Batik Nusantara Warisan Budaya Indonesia untuk Dunia

Batik Nusantara Warisan Budaya Indonesia untuk Dunia

Jakarta, 20 September 2011–Penjurian Lomba Desain Motif Batik Indonesia 2011 digelar hari ini di Gedung D Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
Batik merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia yang dikagumi oleh berbagai bangsa di dunia. Produk budaya Indonesia yang sangat unik ini merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan memperkenalkan batik kepada generasi muda dan menjadikannya sasaran dalam kegiatan lomba desain motif batik.
Perlombaan ini bertujuan menggali ide kreatif dari mahasiswa dalam merancang motif batik. Selain itu, ajang ini juga di9harapkan meningkatkan kecintaan dan kepedulian mahasiswa terhadap pelestarian budaya batik. pada jangka panjang, kompetisi ini diharapkan dapat meningkatkan promosi batik khususnya batik bernuasa kearifan lokal yang semakin luas dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kriteria Penilaian ajang  ini meliputi motif  (keunikan, artistik) (20%), komposisi warna (20%), kreatifitas (proses pembuatan, pewarnaan) (30%), keharmonisan antara judul, sumber ide dan motif (30%). “Batik yang dihargai UNESCO adalah batik yang memiliki filosofi kehidupan bangsanya,” ujar Duta Besar Indonesia untuk UNESCO Tresna Darmawan Kunaefi yang juga menjadi juri ajang ini. Ia berharap perlombaan ini akan memperkaya khasanah budaya batik Indonesia.
Nominasi Pemenang (10 orang) ajang bertajuk “Batik Nusantara Warisan Budaya Indonesia untuk Dunia” ini akan diundang untuk menghadiri “World Batik Summit 2011” tanggal 28 sampai dengan 30 September 2011 di JHCC Jakarta. “Karya Nominator akan dipamerkan pada acara “World Batik Summit 2011” untuk dipilih tiga terbaik oleh peserta seminar,” ujar Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Illah Sailah.
Pengumuman Pemenang dilaksanakan pada Malam Budaya tanggal 29 September 2011. Pemenang akan memperoleh sertifikat dan dana pembinaan sebesar Rp. 10.000.000 untuk Juara 1. Juara 2 mendapatkan Rp. 7.500.000 dan Juara 3 Rp. 5.000.000. sedangkan Juara Harapan (7 orang) masing-masing mendapatkan Rp. 3.000.000.
Sumber: dikti.go.id

 

Uji Publik Rancangan Peraturan Menteri Tentang Tata kelola Informasi

Uji Publik Rancangan Peraturan Menteri Tentang Tata kelola Informasi

Jakarta – Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kementerian Pendidikan Nasional menggelar uji publik terhadap rancangan peraturan menteri mengenai tata kelola informasi di Kemdiknas.

Uji publik rancangan peraturan menteri ini mengumpulkan perwakilan eselon satu dan dua di Kemdiknas untuk mendengarkan masukan-masukan dari semua unit utama. Acara tersebut dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kemdiknas, Ainun Na’im.

Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemdiknas, Ibnu Hamad, mengatakan, peraturan menteri ini akan menjadi dasar bagi Pusat Informasi dan Humas (PIH) selaku Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumen (PPID) Kemdiknas untuk mengelola informasi dari dan kepada publik. PIH menjadi PPID di Kemdiknas berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 094/P/2010 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kemdiknas.

Ibnu mengatakan, selama ini PIH hanya menguasai informasi secara umum dari setiap unit di kementerian. Informasi detail ada di masing-masing unit utama. “Dengan permen ini diharapkan kerjasama antar unit makin baik, hingga pelayanan juga makin baik,” katanya usai memimpin sidang uji publik rancangan peraturan menteri ini di Gedung A Kemdiknas, Senin (19/09).

Ibnu menyampaikan, rancangan peraturan menteri ini telah melalui beberapa tahap hingga bisa sampai ke tahap uji publik. Rancangan pertama masih mencari dimana tata kelola ini akan dituangkan. Rancangan kedua, memberi isi dalam batang tubuh yaitu pasal-pasal dan ayat-ayatnya. Dan beberapa tahap lain yang telah dilalui. “Tahap-tahapnya semakin maju sampai hari ini,” katanya.

Rancangan peraturan menteri yang telah melalui uji publik ini akan disusun kembali oleh PIH dan biro hukum Kemdiknas. Selanjutnya akan diserahkan ke Menteri Pendidikan Nasional untuk diperiksa dan disetujui. Ibnu berharap peraturan tersebut bisa selesai secepatnya, dan tahun depan sudah bisa dijalankan.

Sumber: kemdiknas.go.id

Norma Sosial

Norma Sosial

Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara

a.  Pengertian Norma Sosial

Norma – norma kelompok dan norma – norma sosial tidak akan timbul dengan sendirinya tetapi terbentuk di dalam interaksi sosial antar individu di dalam kelompok sosial. Nilai sosial senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya interaksi manusia di dalam kelompok. Dengan kata lain, norma sosial adalah hasil dari interaksi sosial antaranggota suatu kelompok. Oleh karena norma sosial merupakan interaksi dari kelompok, maka nilai sosial sebenarnya sama dengan norma kelompok. Pengertian norma sosial dirumuskan oleh Sherif dalam sebagai pengertian umum yang seragam mengenai cara – cara tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila mereka dihadapkan dengan situasi yang bersangkut – paut dengan kehidupan kelompok.

Norma sosial merupakan pengertian yang meliputi bermacam-macam hasil interaksi kelompok, baik hasil – hasil interaksi dari kelompok – kelompok yang telah lampau maupun hasil interaksi kelompok yang sedang berlangsung. Termasuk semua nilai sosial, adat istiadat, tradisi, kebiasaan, konvensi, dan lain-lain. Norma sosial adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap mengenai segala situasi yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok.

Soetandyo Wignjosoebroto dalam menyatakan bahwa norma tidak lain adalah konstruksi-konstruksi imajinasi. Artinya, suatu konstruksi yang hanya ada karena dibayangkan di dalam pikiran-pikiran dan banyak dipengaruhi oleh daya kreatif mental, namun norma-norma sebagai keharusan, yang bertujuan merealisasikan imajinasi mental kewujud konkrit di alam kenyataan haruslah memahami betul alam realita dan fakta. Sedangkan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya ikatnya.

Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma disebut pula peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam manjalani interaksi sosialnya. Keberadaan  norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk sejak lama. Norma tidak boleh dilanggar. Siapa yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma, akan memperoleh hukuman. Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan dibentuk secara tidak sengaja. Lamakelamaan norma-norma disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakatberisi tata tertib, aturan, petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Misalnya, cara makan, bergaul, berpakaian merupakan norma-norma yang menjadi acuan dalam berinteraksi.

b. Tingkat Norma Sosial

Berdasarkan tingkatannya, norma di dalam masyarakat dibedakan menjadi empat.

  1. Cara (usage)

Cara adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan individu dalam    suatu  masyarakat tetapi tidak secara terus menerus.

  1. Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.

  1. Tata kelakuan (mores)

Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya.  Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan lain. Fungsinya sebagai alat agar para anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut.

Fungsi tata kelakuan dalam masyarakat adalah sebagai berikut.

a) Memberikan batasan pada perilaku individu dalam masyarakat tertentu.

b) Mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan yang berlaku di dalam kelompoknya.

c) Membentuk solidaritas antara anggota-anggota masyarakat dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap keutuhan dan kerjasama antara anggotaanggota yang bergaul dalam masyarakat.

d) Memberikan seperangkat alat untuk menetapkan harga social dari suatu kelompok.

e) Mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkahlaku.

f) Merupakan penentu akhir bagi manusia dalam memenuhi peranan sosialnya.

g) Sebagai alat solidaritas bagi kelompok.

h) Sebagai alat kontrol perilaku manusia

Norma Sosial selengkapnya

Analisis Garapan Baladhika

Analisis Garapan Baladhika

Kiriman: Agus Ary Andhika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

 Berbagai karya seni yang diciptakan oleh manusia dapat memberikan kita kesenangan dan kepuasan dengan penikmatan rasa indah, merupakan sebuah ungkapan yang timbul saat kita menikmatinya.

Ada tiga unsur keindahan yang berperan dalam struktur atau pengoranisasian karya seni, anatara lain :

 A.    Unsur keutuhan atau kebersatuan (Unity).

Dengan keutuhan yang dimaksud bahwa karya yang indah menunjukan keseluruhannya sesuatu yang utuh tidak ada cacatnya atau tidak ada yang kurang tidak ada yang berkelebihan. Semua bagian-bagian yang ada dalam garapan komposisi ini sambung-menyambung melalui yang telah tersusun dan saling mengisi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain..  Keutuhan instrument yang satu dengan insrumen yang lainnya tercemin dari harmonisnya jalinan-jalinan seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. Rasa keutuhan kemudian diperkuat dengan hadirnya tiga sifat yang memperkuat rasa keutuhan  diantaranya :

Simetri

Simetri menuntut sebuah karya yang memang menpuyai keutuhan, tidak cacat atau dengan kata lain setiap bagian maupun secara keseluruhan dari karya seni ini terlihat atau dirasakan enak dan dapat membangkitkan rasa keseimbangan dan ketenangan kepada penikmatnya.

Simetri dalam karya ini, mencoba ditransformasikan lewat keseimbangan garap musikal yang mempermudah si penikmat musik untuk mengetahui garap musikal yang dimaksud, sesuai dengan garapan musik prosesi melalui gamelan Babonangan. Dalam pola garap musikalnya, untuk mewujudkan kesimetrian tersebut penata mencoba mentranspormasi pola ketukan genap.

Ritme

Dalam sebuah karya seni, ritme menunjukkan hadirnya sesuatu yang berulang-ulang secara teratur, seperti ada jarak yang sama atau jangka waktu yang sama. Begitu juga dalam garapan komposisi “Baladhika” ini, ritme sangat berperan sebagai “bumbu” yang dapat menambah rasa dalam menikmatinya. Ritme dalam komposisi ini tidak saja dimainkan oleh satu instrumen, tetapi ritme juga timbul akibat ransangan yang diberikan oleh pola melodi yang dimainkan oleh intrumen reyong. Hal ini dilakukan untuk menjaga rasa keutuhan dari pola garapnya.

Dalam komposisi musik  “Baladhika” ini, ritme dimainkan oleh beberapa instrumen yang saling mendukung menjadi garapan komposisi yang seimbang dan menyatu menjadi ciri khas rasa musikal yang ditimbulkan. Kombinasi antara ritme dengan pola melodi diupayakan untuk mewujudkan rasa musikal baru dalam motif gending Baleganjur.

Harmoni

 Harmoni yang dimaksud adalah keselarasan antara bagian-bagian atau komponen-komponen yang tersusun menjadi kesatuan.  Keharmonisan memperkuat rasa keutuhan karena memberikan rasa tenang, nyaman, enak dan tidak mengganggu  panca indera para penikmatnya.

Harmoni timbul akibat adanya perpaduan atau bertemunya beberapa nada yang tidak sama atau istilahnya ngempyung yang bisa saja terjadi baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam komposisi ini yang dapat memperkuat rasa keutuhan karya.

Permainan dengan keanekaragaman motif yang terlalu banyak akan memperlemah kesatuan, dan ketiga sifat-sifat keindahan ini akan memperkuat kesatuan dan keutuhan sehingga menghasilkan kerumitan atau Complexity, yang dapat memberikan mutu estetik yang tinggi pada karya seni.

2. Unsur penonjolan atau penekanan (Dominance).

Dalam karya seni penonjolan merupakan sesuatu yang dapat memberikan identitas dari barungannya. Begitu juga dalam komposisi ini, penekanan dan penonjolan instrumen dilakukan untuk menemukan balance (keseimbangan).

3. Unsur keseimbangan (Balance).

Mempertahankan keutuhan dalam perpaduan dapat menimbulkan rasa keseimbangan, dan karenannya keseimbangan garap musikal sangat perlu diperhatikan. Dalam komposisi ini, penata mencoba menyeimbangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tata garap musikal, setting dan lain-lain. Oleh sebab itu keutuhan, sifat-sifat penonjolan dan keseimbangan merupakan aspek-aspek yang mendasar yang menentukan nilai estetika.

Sesuatu yang indah tidak saja timbul dari karya seni itu tetapi juga timbul dari ornamentasi dekoratif. Dalam komposisi “Baladhika”  ini, untuk menunjang rasa estetis dan kesan yang ditimbulkan penata menggunakan ornamentasi yang mendukung suasana ritual seperti umbul-umbul dan tedung.

Lighting sebagai unsur pencahayaan sangat menentukan keindahan garapan dalam suatu pertunjukan. Penataan laighting dalam karya “Baladhika” ditata sesuai dengan alur tema garapan Baladhika yang disajikan dalam bentuk gamelan baleganjur. Dilihat dari penggunaan lighting susunannya  adalah sebagai berikut :

Bagian I. Lampu yang digunakan yaitu cahaya terang,untuk menggambarkan suasana ketenangan.

Bagian II.  Lampu yang digunakan yaitu cahaya redup yang bersamaan dengan lampu kelap-kelip yang disebut sportligh,dengan penataan cahaya lampu pelan-pelan secara bergantian, yang dimana menggambarkan suasana ketegangan.

Bagian III.  Lampu yang digunakan adalah cahaya redup yang bersamaan dengan lampu kelap-kelip yang disebut sportligh,dengan penataan cahaya lampu yang cepat secara bergantian,untuk mendukung suasana sengit dalam peperangan.

Bagian IV. Lampu yang digunakan adalah cahaya redup,akan tetapi setelah vokal menggunakan cahaya terang kembali yang disebut dengan cahaya general,untuk mendukung suasana semangat perang puputan.

Hal tersebut dilakukan tidak lain hanya untuk memperindah dan memperkaya penyajiannya. Aspek estetik biasanya timbul dari kemampuan seseorang untuk menikamati sebuah karya seni yang disajikan. Dengan kata lain, bila karya seni yang dinikmatati mampu memuaskan dirinya sebagai penikamat seni, maka rasa estetika yang terbentuk dalam karya tersebut telah sampai pada si penikmat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Analisis Garapan Baladhika selengkapnya

Tiga Dosen FSRD Pameran Di ALVA UWA Australia

Tiga Dosen FSRD Pameran Di ALVA UWA Australia

Hari Rabu,(21/9) tiga dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, bertolak ke Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA), University of Western Australia (UWA) Ini adalah implementasi MOU ISI-UWA dan MoA  antara FSRD-ALVA. Rektor ISI Denpasar, Prof. DR. I Wayan Rai.,S.MA menerima tim dosen FSRD diantaranya:  Dra. Ni Made Rinu, M.Si, Drs. I Made Bendi Yudha,M.Sn dan I Komang Arba Wirawan.,S.Sn.,M.Si yang diundang untuk berpameran, workshop dan memberikan kuliah di ALVA selama dua minggu 21 September sampai 2 Oktober 2011. “Saya melihat undangan ini merupakan sebuah kepercayaan kepada ISI”ungkap Rektor. “Untuk itu kesempatan yang baik ini dapat dilaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan”ungkap Rektor.

Program ini berlangsung berkat keberhasilan mahasiswa ALVA yang mengikuti kuliah di FSRD dalam program “International Studio for Culture and Exchange FSRD – ALVA (ISACFA)” pada bulan Juni-Juli Tahun ini. “Saya berharap untuk peningkatan kualitas dosen kita program selanjutnya adalah pengambilan beasiswa untuk kuliah di ALVA, sedangkan ISI menawarkan mahasiswa ALVA untuk menempuh pendidikan Program Pascasarjana di isi” ungkap Rai.

Implementasi MoU keduanya adalah pemgiriman mahasiswa ALVA ke ISI Denpasar, Prof. Paul Trinidad mengajar di FSRD dan sekarang pengiriman dosen FSRD.

Ini menandakan MoU dan MoA tidak sebatas diatas kertas saja, bahwa implementasi Visi go Internasional berjalan sesuai dengan renstra ISI. Kata Rai. Pada kesempatan tim FSRD diterima Rektor ISI mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan restu sehingga program dapat terlesakna sesuai dengan rencana.”Tanpa restu Bapak Rektor FSRD tidak akan bias seperti ini” ungkap Rinu. Ini kesempatan yang luar biasa memberi kuliah di luar negeri walaupun dengan keterbatasan yang ada. Hal ini merupakan pengalaman dan proses pembelajaran dan kesempatan ini akan menjadi catatan perjalanan FSRD kedepan” Imbuh Rinu.

Ni Made Rinu akan mempresentasikan lukisan kamasan dan tradisi ubud yang merupakan kompetensi yang digeluti selama ini. Begitu juga I Made Bendi Yudha yang membawakan materi lukisan kontenporer dan modern, akan mengerjakan proyek karyanya dan mempresentasikan kepada mahasiwa ALVA. Serta I Komang Arba Wirawan, mempresentasikan art fotografi, dalam proses penciptaan dari ide, konsep sampai teknik dalam penciptaan fotografi seni.

Kesempatan ini merupakan sebuah awal program berkelanjutan, yang rencananya akan diselenggarakan setiap tahun. Sehingga kami mengharapkan dosen FSRD membentuk karakter diri untuk dapat berkiblat dan go Internasional” harap Bendi.

Program ini juga mendapat dukungan dari Konsulat RI di Perth, sehingga kerjasama ISI Dps dan Perth selama ini akan terus dapat ditingkatkan. Rencana pameran yang dibuka bersama oleh Rektor ISI Dps- dan Rektor UWA, dengan undangan dari Konsulat RI di Perth, seniman, akademisi mahasiswa dan masyarakat pencita seni.

Loading...