Mahasiswa Asing ‘Serbu’ Kampus ISI

Mahasiswa Asing ‘Serbu’ Kampus ISI

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menerima 58 mahasiswa dari 22 negara untuk mempelajari serta mendalami tabuh dan tari Bali dalam tahun kuliah 2011/2012.

Mahasiswa asing penerima Darmasiswa dari Pemerintah Indonesia itu secara resmi diterima Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S di dampingi para pembantu rektor, dekan dan dosen di lingkungan lembaga pendidikan tinggi seni di kampus setempat, Jumat (7/10).

Prof Rai mengatakan, jumlah mahasiswa asing yang diterima kali ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 54 orang berasal dari 18 negara.

Mereka akan melanjutkan pendidikan di Fakultas Seni Pertunjukan jurusan seni tari 18 orang dan jurusan seni karawitan 14 orang.

Selain itu, juga di Fakultas Seni Rupa dan Desain jurusan seni rupa murni delapan orang, seni kriya delapan orang, seni fotografi sembilan orang dan seni desain seorang.

Prof Rai menambahkan, mahasiswa asing tersebut paling banyak berasal dari Polandia 12 orang, menyusul Hungaria delapan orang, Jepang tujuh orang, Amerika Serikat lima orang serta Afrika Selatan  dan Slovakia masing-masing tiga orang.
Selain itu, juga dari Slovenia, Spanyol dan Rusia masing-masing dua orang serta Argentina, Australia, Bangladesh, Belgia, Ceko, Serbia Montenegro, Ukraina, Venezuela, Yunani, Madagaskar, Uzbekistan, Brazil serta China masing-masing seorang.

Kerjasama Pendidikan Indonesia-Thailand Terus Berlanjut

Kerjasama Pendidikan Indonesia-Thailand Terus Berlanjut

Bangkok – Atase Pendidikan KBRI Bangkok, Didik Sulistyanto,  mempresentasikan kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional RI tentang guru dan siswa SMP dan SMA, dalam Seminar on Professional Secondary Education Provision Towards ASEAN-OBEC MoE Thailand, di Chiang Mai.

Didik diundang sebagai Key Note Speaker dalam Seminar on Professional Secondary Education Provision Towards ASEAN-OBEC MoE Thailand, dan mempresentasikan makalahnya yang berjudul Behold at Neighbors Towards ASEAN 2015. Makalah tersebut dipresentasikan di depan 2.362 Kepala Sekolah Secondary School se-Thailand di Hotel Lotus Pang Suan Kaew, Chiang Mai, pada 12 September 2011.

Isi makalah antara lain tentang kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional RI tentang guru dan siswa SMP dan SMA, serta kerja sama School Partnership antara Indonesia dan Thailand yang mencapai 150 sekolah di Indonesia dan 150 sekolah di Thailand. Selain itu, dijabarkan pula strategi persiapan menjelang ASEAN Community 2015 khususnya di bidang pendidikan dan social culture, serta pentingnya tindak lanjut MoU antara Kementerian Pendidikan Thailand dan Kementerian Pendidikan Nasional RI yang telah ditandatangani kedua Menteri pada tanggal 27 Januari 2011 saat SEAMEC Conference di Brunei Darussalam.

Tindak lanjut hasil kegiatan Seminar on Professional Secondary Education Provision Towards ASEAN-OBEC MoE Thailand adalah sebagai berikut: (1) Pengiriman guru Bahasa Indonesia untuk mengajar di beberapa sekolah di Thailand, (2) Pengiriman guru Thailand dan Indonesia dalam bidang matematika dan sains, dalam rangka pertukaran guru dan kurikulum sekolah antarkedua negara, (3) Pertukaran kurikulum Secondary School kedua negara, serta (4) Pertukaran siswa Secondary School kedua negara dalam rangka ASEAN Community 2015.

Sumber: kemdiknas.go.id

Perempuan Ohh ….Wanita Riwayatmu Kini…

Perempuan Ohh ….Wanita Riwayatmu Kini…

Oleh: Nyoman Lia Susanthi, Dosen PS Seni Pedalangan ISI Denpasar.

Perempuan dijadikan sebagai objek dalam karya, sesungguhnya sudah bukan hal yang baru. Dulu perempuan sering dijadikan objek dalam lukisan. Sebut saja dari sepuluh lukisan terkenal sepanjang sejarah dunia telah memasukkan lima objek perempuan dalam lukisan, sisanya lukisan berjenis naturalis dengan konsep pemandangan, kehidupan kota dan abstrak. Dari kelima lukisan dengan objek perempuan, hanya satu lukisan yang melibatkan peran laki-laki, namun tetap dalam lukisan objek wanita diutamakan. Kelima lukisan dunia yang terkenal rata-rata tercipta sekitar abad ke-19, diantaranya lukisan berjudul “The Dream” oleh Pablo Picasso, “Girl with a Pearl Earring” oleh Jan Vermeer, “Luncheon of the Boating Party” oleh  seniman asal Perancis Pierre Auguste Renoir, “The Kiss” oleh Gustav Klimt, yang menggambarkan ciuman sempurna dengan memposisikan wanita sangat terhormat, dan lukisan yang paling terkenal yaitu Mona Lisa oleh Leonardo Da Vinci.

Daya pikat perempuan pun menjadikan salah satu pelukis ternama keturunan Spanyol dan Amerika Antonio Maria Blanco menjadikan perempuan Bali sebagai fokus dari karya-karya lukisnya. Hingga model dalam  lukisannya yaitu seorang penari tradisional Bali bernama Ni Ronji dinikahi pada tahun 1953.  Bisa dikatakan bahwa Antonio adalah seorang pelukis feminin abadi. Ia merupakan seorang maestro lukisan romantik-ekspresif. Hal yang sama juga dilakukan pelukis yang bernama A.J. Le Mayeur. Ia datang ke Bali pada tahun 1937, karena daya tarik pantai sanur yang sangat indah serta wanitanya. Sebagai pelukis Le Mayeur sangat menyukai objek perempuan, yang akhirnya mengantarkan dia untuk menikahi model dalam lukisannya yang bernama Ni Polok. Ni Polok merupakan penari terkenal pada jamannya yang berasal dari Desa Kelandis.

Dulu representasi wanita sangat indah digambarkan lewat objek lukisan, lalu bagaimana dengan nasib perempuan di era digital ini? Jawabannya masih sama. Perempuan masih menjadi objek, namun yang berbeda tidak hanya dalam lukisan, kini merambah hingga media elektronik tv, terutama iklan. Banyak opini terucap bahwa media terutama iklan telah mengkonstruksi gender dalam representasi perempuan cenderung dijadikan objek. Tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk pemasaran, selain karena daya tarik terhadap aktualisasi nilai produk, target marketnya, juga consumer goods yang ditujukan khusus wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki. Perempuan memang telah menjadi fenomena komoditas yang tak terelakkan dalam kancah komunikasi iklan.

Tapi konstruksi iklan terkadang sangat menyesatkan. Produk yang sesungguhnya memiliki fungsi general, dikomunikasikan tidak lagi bersifat fungsional tetapi sudah bergeser ke arah konsep gender. Manifestasi maskulin cenderung menjadi idiom yang dimiliki oleh komoditi seperti otomotif, rokok, suplemen, dan lain sebagainya. Sedangkan iklan shampoo, sabun, alat kecantikan hingga peralatan rumah tangga dan dapur cenderung dimanifestasikan sebagai komoditi yang dekat dengan wilayah femininitas. Sebagai contoh iklan bumbu masak, pembersih lantai dan diterjen direpresentasikan oleh wujud perempuan yang menggambarkan hanya perempuan-lah yang bertanggung jawab atas tugas domestik tersebut, tanpa melibatkan peran laki-laki. Selain itu iklan juga kerap mengekploitasi perempuan. Mereka secara langsung telah memberi label negatif pada perempuan hitam, pendek dan berambut keriting.  Konstruksi media menentukan nilai kecantikan sebagai garis pembatas bagi perempuan. Media membentuk perempuan cantik secara perlahan, tetapi terus-menerus lewat iklan. Sehingga menjadi sesuatu yang baku dalam penerimaan masyarakat, bahwa cantik itu putih, langsing, berbibir sensual, dan berdaya tarik seksual bahkan mengonstruksi perempuan sendiri. Maka nafsu perempuan pun berusaha menjadi perempuan yang dicitrakan media, dengan mengubah identitas kulit mereka. Kondisi seperti ini tentu saja membuat perempuan tidak rasional lagi. Seperti yang diungkapkan Lee dan Johnson (2007) bahwa iklan memberikan pengaruh bawah sadar terhadap sikap dan prilaku khalayak target.

Kontruksi iklan membentuk image bahwa perempuan cantik itu “putih”, sehingga membawa perempuan berusaha mengubah kulitnya, yang seharusnya cukup dipelihara. Fenomena ini terjadi di daerah tropis Kenya, 80 persen wanita Kenya memakai produk kecantikan untuk mengubah kulitnya menjadi lebih putih. Keinginan mereka mengubah identitas aslinya karena ingin terlihat menarik, dicintai serta menjanjikan hidup baru. Padahal kulit hitam legam warga Kenya telah selaras dengan lingkungan tropis Kenya yang panas. Ini menggambarkan adanya pergeseran peran iklan yang awalnya mengisyaratkan nilai dan manfaat dari produk, kini beralih pada kualitas iklan dengan menumbangkan realitas produk.

Dari gambaran tersebut terurai bahwa dulu dan sekarang wanita tetap menjadi objek. Jika kecantikan wanita dulu lewat lukisan, yang menggambarkan wanita cantik apa adanya (natural beauty) dengan peran cenderung keibuannya, tapi kini dunia iklan menggeser cantik perempuan lebih ke gaya hidup dengan tetap memelihara mitos-mitos lama terutama relasi gender antara laki-laki dan perempuan.

Perempuan Ohh ….Wanita Riwayatmu Kini… selengkapnya

ISI Denpasar Segera Gebrak “Young Photograpers Competition Southeast  Asian Heritage”

ISI Denpasar Segera Gebrak “Young Photograpers Competition Southeast Asian Heritage”

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan mengikuti lomba foto pada awal 2012 yang diselenggarakan oleh SEAMEO SPAFA di Bangkok. Kompetisi tingkat Asia Tenggara ini akan diikuti oleh 11 negara anggota SEAMEO, yaitu Brunai, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philipina,Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timur Leste.

Dengan mengusung tema “Our Heritage”, kompetisi ini diharapkan melahirkan fotograper-fotograper muda handal, yang  mampu menampilkan warisan budaya Asia Tenggara yang tangible dan intangible  seperti monument, tempat-tempat bersejarah, makanan, kesenian, perhiasan, pakaian, tarian, teater, musik, instrument, dll. ISI Denpasar dengan prodi termuda Fotograpy di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) akan mengikuti kompetisi bergengsi ini.

Arba Wiarawan, Ketua Prodi Fotograpy FSRD menggandeng hampir semua mahasiswa di jurusannya yang memang tertarik mengikuti kompetisi tersebut. Arba beserta Dekan FSRD dan juga mahasiswa diterima Rektor di Ruang Sidang ISI Denpasar guna mendapatkan pengarahan terkait kompetisi tersebut.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A., yang mewakili Indonesia dalam SEAMEO SPAFA Governing Board Member dan telah menjadi pengurus untuk dua periode, telah menghadiri pertemuan terkait kompetisi fotograper muda ini di Bangkok beberapa waktu yang lalu. Prof. Rai yang ditemui setelah memberikan pengarahan kepada mahasiswanya itu, mengatakan optimis bahwa mahasiswa ISI Denpasar akan keluar jadi pemenang. “Mahasiswa Jurusan Fotograpy ISI Denpasar sudah sering menjadi juara di tingkat nasional dan internasional. Melihat semangat mahasiswa dan ketekunan mereka, kami optimnis, salah satu dari mereka akan keluar jadi pemenang,”ujarnya.

De Vira Puspita dan Bayu Juniartha, dua mahasiswa Fotograpy yang juga pemenang dalam lomba debat bahasa Inggris ISI Denpasar mengatakan hal senada. “Kami akan melakukan yang terbaik, niscaya hasilnya pasti baik juga. Ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk menunjukkan jati diri”katanya sambil tersenyum.

Visiting Indonesian Artists Conclude Residency At Uwa

Visiting Indonesian Artists Conclude Residency At Uwa

A two-week residency in Perth by visiting artists I Made Bendi, Ni Made Rinu and I Komang Arba Wirawan has culminated in the creation of three new artworks. Whilst here they worked in two venues; the new ArtLAAB Studio (situated in the Masonic Hall on the corner of Hampton Road and Stirling Highway, Nedlands) and the Ancient Rock Studio, Byford.

The guest artists of the Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA) at UWA were welcomed at an official ceremony attended by the Perth Indonesian Consul-General Bapak Syarief Syamsuri  and his wife  Ibu Ella Syamsuri on Monday 26 September at UWA’s Cullity Gallery.

The three artists’ have different specialities but the works all reflect their unique relationship with Balinese culture.

Rinu works in the traditional Kamasan style of painting.  This 400 year old style depicts puppet-like figures to bridge literacy in pictorial language between image and text.  Her work is a document which records the process of developing relations between the Faculty of Art at the Indonesian Institute of the Arts (ISI), Denpasar and the ALVA.

Bendi paints in the Balinese contemporary style.  His work Purification of The Earth Mother is inspired by the ancient Lontar inscriptions of Bali, especially those found in the Siwa Tatwa stories.  His work describes the process in which the earth mother is purified by the universe.  In Bali a ceremonial procession about the purification of our Earth Mother is normally held once each year.  The ceremony is called “Mecaru Tawur Ke Sanga”.  Through this ceremony Balinese hope that nature will flourish and provide bounty for humans living in the world.

Arba’s photographic work captures a moment in the Ramayana story in which Rama, Sita and Lakshmana  journey into the forest during a transforming thirty-year long pilgrimage.  The photograph was taken during a dance performance by some members of the Faculty of Performing Arts (ISI ) at UWA’s Calloway Auditorium on September 27.

The three works will be on display in the Cullity Gallery until the end of October 2011.

Loading...