam arahan lanjutannya yang tidak boleh dilakukan mahasiswa adalah jangan tinggi hati, mahasiswa harus bisa mengambil sikap, jaga prilaku, etika dan norma-norma masyarakat setempat, buat program yang berkelanjutan yang betul-betul dibutuhkan masyarakat. Jika program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan urgensi masyarakat maka komunikasi dengan masyarakat akan terus berjalan sampai KKN tersebut usai.
Sedangkan Ketua LP2M dalam pembekalan tersebut menyampaikan berbagai hal berkaitan dengan pelaksanaan KKN, diantaranya adalah mengarahkan mahasiswa jangan membuat program diluar bidang ilmunya masing-masing, mahasiswa butuh ketahanan mental dan spiritual, mahasiswa butuh kerjasama dengan aparat desa. Mahasiswa merupakan agen pembaharuan (agent of change), mahasiswa KKN bukan sebagai Agent of Development tetapi sebagai Agent of Empowerment. Pada akhir arahannya Ketua Lp2M ISI Denpasar menyampaikan evaluasi mahasiswa dilihat dari kehadirannya dilapangan, ketepatan program dengan aplikasinya dan penilaian sudah dimulai sejak pembekalan dilaksanakan.
Sesi pembekalan selanjutnya diisi oleh Pembantu Rektor I ISI Denpasar. Beliau menyampaikan KKN masuk dalam kurikulum dengan 3 sks, 1 sks menghabiskan waktu 50 menit, jadi setiap minggu mahasiswa menghabiskan waktu 150 menit dalam 1 semester. Karena KKN ini pelaksanaannya dipadatkan tentu perhitungan dalam seminggunya menjadi berbeda. Selanjutnya PR I menyampaikan dalam KKN ini mahasiswa belajar memberdayakan masyarakat, KKN adalah ajang komunikasi perguruan tinggi (PT) dengan masyarakat tentang profile PT dan sumber daya yang dimiliki. KKN ini menjadi penting karena isu central yang muncul belakangan ini adalah “erosi budaya” yaitu merosotnya karakter bangsa terlihat dari bebagai konplik yang muncul di masyarakat. Maka dari itu pendidikan yang dapat membangun karakter bangsa perlu diberikan kepada siswa maupun mahasiswa misalnya melalui pendidikan budi pekerti. KKN adalah salah satu mata kuliah yang dapat membentuk karakter mahasiswa berkepribadian baik melalui pembelajaran berinteraksi dengan masyarakat. PR I menjelaskan 4 pilar ciri manusia berdasarkan UUD 1945 yaitu jujur, cerdas (intelek, emosional), tangguh dan toleransi. Banyak orang pintar namun sulit mencari yang jujur.
Sesi pembekalan terakhir sebelum penutupan diisi oleh Pembantu Rektor III ISI Denpasar yang membidangi kemahasiswaan. PR III menekankan jangan membuat janji, mahasiswa harus dapat mengukur kemampuan sendiri dalam menyusun program, sehingga pelaksanaannya sesuai dan tidak menimbulkan masalah. Masyarakat harus diberdayakan untuk membangun dirinya sendiri, mahasiswa diharapkan dapat bertindak sebagai koordinator kegiatan dan masyarakatlah yang diajak membangun desa dalam berbagai bidang seni. Bukan sebaliknya mahasiswa sibuk sendiri mengeluarkan dana, melaksanakan sendiri tanpa melibatkan masyarakat. Selama KKN mahasiswa dilarang untuk terjun dalam politik praktis.
by admin | Aug 2, 2011 | Berita
Kiriman Dewi Yulianti, Dosen PS Seni Karawitan. Bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Rektor ISI Denpasar memberikan pengarahan sekaligus membuka acara pembekalan KKN ISI Denpasar tahun 2011/2012 dengan jumlah peserta 147.
Adapun peserta KKN tahun ini, dari jurusan Karawitan 26, jurusan Tari 22, Pedalangan 4, FSRD 95. Lokasi KKN adalah Kecamatan Banjarangkan yang memiliki 13 Desa Dinas. Untuk tahun ini, mahasiswa ISI Denpasar akan melaksanakan kegiatan ini di Desa Dinas Bakas,Nyalian, Timuhun, dan Nyanglan.
Dipilihnya Kecamatan Banjarangkan, berdasarkan sinkronisasi antara permintaan masyarakat dengan program yang ada LP2M. Kegiatan ini pada tanggal 5 Agustus 2011 akan dibuka secara resmi, dan berakhir pada 5 September 2011.
Program prioritas di Desa Bakas adalah Seni Pertunjukan untuk persiapan Lomba Desa. Di desa lainnya programnya adalah penataan kantor desa, membuat dekorasi kantor, penataan taman, dll
Di akhir program, akan diadakan pentas hasil binaan, lomba lukis serta kegiatan lainnya.
Waktu untuk mahasiswa Seni Pertunjukan, mahasiswa mengajar di sekolah pada pagi hari, sore hari di Banjar dan rumah penduduk.Untuk mahasiswa pengkajian akan mendapatkan inspirasi guna menyelesaikan tugas akhir.
“KKN mahasiswa ISI Denpasar masih sangat diminati di masyarakat, hal ini terbukti dengan banyaknya permintaan masyarakat ke LP2M ISI Denpasar,” ujar I Wayan Sudana,S.ST.,M.Hum Ketua Panitia KKN tahun ini.
Mahasiswa KKN juga akan melaksanakan kegiatan tambahan serangkaian KKN di Desa Surabrata dan Tinungan, Tabanan yg merupakan bimbingan seni bagi masyarakat imbuh Sudana.
by admin | Aug 2, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Kadek Suartaya, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Masyarakat mancanegara mengenal Legong sebagai seni tari dari Pulau Dewata. Terminologi kesenian bangsa-bangsa menempatkan Legong sebagai seni tari yang luwes gemulai dalam pangkuan gemerincing gamelan yang renyah dinamis. Seni pertunjukan yang seutuhnya merupakan rajutan estetika tari ini menggapai puncak kejayaannya para era kerajaan Bali. Saat itu beberapa kerajaan besar di Bali menjadikan Legong sebagai seni kesayangan sekaligus gengsi para penguasa. Namun sejak pupusnya patronisasi puri-puri oleh terjangan kolonalisme, Legong yang juga lazim disebut Legong Keraton, secara perlahan kian redup binarnya. Masyarakat Bali masa kini umumnya tak memiliki ikatan estetik-emosional dengan Si Elok Legong.
Akan tetapi aura seni tari yang biasanya dibawakan para gadis belia ini belum pudar betul. Ada kemungkinan tari ini akan berjaya kembali. Sebab, kini tidak sedikit generasi belia Bali yang mempelajari dengan tekun tari yang gambar-gambarnya banyak menghiasi buku-buku tentang Bali ini. Simaklah lomba-lomba tari yang sejak lima tahun terakhir ini digelar secara sporadis hampir di seluruh Bali. Selain mengkompetisikan jenis tari kebyar atau tari kreasi seperti Panji Semirang, Wiranata, Margapati, Tarunajaya, dan Oleg Tamulilingan, tari klasik Legong Keraton juga merupakan materi yang tak pernah ketinggalan dilombakan. Mungkin karena Legong dianggap sebagai dasar tari Bali jenis tari putri.
Dalam lomba-lomba tari yang diselenggarakan sanggar tari, sekolah, universitas hingga lembaga adat banjar tersebut, lomba tari Legong diikuti oleh gadis-gadis usia 9-13 tahun atau masih duduk dibangku SD dan SMP. Bagaimana semangatnya penampilan insan-insan belia itu menyajikan tari Legong dapat disaksikan misalnya dalam lomba tari di Banjar Kayumas Denpasar yang rutin digelar pada bulan Desember. Ratusan penari Legong cilik yang datang dari seantero Bali unjuk kebolehan di depan tim juri dan penonton, penuh gairah menggapai juara. Tari Legong yang umumnya dilombakan adalah sepenggal tari Condong yaitu tokoh emban dalam Legong Lasem yang sumber temanya diangkat dari cerita Panji. Kendati hanya sepotong, esensinya telah mewakili estetika dari beragam tema tari klasik Legong.
Konsep estetik legong dengan kompleksitas tari dalam ikatan iringan gamelannya dapat membawakan beragam lakon. Demikian pula kreasi tari yang mengacu pada pola garap Legong, pelegongan, yang belakangan telah ratusan digarap, berangkat dengan aneka tema dari berbagai sumber cerita. Masyarakat Bali dapat menyimak geliat kreasi pelegongan tersebut di arena Pesta Kesenian Bali (PKB). Dalam mata acara pagelaran festival atau parade Gong Kebyar, greget kreasi pelegongan merupakan bentuk seni pentas yang pernah beberapa kali diwajibkan untuk diketengahkan. Selain dalam ajang PKB, ujian-ujian akhir di ISI Denpasar juga telah banyak menelorkan kreasi pelegongan.
Kendati para koreografer masa kini telah banyak mencipta seni tari dengan konsep estetik legong yang disebut pelegongan, tapi gaungnya di tengah masyarakat Bali kurang terasa. Setidaknya, dari ratusan kreasi pelegongan itu tak satu pun dikenal baik oleh masyarakat penonton. Jangankan menjadi karya seni yang monumental, bahkan sebagian besar dari kreasi pelegongan, baik yang menggebrak di PKB maupun yang membuncah di ISI atau di sanggar-sanggar tari, hanya mengalami pementasan perdana saja. Kreasi-kreasi pelegongan itu sirna bak dibungkam hingar bingar kehidupan dan hiburan global kekinian. Kreasi pelegongan yang berpijak dari genius estetik lokal, tercekal.
Sesungguhnya, legong sebagai ekspresi artistik dan konsep estetik telah mengundang kekaguman dunia namun kini kurang diindahkan oleh pemiliknya, masyarakat umum Bali. Tari legong yang di masa lalu konon memiliki puluhan tema, kini sebagian besar tak jelas jejak-jejaknya. Keberadaan Kokar (kini SMK 3 Sukawati) dan ASTI (kini ISI Denpasar) pada awal-awal berdirinya pernah secara getol merekonstruksi beberapa tema legong, diantaranya Legong Kuntul, Legong Candrakanta, dan Legong Semarandana. Demikian pula kantong-kantong legong seperti Desa Saba dan Peliatan (Gianyar), Binoh (Badung), Tista (Tabanan), sempat bersemangat mengawal style legong-nya masing-masing. Kini, hanya di Peliatan, legong masih mengerling dan tersenyum, mungkin karena dolar wisatawan.
Demikianlah, kini, masyarakat umum hanya mengenal Legong Lasem yang dibawakan oleh tiga orang penari putri. Penonton akan menyaksikan seorang penari mengawali sebagai Condong yang kemudian dilanjutkan dengan dua penari sebagai legong-nya. Sepasang penari ini membawakan bagian inti yang disebut pengawak dengan gerak-gerak yang abstrak ekspresif. Pada bagian akhir, unsur pendramaan tersaji dalam adegan roman dan perang. Condong kembali tampil memakai sayap, beradegan perang dengan salah satu penari yang memerankan Prabu Lasem. Legong Lasem berkisah tentang cinta bertepuk sebelah tangan Prabu Lasem dengan Putri Rangkesari.
Kisah cinta bertepuk sebelah tangan itu kini seakan merundung tari Legong. Kreasi-kreasi para kreator tari masa kini dalam format yang disebut pelegongan tersebut, belum mendapatkan balasan “cinta asmara“ setimpal dari masyarakat. Masyarakat Bali kurang mengapresiasinya. Padahal, secara kultural, Legong adalah nilai keindahan yang tak ternilai. Oleh karena itu, kita tentu berharap Legong tak hanya mengerling dan tersenyum semu sebagai sajian seni turistik belaka melainkan menjadi wahana harmoni rohaniah atas esensi keindahahan gemulai tarinya yang mempesona dan kandungan moralitas lakon-lakonnya yang memperkaya fajar budi dan cakrawala kebudayaan.
Insan Belia Bali Berlomba Menyayangi Legong, selengkapnya
by admin | Aug 2, 2011 | Berita, pengumuman
I. PENGUMUMAN PELELANGAN
No. 6852/ULP/ISI/VIII/2011
Tahun Anggaran 2011 Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada Satuan Kerja ISI DENPASAR, dengan alamat Jalan Nusa Indah Denpasar – Telp. (0361) 227316, melaksanakan Pelelangan Umum Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan KONSTRUKSI sebagai berikut :
No.
|
Nama Pekerjaan
|
Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
|
Kualifikasi/Bidang
|
1
|
Pembangunan Gedung Pameran ISI Denpasar
|
Rp. 7.741.914.000 |
Non Kecil/ Bangunan – bangunan non perumahan lainnya
|
2
|
Pembangunan Gedung SERBAGUNA ISI Denpasar
|
Rp. 24.731.199.000 |
Non Kecil/ Bangunan – bangunan non perumahan lainnya
|
Peserta dapat melakukan pendaftaran mulai hari/tanggal SENIN, 1 AGUSTUS 2011 s.d , SENIN 8 AGUSTUS 2011 setiap hari kerja mulai jam 09.00 Wita s.d 15.00 Wita, melalui:
a) pendaftaran langsung ke ULP ISI DENPASAR, dengan alamat Jalan Nusa Indah Denpasar – Telp. (0361) 227316; atau
b) pendaftaran tidak langsung melalui e-mail dengan alamat “[email protected]“
Dengan mengisi formulir pendaftaran yang telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan.
Formulir pendaftaran, syarat-syarat pendaftaran, dan Dokumen lelang dapat dilihat dan diunduh pada http.//www.isi-dps.ac.id.
Denpasar, 01 Agustus 2011
Pokja Pengadaan Jasa Pekerjaan Konstruksi
ISI Denpasar TA. 2011
Catatan :
Pada waktu PENDAFTARAN dan PENGAMBILAN DOKUMEN :
1). Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar harus melampirkan surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, Copy IUJK, Copy SBU, dan copy kartu pengenal.
2). Apabila yang mendaftar adalah direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar harus melampirkan Copy IUJK, Copy SBU, dan copy kartu pengenal.
3). Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan dokumen pelelangan.
4). Khusus untuk pendaftaran yang dilakukan melalui e-mail, peserta akan terdaftar pada ULP saat data yang dikirim peserta diterima oleh ULP. (Mohon agar peserta yang mendaftar dengan cara ini melakukan konfirmasi kepada POKJA ULP untuk memastikan apakah data yang dikirim telah diterima POKJA ULP atau belum dengan menghubungi ULP ISI Denpasar Telepon (0361) 227316 Ex. 115 setiap hari kerja Jam 09.00 Wita s.d 15.00 Wita.
Formulir Pelelangan GD Pameran dan GD Serba Guna