Ke Thailand Dalam Rangka Thai-Indonesia Cultural Exchange Cooperation 2011

Ke Thailand Dalam Rangka Thai-Indonesia Cultural Exchange Cooperation 2011

Beberapa waktu yang lalu delegasi ISI Denpasar yang terdiri dari dosen dan mahasiswa bertolak menuju Thailand selama kurang lebih seminggu dalam rangkaian kegiatan Muhibah seni, yang merupakan kegiatan pertukaran kebudayaan antara dua negara yang diselenggarakan antara ISI Denpasar dengan Suan Sunanda Rajabhat University dan Surat Thani Rajabhat University, Thailand. Kerjasama antara ISI Denpasar dengan dua universitas besar di Thailand ini telah dimulai sejak tahun 2006. Hal ini sangat mendukung peningkatan hubungan kedua belah pihak untuk saling bertukar budaya, research, serta pertukaran pelajar atau mobility student yang telah berlangsung dalam program MIT.

Saat berada di Thailand, Delegasi ISI Denpasar sempat berdialog dengan mahasiswa ISI Denpasar yang sedang mengikuti program MIT, mereka mengungkapkan mendapat pengalaman, budaya, serta etika yang tinggi dalam mengikuti perkuliahan. ”Saya setiap hari menggunakan kostum putih-hitam kekampus dan selalu disiplin waktu perkuliahan” kata Sri Wahyuningsih mahasiswa JurusanTari FSP, A.A. Amitaba, dan Ilutfiatun Mahasiswa FSRD yang menyalami dosen dan temannya. ”Saya menyampaikan salam kepada Bapak Rektor, dan terimakasih kepada Bapak Menteri yang telah mengirim kami kesini untuk belajar budaya Thailand”, Imbuhnya.

Rangkaian kegiatan Muhibah seni kali ini terdiri dari acara Workshop, Pementasan, dan Pameran yang diselenggarakan di kedua kampus. Workshop Wayang Kamasan dibawakan oleh dosen dari FRSD, yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen di masing-masing kampus di Thailand ini. Kemudian pementasan Tari Bali yang terdiri dari Tari Kecak, Tari Baris, Kebyar Duduk, Topeng Tua, Teruna Jaya, dan Oleg Tamulilingan yang dibawakan oleh gabungan antara dosen serta mahasiswa FSP ISI Denpasar. Kemudian sebagai balasannya ISI Denpasar juga mempelajari tari Thailand dari Dosen setempat. Hal ini merupakan pertukaran budaya yang sangat penting dilakukan oleh kedua belah pihak kata presiden Suan Sunandha saat membuka pameran.

Pameran visualisasi dengan tema ”Seni dan budaya sebagai jembatan perdamaian dan persahabatan antar Indonesia dan Thailand”, menampilkan karya lukis, seni patung, seni kriya, desain interior, desain komunikasi visual dan fotografi, merupakan kesempatan yang baik untuk berdialog dengan masyarakat internasional, disamping karya seni rupa dari Suan Sunandha dan Surat Thani Rajabhat University.

Pagelaran di Surat thani Rajabhat University juga disaksikan oleh Presidennya secara langsung, serta menyampaikan salam hangat kepada Bapak Rektor ISI Denpasar, ”Saya sangat senang dengan kegiatan ini dan tahun ini rencananya akan melakukan kunjungan balasan untuk kerjasama yang lebih erat”ungkap President.

Pimpinan delegasi PR IV I Wayan Sueca, selalu menekankan pada kedisiplinan dan profesional dalam pelaksanaan pameran workshop dan pegelaran, setiap kegiatan selalu diadakan evaluasi. ”Saya menegaskan bahwa delegasi ini membawa misi terhormat yaitu mengemban visi dan misi ISI Denpasar Go Internasional” ungkap Sueca dalam setiap evaluasi yang dijadikan pelajaran bagi mahasiswa dan dosen ISI dalam mengemban tugas. ”Dalam waktu dekat ini ISI Denpasar akan mengirimkan delegasinya untuk bertolak ke California, Amerika Serikat pada tanggal 6 September 2011, mudah-mudahan kunjungan ini mampu meningkatkan eksistensi ISI Denpasar di tingkat Internasional” tutupnya.

Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II

Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

1).  Tabuh Pategak

            Marajaya berpendapat, bahwa pertunjukan Wayang Kulit Bali pada umumnya dimulai dengan tabuh pategak atau pembukaan. Tabuh ini mempunyai tujuan untuk menarik perhatian penonton agar terkonsentrasi pada jalannya pertunjukan. Tabuh pembukaan atau pategak ini dapat juga ditemukan pada pertunjukan-pertunjukan seni teater lainnya seperti: Drama Gong, Prembon, Arja, Wayang Wong, Janger, Joged Bumbung dan lain sebagainya. Pada tabuh pategak pertama selesai, sang dalangpun naik ke panggung tempat pertunjukan, dan tabuh pategak ke dua dilanjutkan oleh panabuh. Tabuh pategak ke dua mulai, sang dalang duduk mengukur jarak kelir dengan blencong menggunakan ujung jari tangan, setelah merasa sudah cukup, dilanjutkan dengan makan daun sirih (nginang) dari ujung daun sirih dengan ucapan mantra: Pukulun Sanghyang Tunggal amasanga guna kasmaran, buta asih, liak asih, janma manusa asih, Dewa Batara asih, teka patuh ingkup, teka asih 3x. Ong antara, pantara, patara, sarwa sih manembah alila sudha ya namah, Ang Ah. Dilanjutkan oleh sang dalang natab bayu dengan cara meniupkan nafas pada tangan, kalau lebih deras nafas lubang hidung kanan, sang dalang meniatkan Betara Brahma yang menuntun di saat pertunjukan, jika lebih deras nafas lubang hidung kiri, maka sang dalang meniatkan Betara Wisnu yang menuntun di saat pertunjukan, seandainya keduanya sama-sama deras, maka sang dalang meniatkan Betara Iswara yang menuntun di saat pertunjukan, dengan mantra dalam hati, Ong Ang Ung Mang, suksma yogi prayojana sudha ya namah. Dalam pertunjukan Wayang kulit Bali, tabuh pategak dilanjutkan dengan tabuh pamungkah.

2).  Tabuh Pamungkah

            Dalang melakukan langkah-langkah seperti: nebah keropak yaitu tutup keropak ditepuk dengan telapak tangan kiri, disertai dengan ucapan mantra: Atangi Sanghyang Samirana angringgit amolah cara. Dalang membukanya tutup keropak ditaruh di sebelah kanan dalang sekaligus digunakan alas wayang yang akan sering dipakai di dalam pertunjukan. Dalang mengambil ke dua pamurtian, yang kanan dipegang dengan tangan kanan, dan yang kiri dipegang dengan tangan tangan kiri, dengan mengucapkan mantra: Pukulun Sanghyang Tiga Wisesa amasang guna pangeger. Kemudian pamurtian diserahkan kepada pembantu dalang (katengkong) di kanan untuk ditancapkan di ujung layar (kelir) sebelah kanan, pamurtian kiri diserahkan kepada pembantu dalang (katengkong) di kiri untuk ditancapkan di ujung kelir sebelah kiri. Dalang mengambil alat pemukul keropak (cepala) yang dipasang (dijepit) dengan telunjuk dan jari tengah tangan sebelah kiri. Setelah sang dalang siap, kemudian memberikan aksen dengan satu ketokan keras (tak), maka tabuhpun mulai nguncab, pemukulan keropak disesuaikan dengan tabuh gamelan (mecandetan). Kemudian sang dalang mengambil kayonan ditempel di siwadwara di bagian belakang blencong dengan mengucapkan mantra: Om Sanghyang Sambhu mulih ring Wisnu, Sangkara mulih ring Mahadewa, Ludra mulih ring Brahma, Mahesora mulih ring Iswara meraga Sanghyang Tunggal, mawak gni, tangan gni, rambut gni, melidah aku mirah, asing cepolang aku bentar, teka mandi 3x, teg nyer 3x.

3).  Tari Kayonan I

            Tari kayonan (gegilak kayonan) yang dimunculkan dari bawah tepat di tengah-tengah kelir yang diikuti oleh tabuh musik iringan (gamelan) sesuai kode-kode yang diberikan oleh dalang, baik kode melalui kayonan maupun kode dari cepala, antara keras dan halusnya suara gamelan dikendalikan oleh dalang. Kayonan ditarikan ke kanan dan ke kiri, kemudian diputar-putar (miling) di ujung kelir kanan dan kiri. Setelah miling, dalang mencari celah untuk menarik kayonan ke bawah untuk memberikan kode kepada penabuh bahwa tari kayonan pertama telah usai, kemudian kayonan ditancapkan pada batang pisang (gadebong) tepat di tengah-tengah kelir dan dipasang tokoh wayang Sanghyang Tunggal atau Sanghyang Cintya tepat dipertengahan kayonan, dan dilanjutkan dengan adegan jejer wayang.

4).  Jejer Wayang

            Pada adegan jejer wayang, dalang menancapkan wayang di samping kanan dan kiri kayonan sesuai dengan tokoh penting yang akan terlibat dalam lakon pentaskan. Wayang yang tidak terpakai ditancapkan sesuai dengan penokohannya, seperti tokoh protagonis di ujung batang pisang sebelah kanan dan tokoh antagonis di ujung batang pisang sebelah kiri dalang. Dari adegan jejer wayang juga dapat memberikan gambaran kepada penonton tentang lakon yang akan diceritakan pada pementasan, disamping untuk memudahkan dalang mengambil wayang atau tokoh-tokoh yang diperlukan pada saat lakon telah berjalan. Adegan selanjutnya yaitu ngabut kayonan dilanjutkan dengan menarikan kayonan (gilak kayonan) tahap kedua.

5).  Tari Kayonan II

Setelah wayang dicabut satu-persatu oleh dalang dan diserahkan kepada pembantu dalang (katengkong), tinggal kayonan yang masih tertancap di tengah-tengah kelir, tabuh gamelanpun berubah menjadi tabuh ngabut kayonan. Dalang mengikuti irama gamelan disaat mencabut kayonan, kemudian ditarikan ke kiri dan ke kanan tanpa disertai dengan pukulan cepala. Setelah miling kiri dan kanan, dalang memutar-mutar ringan kayonan dari kiri, dan ke kakan sambil mencari celah akan mematikan suara gamelan dengan kode pukulan cepala, sebagai tanda tari kayonan kedua telah usai.

Uraian di atas menunjukan, bahwa di dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung di Pemuwuna setra Pura Dalem Desa Kerobokan oleh dalang Ida Bagus Sudiksa masih tetap mengikuti pakem tradisi Pewayangan Bali, karena tidak ada urutannya yang dikurangi. Selanjutnya dilanjutkan dengan adegan petangkilan.

6).  Petangkilan

Adegan petangkilan dalam pewayangan Bali sering disebut dengan istilah peguneman, yang mempunyai makna persidangan atau bermusyawarah. Tokoh-tokoh wayang yang akan pergi ke persidangan diiringi oleh gending yang disesuaikan dengan irama musik iringan (tabuh gamelan). Nardayana mengatakan bahwa, motif gending petangkilan dalam Wayang Kulit Bali ada tiga jenis, yaitu alas harum, rundah dan candi rebah. Alas harum adalah gending yang dipakai oleh dalang untuk mengiringi wayang-wayang yang berkarakter halus ke persidangan, misalnya: Tokoh Darmawangsa, Kresna, Kunti. Rundah adalah gending yang dipakai oleh dalang untuk mengiringi wayang-wayang yang berkarakter keras atau dadeling (bermata bulat) pergi ke persidangan, misalnya tokoh Duryodana dan Dursasana. Sedangkan candi rebah adalah gending yang dipakai oleh dalang untuk wayang-wayang yang berkarakter raksasa, misalnya tokoh Rahwana, Kumbakarna dan lain-lain. Tabuh gamelan pada iringan musik pewayangan Ramayana ada perbedaan dengan tabuh gamelan iringan musik pewayangan Calonarang. Di dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa, tokoh-tokoh yang terlibat di petangkilan atau musyawarah adalah: Prabu Erlangga, Patih Madri, Twalen dan Mredah diiringi gending batel maya yang tidak jauh larasnya dengan candi rebah. Tandak batel maya ini mengikuti gending gamelan yang mengiringinya, adegan ini berlangsung sekitar 10 menit.

Struktur Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, Bagian II Selengkapnya

Fungsi Tari Legong Sambeh Bintang

Fungsi Tari Legong Sambeh Bintang

Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Untuk membahas fungsi tari Legong Sambeh Bintang digunakan Teori Kontekstual. Segala aktivitas budaya masyarakat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan suatu rangkaian dari sejumlah kehidupan masyarakat pendukungnya, bukan saja sebagai hiburan, melainkan juga digunakan untuk mengikat rasa persatuan. Hal itu juga tampak dalam kegiatan penyajian tari Legong Sambeh Bintang yang ditampilkan selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pendukungnya untuk hari persembahan, namun selain itu keberadaan tari yang disakralkan oleh masyarakat pendukungnya ini juga berfungsi sebagai pengikat rasa persatuan bagi warga masyarakat desa setempat.

Seni pertunjukan pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam kehidupan manusia, seni memiliki fungsi berbeda-beda sesuai dengan kondisi masyarakat pendukungnya serta lingkungan di mana seni itu lahir atau berkembang.

Fungsi seni bila dipandang dari segi kegunaanya terbagi menjadi tujuh yaitu: (a) memanggil kekuatan gaib, (b) menjemput roh-roh baik, (c) menjemput roh-roh untuk hadir dipemujaan, (d) peringatan pada nenek moyang, (e) perlengkapan upacara sehubungan dengan saat-saat tertentu dalam putaran waktu, (f) perlengkapan upacara dengan tingkat-tingkat hidup manusia, (g) perwujudan dari pada dorongan untuk mengungkapkan keindahan semesta. Secara umum fungsi seni tari dapat dibagi menjadi: tari sebagai keindahan; tari sebagai persembahan; tari sebagai alat komunikasi.

  a. Tari sebagai keindahan. Hampir di setiap pementasan seni selalu me-ngutamakan unsur keindahan yang paling utama, karena keindahan di dalam seni itu merupakan mutlak mesti ada termasuk dalam seni tari. Keindahan memiliki penger-tian yang sangat luas, di mana keindahan itu merupakan keteraturan susunan bagian dari bentuk tari secara organik, keserasian atau keselarasan dalam unsur maupun pola-pola yang mempersatukan bagian-bagiannya. Maksudnya adalah di dalam sebuah seni tari keindahan dilihat dari segi isi, makna, atau pesan tertentu. Sebagai-mana halnya dengan tari Legong Sambeh Bintang yang walaupaun menggunakan ragam gerak sederhana namun dari kesederhanaan tersebut akan menimbulkan nilai keindahan yang kuat.

            Jika dikaitkan dengan pernyataan di atas, maka tari Legong Sambeh Bintang yang muncul dan berkembang di Desa Bangle, Abang, Karangasem ini juga berfungsi sebagai media keindahan. Hal itu dapat dilihat dari ragam gerak, tata-rias busana yang digunakan tari Legong Sambeh Bintang ini yang ditampilkan dengan mengutamakan unsur keindahan. Unsur keindahan diutamakan oleh pementasan tarian ini karena keindahan merupakan hal yang paling penting dalam suatu penyajian pertunjukan. Keindahan yang ditampilkan oleh tari Legong Sambeh Bintang ini mengandung arti/makna sangat luas dan kompleks, di antaranya tari ini tampak selalu menampilkan keteraturan susunan bentuk tari, keserasian, keselarasan unsur maupun pola-pola tari Legong Sambeh Bintang ini agar penyajian tari ini secara keseluruhan tampak indah baik dilihat dari isi, makna, maupun pesan yang ingin disampaikan.

b. Tari sebagai Persembahan. Sebagian besar kesenian yang ada di Bali merupakan kesenian sakral, karena kesenian ini diciptakan untuk kepentingan yadnya atau upacara. Upacara ritual sebagai pengalaman emosi keagamaan meng-hadirkan tari di dalamnya sebagai sarana pengungkapan kepercayaan. Kehadiran tari dalam upacara ritual berfungsi untuk memperkuat kepercayaan dan memformulasi-kan konsepsi agama mengenai kehidupan. Sebagaimana tari Legong Sambeh Bintang yang dipentaskan untuk keperluan upacara agama untuk memperkuat kepercayaan masyarakat setempat kepada para Dewata.

                      Selain berfungsi sebagai media keindahan, tari Legong Sambeh Bintang ini juga berfungsi sebagai persembahan. Sebagimana seni pertunjukan pada umumnya,  tari Legong Sambeh Bintang ini yang muncul dan berkembang di Desa Bangle Karangasem ini juga merupakan kesenian sakral, karena seni pertunjukan ini diciptakan untuk kepentingan upacara. Upacara ritual sebagai pengalaman emosi keagamaan menghendaki adanya tari di dalamnya sebagai sarana pengungkapan kepercayaan. Kehadiran tari Legong Sambeh Bintang ini dalam upacara ritual Usaba Desa berfungsi untuk memperkuat kepercayaan dan memformulasikan konsepsi agama masyarakat setempat tentang kehidupan mereka.

 c. Tari sebagai alat komunikasi. Tari banyak digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dengan Tuhan, contohnya masyarakat Bali banyak mempersembahkan tarian untuk berkomunikasi kepada Tuhan, jika mereka ingin agar di desa tidak terjadi wabah penyakit, dan memohon kepada Tuhan dengan cara mempesembahkan tari-tarian.

Selain berfungsi sebagai media keindahan, sebagai persembahan, tari Legong Sambeh Bintang yang disakralkan masyarakat Desa Bangle ini juga sebagai alat komunikasi. Hal itu dapat dilihat dari seringnya tari Legong Sambeh Bintang ini digunakan masyarakat setempat sebagai media untuk berkomunikasi dengan Tuhan ketika upacara piodalan Usaba Desa di Pura Desa, desa setempat. Mereka selalu mempergunakan tari Legong Sambeh Bintang ini sebagai persembahan untuk berkomunikasi kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberinya keselamatan dalam menjalankan kehidupan.

Fungsi Tari Legong Sambeh Bintang Selengkapnya

Poster dan X-banner Sebagai Sarana Promosi SD Saraswati 2 Denpasar

Poster dan X-banner Sebagai Sarana Promosi SD Saraswati 2 Denpasar

Kiriman: Gd Lingga Ananta Kusuma Putra, SSn., Alumni PS. DKV ISI Denpasar

Poster

Penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media promosi poster yang digunakan sebagai salah satu media komunikasi visual sebagai sarana promosi SD Saraswati 2 Denpasar.

Unsur Visual Desain

1. Bentuk Fisik

Bentuk fisik dari promosi poster ini persegi panjang dan mempunyai ukuran 42 cmx 59,4 cm. Ukuran dibuat dalam ukuran kertas A2 agar poster lebih jelas terlihat, walaupun jika dilihat dari jarak yang agak jauh.

2. Ilustrasi

Dalam perancangan media promosi poster ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah gambar seorang guru yang mendampingi murid-muridnya.

Digunakan ilustrasi guru dan murid yang berada dalam suasana yang menyenangkan/ceria, tujuannya agar sasaran mengetahui poster ini mempromosikan sebuah sekolah yang memiliki suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

3. Teks

Perancangan media promosi ini menggunakan teks yang isinya berupa informasi mengenai syarat pendaftaran di SD Saraswati 2 Denpasar. Sedangkan closing word menampilkan ajakan tentang promosi ini.

4. Huruf / Typografi

Perancangan media promosi ini menggunakan dominan jenis huruf atau typografi yang bersifat formal/sedikit menggunakan variasi agar mudah terbaca, yaitu: Arial, Impact dan freestyle. Jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat.

5. Warna

Dalam perancangan media poster ini menggunakan warna sebagai berikut :

–       Dalam poster ini menggunakan illustrasi yang berfungsi sekaligus sebagai background. Dimana pewarnaan pada objek menggunakan warna cerah (lightness dan saturation yang tinggi) dengan menggunakan ekspresi ceria (sesuai konsep) dan warna soft pada background langitnya. Sehingga nantinya pada warna tersebut mengesankan suasana yang menyenangkan.

–       Logo Saraswati menggunakan warna putih dan hitam. Agar tidak menyatu dengan background sehihngga dapat terlihat jelas.

–       Tulisan menggunakan warna hijau.

Warna tulisan ini digunakan agar terlihat lebih jelas dan sesuai dengan warna SD Saraswati 2.

6. Bahan

Perancangan media poster ini menggunakan bahan art paper 210 gsm. Kertas art paper 210 gsm dipilih karena memiliki kualitas dan ketebalan yang bagus, sehingga poster lebih awet dan tidak mudah rusak.

7. Teknik Cetak

            Untuk mewujudkan poster dalam jumlah banyak, cetak offset dipilih karena harganya relatif lebih murah dan lebih bagus daripada teknik cetak lainnya.

Kreatif Desain

Kreatif desain merupakan proses kreatif yang terdiri dari layout/gambar kasar dan gambar detail, serta mempertimbangkan indikator serta unsur-unsur desain dan bobot penilain desain sebagai acuan desain terpilih. Dalam proses kreatif perancangan desain poster ini, dibuat 3 alternatif desain.

Desain poster ini dipilih karena jika dibandingkan dengan 2 alternatif desain yang lainnya, tata letak dalam desain poster ini dianggap lebih menarik, lebih banyak memenuhi kriteria desain serta paling sesuai dengan konsep perancangan yang digunakan yaitu “ceria dan informatif”. Teks yang digunakan dalam desain ini berupa informasi mengenai SD Saraswati 2 Denpasar. (untuk lebih jelasnya lihat lampiran)

X-banner

Pada sub ini penulis akan membahas tentang visualisasi desain pembuatan media X-banner yang digunakan sebagai salah satu media promosi SD Saraswati 2 Denpasar.

Unsur Visual Desain

1. Bentuk Fisik

 Bentuk fisik dari X-banner ini adalah poly poster dengan ukuran 60 x 160 cm.

2. Ilustrasi

Dalam perancangan media X-banner ini, ilustrasi yang dipergunakan adalah ilustrasi seorang guru dan murid-muridnya. Digambarkan dalam suasana yang nyaman dan ceria.

3. Teks

Pada media X-banner ini, menggunakan teks yang isinya berupa syarat dan tempat pendaftaran murid baru di SD Saraswati 2 Denpasar.

4. Huruf / Typografi

            Menggunakan jenis huruf Arial. Huruf jenis ini digunakan karena bentuknya yang simpel/sederhana juga mudah dibaca. Keseluruhan jenis typografi tersebut diatas dikomposisikan menurut ukuran dan keseimbangan guna mendapatkan kesatuan serta ritme yang tepat dimana nantinya dapat memberikan keseimbangan informasi yang dinamis.

5. Warna

–       Dalam X-banner ini menggunakan illustrasi yang berfungsi sekaligus sebagai background. Dimana pewarnaan pada objek menggunakan warna cerah (lightness dan saturation yang tinggi) dengan menggunakan ekspresi ceria (sesuai konsep) dan warna soft pada background langitnya. Sehingga nantinya pada warna tersebut mengesankan suasana yang menyenangkan.

–       Logo Saraswati menggunakan warna putih dan hitam. Agar tidak menyatu dengan background sehihngga dapat terlihat jelas.

–       Tulisan menggunakan warna hijau.

Warna tulisan ini digunakan agar terlihat lebih jelas dan sesuai dengan warna SD Saraswati 2.

6. Bahan

Perancangan media X -banner ini menggunakan bahan poly poster.

7. Teknik Cetak

            Teknik cetak yang digunakan adalah teknik cetak digital.

Kreatif Desain

Pada proses kreatif desain media poster dibuat 3 alternatif desain yang selanjutnya dipilih salah satu sebagai desain terpilih. Desain poster ini dipilih karena memiliki lebih nilai estetis dibandingkan dengan 2 alternatif desain lainnya yang sedikit kurang menarik. Ilustrasi yang ditampilkan desain terpilih lebih dinamis dengan warna dan pencahayaan yang memiliki nilai keserasian terhadap latar belakangnya.

Poster dan X-banner Sebagai Sarana Promosi SD Saraswati 2 Denpasar, selengkapnya

Tahap Pembentukan dan Pembersihan Bilah

Tahap Pembentukan dan Pembersihan Bilah

Kiriman I Putu Arya Sumarsika, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar.

            Dalam membangun atau membentuk bilah untuk mengubah dari bentuk asalnya menjadi bentuk yang baru, dengan mengalami proses-proses pemanasan dan penempaan yang bertahap sesuai cara kerja pande gamelan yang ada di Blahbatuh. Adapun urut yang dikerjakan pande gamelan adalah sebagai berikut :

  1. Natap adalah proses meratakan sisi laklakan yang pada awal pengambilan dari penyangkan tidak begitu bagus bentuknya, pada proses natap ini pande mempergunakan palu berat 3 kg dan ditempa pada landesan penguadan.
  2. Ngeteb adalah suatu proses penempaan pada bagian sisi panjang bilah, proses ngeteb  ini merapikan bentuk yang didapat dari laklakan. Tahap ngeteb menggunakan palu seberat 3 kg dan ditempa pada landesan Penguadan.
  3. Nguad adalah suatu proses meratakan semua sisi bilah sekaligus memperpanjang ukurannya dari ukuran yang didapat dari bentuk laklakan. Dalam proses nguad ini pande mengambil beberapa bilah laklakan yang akan dijadikan bilah yang ukurannya sama, dan ke empat bilah tersebut dimasukkan ke dalam perapen yang apinya sudah dipersiapkan. Semua laklakan harus ditutupi oleh arang sehingga tidak sedikitpun terlihat, bilamana ada bagian laklakan yang tidak tertutup oleh api pada proses nguad akan memakan waktu lama. Kalau laklakan sudah cukup merah, diangkat dan ditempa di atas lendasan penguadan. Dalam pengerjaan ini pande memukul bagian atas bilah tempaan tahap awal ini bertujuan membuat rata kedua bilah sisi laklakan dan memperpanjang ukurannya hingga mencapai panjang ukuran bilah yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan ini beberapa bilah laklakan akan naik–turun dari perapen sampai 8 (delapan) kali. Yang dimaksud dengan “naik turun api”, berarti dibakar di dalam api ; naik berarti ditempa di atas landesan sehingga mendapat bentuk yang diinginkan.
  4. Ngedonin  adalah suatu proses pembentukan “usuk” dari bilah yang menyerupai limas persegi panjang. Dalam pekerjaan membuat usuk pande mengunakan landesan penguadan. Pengerjaan ini menggunakan palu penguadan dan jatuh pukulan palu di pinggir sebelah kiri dan kanan dan dapat menegaskan bentuk awal laklakan dan tahap ini menggunakan landesan paron. Pada waktu pengerjaan usuk, berarti memperlebar ukuran muka bilah itu sendiri. Dalam proses ini bilah akan mengalami naik turun api selama empat kali.
  5. Ngesongin adalam proses pembuatan lubang/gegorok yang nantinya berfungsi sebagai tempat tali untuk menggantung bilah di pelawah gamelan itu sendiri. Pada pembuatan lubang bilah ini pande telah memperhitungkan jarak yang tepat, kelainan jarak dalam pembuatan lubang akan mempengeruhi bunyi dan dari segi bentuk sesudah jadi nantinya. Ukuran yang tepat untuk pembuatan gamelan berbilah adalah dengan mengukur panjang bilah : 4 di dapatlah lobang untuk bilah. Pembuatan lubang gegorok dilakukan pada waktu bilah sedang berwarna merah ini dimaksudkan agar dapat mempermudah dalam pengeboran. Dalam hal ini masih menggunakan bor manual yang bertujuan, jika pada proses ini menggunakan bor listrik alat ini akan mengalami kerusakan.
  6. Nyepuh suatu proses dimana pada tahap ini bilah sudah bisa dibilang selesai dalam tahap penempaan. Tahap penyepuhan dilakukan dengan menurunkan kembali bilah yang sudah mengalami tahap nguad, ngedonin, dan ngesongin dan dipanaskan sampai bilah berwarna merah kemudian diangkat dari perapen langsung dimasukkan ke dalam bak yang sudah berisi air yang sudah dipersiapkan. Tahap penyepuhan ini bertujuan agar krawang cepat mengeras. Bilamana pada tahap penyepuhan ini sudah selesai, maka selesailah sementara untuk  penggunaan perapen.
  7. Narik adalah proses dimana bilah yang sudah mengalami penyepuhan ditempa kembali untuk merapikan bekas-bekas pukulan palu pada proses pembentukan serta merapikan bentuk bilah. Dalam hal ini bilah tidak mengalami pemanasan ini dikarenakan melihat sifat krawang jika dipanaskan akan menjadi lunak jika ditempa, maka bilah tidak dipanaskan hanya ditempa dengan palu berat 3 kg dengan menggunakan landesan penguadan.

Tahap Pembentukan dan Pembersihan Bilah Selengkapnya

Loading...