“Pendet Mahardhika” Menggedor Keindonesiaan

“Pendet Mahardhika” Menggedor Keindonesiaan

Kiriman Kadek Suartaya, SSKar., Msi., Dosen PS. Seni Karawitan.

Senyum ramah tari Pendet yang diciptakan I Wayan Rindi (almarhum) pada tahun 1950, kerlingnya telah memantul ke mancanegara. Tetapi relakah Anda bila cipta seni bangsa Indonesia tersebut diklaim oleh bangsa lain?  Pagelaran “Pendet Mahardhika” yang disajikan serangkaian dengan HUT ke-66 Kemerdekaan RI, mencoba menggedor rasa kebangsaan kita. Sore (17/8) itu, menjelang upacara penurunan bendera Merah-Putih, 200 orang gadis remaja pelajar SMP dan SMA membawakan tari Pendet di Lapangan Alit Saputra, Tabanan. “Sebagai bangsa yang merdeka berdaulat, relakah kita dipandang sebelah mata oleh bangsa lain?” tegas narasi deklamatis yang menggarisbawahi awal pentas tari berdurasi tujuh menit itu.

            I Made Wardana, S.S.Kar, M.Si, konseptor dan penggarap artistik “Pendet Mahardhika” ini, mengungkapkan bahwa pesan yang ingin dilontarkan di tengah perayaan hari kemerdekaaan RI ke-66, terinspirasi oleh peristiwa tiga tahun terakhir tentang diklaimnya beberapa bentuk ekspresi artistik bangsa kita seperti Reog, batik, lagu Rasa Sayange, dan tari Pendet oleh Negeri Jiran Malaysia. Dibantu dua koreografer muda, Ida Ayu Priatna, S.Sn dan Komang Ari Wira Kandraniati, S.Sn, Made Wardana ingin menggugah rasa kebangsaan melalui dan dengan topik rasa cinta terhadap seni budaya bangsa sendiri. “Sadarilah, jagat seni negeri ini masih setia menjaga citra bangsa kita dan dalam gelanggang kesejagatan, dunia seni kita masih punya jati diri mengawal martabat bangsa Indonesia,” ujar alumnus ISI Denpasar ini dengan lugas penuh semangat.

Pada pertengahan Agustus 2009, tari Pendet tiba-tiba  mencuri perhatian masyarakat Indonesia. Ini gara-gara ditampilkannya salah satu tari kreasi dari Pulau Dewata tersebut dalam iklan pariwisata negeri jiran Malaysia. Promosi Visit Malaysia Year yang sekelebat menghadirkan lenggang gemulai dan senyum manis empat penari Bali itu membuat masyarakat Indonesia gerah. Iklan pariwisata yang disebar gencar secara internasional itu ditengarai sebagai upaya Malaysia mengklaim tari Pendet sebagai seni budayanya sendiri.

            Banyak yang beropini pendakuan tari Pendet oleh Malaysia dipicu oleh kepentingan pragmatis-ekonomis, dalam konteks ini industri keparawisataan yang memang dikelola amat sungguh-sungguh negeri tetangga itu dengan mempromosikan  bangsanya sebagai  Truly Asia. Pendet sebagai salah satu tari Bali yang sudah sangat familiar menyongsong wisatawan mancanegara,  mereka pinjam tanpa permisi untuk pencitraan eksistensi nilai keindahan budaya. Tetapi karena tari Pendet–seperti juga Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, batik yang sebelumnya pernah didaku Malaysia—adalah ekspresi sub kebudayaan Indonesia, tentu saja  ulah dan sepak terjang bangsa serumpun itu tak etis bahkan diteriaki sebagai maling siang bolong.  Hasrat dan agresifitas kapitalisme dunia pariwisata rupanya membuat Malaysia kehilangan urat malu.

            Namun isu tari Pendet dalam iklan pariwisata Malaysia itu justru berhasil menggugah bangsa Indonesia, termasuk masyarakat Bali, akan keberadaan seni budayanya. Masyarakat Indonesia kebanyakan menjadi mulai benar melafalkan nama tari dari pulau Bali ini. Masyarakat Bali yang kurang begitu akrab dengan seni tari jadi ingin tahu sosok tari Pendet itu. Nama sang pencipta tari itu, I Wayan Rindi, kini menjadi agak dikenal. Wacana yang mengarah pada kesadaran akan seni budaya bangsa yang muncul dalam representasi media massa terasa begitu hangat dengan semangat sarat kepedulian.

Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet  berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan seusai pementasan  topeng Sidakarya—teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dan wanita dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga.

 Pendet sebagai tari selamat datang kini telah menabur bunga perdamaian, menjalin komunikasi estetik di tengah pluralitas bangsa Indonesia dan dalam mulikulturalitas masyarakat dunia. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tari berkarakter wanita ini cukup intim dengan peminat tari Bali. Demikian pula di luar negeri, tari Pendet bak menjadi identitas seni pertunjukan Bali.  Lewat doa dan persembahan semerbak bunganya, tari Pendet telah merajut harmoni dan menjadi jempatan toleransi dalam realita kebhinekaan kita mengapresiasi suatu ekspresi kesenian.

            Kesenian adalah keseharian masyarakat Bali dan seni jua merupakan kristalisasi kebudayaan. Karena itu, gelora kebangsaan kita  juga dapat disulut melalui media khasanah kesenian bangsa. Tengoklah kembali penampilan tari “Pendet Mahardhika“, mempesona secara artistik dan menggedor cinta keindonesiaan kita. Dibawah pandangan  ribuan penonton, hamparan para penari Pendet itu tampak bak puspa ragam bunga di sebuah taman yang indah. Puncaknya adalah ketika seluruh penari berleret membuat konfigurasi, 100 penari berjongkok dengan lembaran kain putih dan 100 penari bendiri dengan lembaran kain merah, disatukan menjadi bendera Merah-Putih kolosal. Adegan menggetarkan tersebut ditegaskan dengan narasi: Jayalah negeriku, mulialah tanah airku, majulah Indonesiaku, Sang Merah Putih benderaku,  rakyat Idonesia siap membelamu!

“Pendet Mahardhika” Menggedor Keindonesiaan, selengkapnya

Hibah Seni Dari Yayasan Kelola

Hibah Seni Dari Yayasan Kelola

Kategori Hibah Seni Apa yang Ditawarkan?
Kelola menawarkan 2 (dua) kategori hibah seni:
1. Hibah Karya Inovatif

Karya Inovatif adalah program yang menawarkan bentuk dan/atau cara pengekspresian baru, baik yang tergambar dalam konsep maupun yang terwujud dalam karya. Sumber penciptaan tidak terbatas, bisa kesenian tradisional ataupun modern. Kriteria kegiatan adalah produksi karya inovatif dengan waktu pentas minimum 60 menit, boleh terdiri dari beberapa nomor karya atau sebuah karya utuh, yang ditampilkan sedikitnya dalam dua kali pementasan.

Tujuan

Membantu seniman/kelompok kesenian memproduksi karya seni pertunjukan yang melintasi batas-batas baku dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru.

Pelamar
Seniman/kelompok kesenian yang sudah pernah mementaskan karya.
Dana Hibah
Diberikan untuk biaya produksi karya baru yang belum pernah dan akan dipentaskan.
2.    Hibah Pentas Keliling

Pentas Keliling adalah kegiatan mementaskan produksi yang sudah pernah dipanggungkan. Waktu pentas minimum 60 menit, boleh terdiri dari beberapa nomor karya atau sebuah karya utuh, yang akan dipentaskan sedikitnya di tiga kota di INDONESIA di luar domisili pelamar. Prioritas diberikan pada usulan program yang didukung oleh kegiatan-kegiatan yang bernilai edukatif bagi masyarakat (seperti lokakarya, diskusi, pertunjukan di sekolah) serta memiliki daya jangkauan yang lebih luas (seperti adanya liputan langsung oleh media).

Tujuan

•    Memberikan kesempatan kepada seniman/kelompok kesenian yang berpengalaman untuk menyajikan dan menguji karyanya kepada publik penonton baru.

•    Memberikan kesempatan kepada penonton di berbagai daerah untuk menonton pementasan yang berkualitas.

Pelamar

Seniman/kelompok kesenian yang diakui kualitas keseniannya dan pencapaian artistiknya (minimal dalam lingkup propinsi). Seniman yang menggarap pertunjukan seni tradisi dihimbau untuk melamar.

Dana Hibah

Hanya dapat digunakan untuk biaya-biaya terkait dengan perjalanan untuk mementaskan karya di 3 kota. Dana tidak dapat digunakan untuk biaya produksi.

SIAPA YANG DAPAT MELAMAR?

Seniman perorangan atau kelompok kesenian dari seluruh Indonesia dapat mengajukan lamaran.
SIAPA YANG TIDAK DAPAT MELAMAR?

  • Kelompok kesenian pelajar dan kampus.
  • Kelompok kesenian yang merupakan bagian dari organisasi politik, militer, atau pemerintahan.
  • Seniman/kelompok kesenian yang telah menerima hibah pada tahun sebelumnya.
  • Anggota tim seleksi.

BOLEHKAH LAMARAN DIAJUKAN UNTUK DUA KATEGORI?
Boleh, dengan catatan lamaran diajukan dalam dua formulir terpisah dengan bahan pendukung terpisah untuk masing-masing kategori.
BERAPA DANA YANG DAPAT DIMINTA?
1. Untuk Karya Inovatif maksimal Rp. 22 juta.
2. Untuk Pentas Keliling maksimal Rp. 40 juta.

Jika ada bantuan dana dari pihak lain selain dana hibah seni, peraih hibah wajib menyerahkan surat keterangan dari pihak lain tersebut kepada Kelola sebelum dana Hibah Seni dapat dicairkan.

KAPAN KARYA HARUS DIPENTASKAN?
Kegiatan yang bisa diajukan adalah yang berlangsung dari 1 Mei 2012 sampai dengan 25 Desember 2012.
BAGAIMANA PELUANG SAYA?

Besar kecilnya peluang Anda tergantung pada jumlah lamaran yang masuk dan dana yang tersedia dalam satu periode hibah. Namun, yang lebih menentukan adalah kualitas karya Anda. Kompetisi dalam Hibah Seni ini ketat, rata-rata hanya satu dari setiap delapan lamaran yang berhasil lolos seleksi.

 BAGAIMANA DAN SIAPA YANG MENYELEKSI LAMARAN?

  • Lamaran dinilai oleh sebuah tim seleksi independen yang keanggotaannya berganti tiap periode.
  • Tim seleksi terdiri dari maksimal 7 orang; dan hanya satu orang wakil dari Kelola.
  • Tim seleksi dipilih dari kalangan seni dan ahli yang mewakili berbagai bidang minat dan latar belakang.
  • Nama-nama anggota tim seleksi akan diumumkan setelah penerima hibah diputuskan.
  • Anggota tim seleksi tidak diperbolehkan mengajukan lamaran atau terlibat dalam suatu kegiatan yang diajukan.
  • Keputusan tim seleksi tidak dapat diganggu gugat.

KAPAN HASIL SELEKSI DIUMUMKAN?
Hasil seleksi diumumkan tanggal 5 April 2012 melalui website Kelola.

BAGAIMANA CARA MENGAJUKAN LAMARAN?

  • Baca Pedoman Pengajuan Lamaran ini dengan cermat.
  • Pilih salah satu dari dua kategori yang paling cocok untuk Anda/kelompok Anda.
  • Isi formulir lamaran di website Kelola.
  • Kirimkan CV Sutradara/Koreografer/Komposer yang diajukan dalam lamaran melalui email ke: [email protected].
  • Sertakan untuk bahan pendukung (VCD/DVD, kliping media massa dan sebagainya). Khusus untuk VCD/DVD, Anda hanya perlu mengirimkan satu unit (usahakan yang Anda kirim itu adalah copy-nya agar Anda masih memiliki dokumentasi aslinya).
  • Kirimkan bahan pendukung melalui pos/kurir ke:

              Program Hibah Seni 2012
Yayasan Kelola
Jl. Cikatomas II no. 33
Kebayoran Baru, Jakarta 12180
Telp: (021) 739 9311

  • Pelamar Karya Inovatif  WAJIB menyertakan VIDEO SALAH SATU KARYA ANDA SEBELUMNYA.
  • Pelamar Pentas Keliling WAJIB menyertakan VIDEO KARYA YANG DIAJUKAN UNTUK PENTAS KELILING.
  • Tanggal penutupan lamaran adalah 25 Desember 2011.
    DIMANA SAYA BISA MEMPEROLEH INFORMASI YANG LEBIH RINCI?
    Untuk informasi lebih lanjut dan terperinci, silakan menghubungi Kelola di (021) 739 9311 atau e-mail ke [email protected].

Sumber: kelola.or.id

Form Pendaftaran

Pelelangan Umum Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan KONSTRUKSI

 

I. PENGUMUMAN PELELANGAN

No. : 8253/ULP/ISI/IX/2011

 

Tahun Anggaran 2011 Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada Satuan Kerja ISI DENPASAR, dengan alamat Jalan Nusa Indah Denpasar – Telp. (0361) 227316, melaksanakan Pelelangan Umum Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan KONSTRUKSI sebagai berikut :

No.

Nama Pekerjaan

PAGU

Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Kualifikasi/Bidang

1

Pembangunan Gedung Dekanat Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Tahap III Rp. 317.669.000. Rp. 317.669.000.

Kecil/ Bangunan – bangunan non perumahan lainnya

2

Pembangunan Gedung Lab.FSRD Tahap III Rp. 439.280.000 Rp. 439.280.000

Kecil/ Bangunan – bangunan non perumahan lainnya

 

Peserta dapat melakukan pendaftaran mulai hari/tanggal Selasa, 13 September  2011 s.d , Rabu  21 September 2011 setiap hari kerja mulai jam 09.00 Wita s.d 14.00 Wita, melalui:

Pendaftaran langsung ke ULP ISI DENPASAR, dengan alamat Jalan Nusa Indah Denpasar – Telp. (0361) 227316. Dengan mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh Pokja Bangunan Pendukung Pembelajaran dan telah ditetapkan dalam dokumen pengadaan.

Dokumen pengadaan dalam bentuk soft copy dapat di copy pada  Pokja ULP ISI Denpasar peserta harus menyediakan media penyimpanan data dalam bentuk CD atau Flashdisk

Catatan :

Pada waktu PENDAFTARAN dan PENGAMBILAN DOKUMEN :

1).  Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar harus melampirkan surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, Copy IUJK, Copy SBU, dan copy kartu pengenal.

2).  Apabila yang mendaftar adalah direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang, pendaftar harus melampirkan Copy IUJK, Copy SBU, dan copy kartu pengenal.

3).  Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan dokumen pelelangan.

 

Denpasar, 13 September 2011

Pokja Bangunan Pendukung Pembelajaran

ISI DENPASAR  TA. 2011

Matrikulasi Program Pascasarjana

Matrikulasi Program Pascasarjana

Bertempat di Gedung Latha Mahosadi ISI Denpasar, Mahasiswa Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengikuti kuliah matrikulasi program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Program Pascasarjana, di  Kampus ISI, Senin-Selasa (12-13/9). Acara kuliah matrikulasi ini dibuka secara resmi oleh Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai yang dalam hal ini diwakili Pembantu Rektor I  Ketut Murdana, M.Si.

Dalam kuliah perdana itu   Ketut Murdana menyampaikan  karakter akademik yang ditawarkan kampus seni ini memiliki karakter yang sangat khas.   ISI Denpasar  sebagai kampus seni satu-satunya  di Bali memiliki visi yang setrategis dalam usaha mewujudkan program studi dalam hal ini program penciptaan dan pengkajian yang berbasis pada budaya.” Apalagi ISI Denpasar yang berada di wilayah Timur Indonesia yang  memiliki keragaman budaya yang kental, tentu  akan menjadi sasaran penelitian budaya  yang setrategis bagi mahasiswa S2 nantinya,” ujar Murdana.

Dikatakan, kedepan sumber penelitian bagi mahasiswa pasca sarjana ISI Denpasar yang berada di kawasan Timur Indonesia sudah barang tentu akan memiliki warna yang beda bila dibandingkan dengan program yang ditawarkan oleh kampus seni di Indonesia sudah ada. “ Sebut saja, ISI Yogyakarta, ISI Solo, ISI Bandung, Padang Panjang yang lebih dulu memiliki program pasca sarjana dan  menjadikan pusat penelitian budaya di bagian Indonesia bagian barat,” terangnya.  Sedangkan dengan keragaman budaya yang ada di kawasan timur, sudah jelas   menjadi basis akademik bagi ISI Denpasar di masa mendatang.

Mahasiswa yang melanjutkan ke jenjang S2 ini sebagian besar berasal dari alumni ISI Denpasar , kemudian dari  ISI  Yogyakarta , Universitas Hindu Indonesia (Unhi) serta Universitas Malang dan  dari luar negeri 1 orang. Dengan dosen yang telah dipersiapkan oleh ISI Denpasar baik yang didatangkan dari kampus ternama lainnya maupun dosen yang ada di kampus ISI sendiri.  Kuliah matrikulasi program ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari, dan untuk menuntaskan studi pasca sarjana paling cepat  dibutuhkan waktu dua tahun.

Sementara itu, rombongan muhibah seni ISI Denpasar yang masih berada di San Fransisco telah menggelar berbagai atraksi seni termasuk workshop yang mendapat sambutan yang sangat baik dari masyrakat disana, ungkap Dekan Fakultas Seni Pertunjukan I Ketut Garwa yang turut serta dalam rombongan tersebut.

Awal Mula Tari Telek Anak Anak Di Desa Jumpai Klungkung

Awal Mula Tari Telek Anak Anak Di Desa Jumpai Klungkung

Kiriman: Ayu Herliana, PS. Seni Tari ISI Denpasar

Sebelum awal mula dari Tari Telek Anak-Anak dijelaskan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai Desa Jumpai itu sendiri. Menurut informasi yang diberikan oleh Bapak I Wayan Marpa, selaku Bendesa Adat Desa Jumpai Klungkung, menjelaskan tentang sejarah Desa Jumpai secara singkat, sebagai berikut.

Pada zaman kerajaan dahulu, terdapatlah salah satu kerajaan bernama kerajaan Majapahit. Kerajaan tersebut mempunyai seorang patih, ia bernama maha patih Gajah Mada. Suatu hari, Patih Gajah Mada meminta Mpu Kresna Kepakisan untuk datang ke Bali untuk menjadi Raja di Bali. Alasannya, karena Mpu Kresna Kepakisan memiliki hubungan yang baik dan memiliki kesaktian yang sama dengan dirinya (Patih Gajah Mada). Mpu Kresna Kepakisan mempunyai empat (4) anak, yaitu:

  1. Dalem Dirum menjadi Raja Blangbangan
  2. Delem Made Pasuruhan menjadi Raja Pasuruhan
  3. Dalem Watu Muter menjadi Raja Sumbawa
  4. Dalem Ketut Kresna Kepakisan menjadi Raja Majalangu

Salah satu anak beliau, yaitu Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan yang menjadi Raja Majalangu menikah dengan Ni Gayatri. Kemudian mempunyai anak yang bernama I Pasek Bon Dalem Samanjaya. Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan oleh Patih Gajah Mada didaulat menjadi Raja Bali dengan para pengikut Arya Makabehan juga disertai dengan anak beliau I Pasek Bon Dalem Samanjaya yang menjadi juragan. Pertama kali beliau datang ke Bali turun di pasisir Desa Langkung (Lebih). Disana beliau pergi ke Utara, tiba di Samprangan dan menjadi Raja Samprangan. I Pasek Bon Dalem Samanjaya adalah bermata pencaharian sebagai nelayan. Ia lalu meminta kepada Raja Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan (ayahnya) untuk mencari tempat di dekat pantai, karena tempat ia tinggal jauh dari samudra. Mulai sejak itu, anak dari Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan, yaitu I Pasek Bon Dalem diberi gelar I Pasek Bendega Dalem Samanjaya. Beliau mencari tempat di dekat pasisir pantai menemukan tempat yang bernama Cedokan Boga. Di sana para leluhur pertama tinggal. Akan tetapi, sekian lama tinggal di Cedokan Boga, I Pasek Bendega Dalem Samanjaya mencari tempat lagi bergeser ke Timur menemukan tempat yang bernama Njung Pahit (Jumpai). Kemudian bergeser  ke sebelah Timur sesuai dengan posisi Desa Jumpai sekarang yang terdiri dari lima banjar (Dusun), antara lain: (1) Banjar Jumpai Gunung, (2) Banjar Jumpai Kanginan, (3) Banjar Jumpai Tengah, (4) Banjar Jumpai Kawanan, dan (5) Banjar Jumpai Kekeran. Dikarenakan berbagai musibah, pada suatu masa itu di Desa Jumpai mengalami wabah penyakit hingga menyebabkan rakyat yang berjumlah 800 orang menjadi 300 orang. Karena banyak yang meninggal, beberapa dari warga Desa Jumpai meninggalkan desa dan beralih ke Badung, Cemagi, Seseh, dan Semawang. Banjar pun menciut dari lima banjar menjadi dua banjar, sampai sekarang bernama Desa Jumpai.

Demikian ulasan singkat tentang sejarah  terjadinya Desa Jumpai, Klungkung.

Desa Jumpai, Klungkung merupakan salah satu desa dari sekian banyak desa yang ada di wilayah Kabupaten Klungkung, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara        : Desa Gelgel

Sebelah Barat        : Subak Pegatepan

Sebelah Timur       : Tukad Unda

Sebelah Selatan     : Segara/ Laut

Potensi Desa Jumpai

Luas wilayah Desa Jumpai kira-kira 213.306 Ha/Km2 dengan keadaan tanah yang sangat subur yang terdiri dari tanah perumahaan, persawahan, perkebunan sebagian lainnya pantai. Iklim Desa Jumpai cukup sedang dan keadaan tanah cukup subur.

Kehidupan penduduk Desa Jumpai pada umumnya ditopang oleh mata pencaharian secara mayoritas dalam bidang pertanian, selebihnya adalah jasa pertukangan, pegawai negeri, dan karyawan swasta serta wiraswasta.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memacu masyarakat di Desa Jumpai untuk meningkatkan pengetahuan baik lewat jalur formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal di Desa Jumpai telah berdiri sebuah Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), sebuah Sekolah Dasar (SD), dan sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Lewat pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah dimaksudkan untuk mengajari siswa-siswa keterampilan lain di luar jam sekolah. Maka dari itu telah berdiri sebuah pesraman yang menampung anak-anak yang ingin mengetahui hal-hal baru yang berkaitan dengan segala macam pelajaran mulai dari pendidikan ilmu pengetahuan, bahasa, etika, dan sopan santun, keterampilan putra dan putri dan agama.

Dalam bidang kesenian, di Desa Jumpai juga memiliki potensi dalam bidang tersebut. Kesenian merupakan suatu khas tradisi suatu desa dimana setiap tahunnya mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan jamannya dengan tanpa menghilangkan unsur-unsur keasliannya. Kesenian juga merupakan media masa baik itu dipergunakan untuk keagamaan maupun dalam kegiatan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus  mendapatkan perhatian. Pembinaan secara rutin itu harus mendapatkan perhatian pembinaan itu datang dari pihak pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

Kelembagaan Desa Jumpai sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat ditinjau dengan adanya koordinasi yang baik diantara lembaga-lembaga yang ada, baik lembaga formal maupun non formal. Di Desa Jumpai banyak terdapat Organisasi Kemasyarakatan yang keseluruhannya adalah untuk menunjang pembangunan secara umum sesuai dengan bentuk organisasi tersebut. Dalam hal ini organisasi yang terdapat di Desa Jumpai meliputi: kelompok kesenian Gong Kebyar 2 sekaha untuk 1 desa dan sanggar tari 1 buah. Selain di bidang kesenian, Desa Jumpai juga perpotensi di bidang olahraga. Banjar Kanginan pernah berhasil mendapatkan juara I turnamen voly untuk tingkat sekabupaten dan Banjar Kawan berhasil mendapatkan juara I dibidang olahraga bulutangkis untuk tingkat sekabupaten.

Dari uraian diatas mengenai sejarah Desa Jumpai, maka dapat disimpulkan Desa Jumpai sekarang menjadi 2 banjar, yaitu Banjar Kawan dan Banjar Kangin. Walaupun kedua banjar tersebut berdampingan, namun saat mementaskan Tari Telek Anak-Anak tersebut mereka memiliki penari, tapel Telek, dan pemangku sendiri-sendiri. Hanya saja di Desa Jumpai memiliki satu sesuhunan, yaitu Ida Bhatara Jero Gede (berbentuk Barong) dan kedua banjar tersebut sebagai pengemponnya. Ida Bhatara Jero Gede, Ida Bhatara Lingsir (Rangda), tapel Telek, Jauk, dan Penamprat mempunyai tempat khusus jika tidak mesolah, yaitu disineb di Pura Dalem Penyimpenan.

Tari Telek yang merupakan kesenian tradisional, asal usulnya tidak diketahui secara pasti, hal ini disebabkan oleh kurangnya data yang mengungkapkan asal mula tarian ini. Di dalam mengungkapkan awal mula timbulnya Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai, akan berpedoman kepada informasi yang diberikan oleh beberapa nara sumber yang berasal dari daerah lingkungan objek penelitian ini. Di samping itu, informasi yang didapat di lapangan juga akan dibandingkan dengan sumber-sumber literatur yang ada kaitannya dengan Tari Telek di Bali. Meskipun demikian, Tari Telek di Desa Jumpai diperkirakan mulai berkembang sekitar tahun 1935 sampai sekarang.  Tarian ini dijadikan pelengkap upacara keagamaan di pura-pura di lingkungan masyarakat Jumpai, dan juga Tari Telek ini mempunyai hubungan erat dengan Barong Ket dalam pementasannya yang juga merupakan sesuhunan Desa Jumpai tersebut.

Awal Mula Tari Telek Anak Anak Di Desa Jumpai Klungkung selengkapnya

Loading...