Konsep Garapan Karawitan Gehgean

Konsep Garapan Karawitan Gehgean

Kiriman I Gusti Putu Adi Putra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Kehidupan merupakan satu anugrah terindah yang diciptakan oleh Sang Pencipta. Dikarenakan dalam kehidupan  banyak sekali sesuatu yang ada didalamnya. Seperti halnya Tuhan menciptakan segala macam yang menghiasi kehidupan, baik itu berupa pepohonan, binatang maupun mahluk hidup serta manusia yang diciptakan yang paling sempurna di antara kesemuanya itu. Namun dalam kesempurnaan itu manusia masih sangat banyak kekurangan dan keburukan yang melekat di tubuh manusia itu sendiri. Seperti diketahui, kepuasan atau rasa bahagia akan tergugah bila kita mengalami peristiwa yang menyenangkan terutama peristiwa baik yang terjadi antara manusia dengan manusia.

 Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna ingin meningkatkan terus peradabannya, karena telah diberi akal dan budi oleh Sang Penciptanya. Setiap insan manusia yang dilahirkan ke dunia ini mempunyai kekurangan serta kelebihan pada setiap individunya, bahkan kekurangan itu sendiri akan menjadi beban yang akan selalu membayang-bayangi di setiap jalan hidupnya. Namun di balik kekurangan tersebut Sang Pencipta mempunyai tujuan tertentu yang tidak bisa diketahui oleh setiap insan manusia itu sendiri. Seberapa besar kekurangan yang ada pada diri manusia, tentunya ada kelebihan yang dimiliki, asalkan bisa mensyukuri serta memanfaatkan kekurangan tersebut niscaya akan menjadi hal yang paling berguna serta bermanfaat bagi orang lain.

 Kehidupan ini tak jauh beda layaknya dua sisi mata uang yang berbeda serta mempunyai unsur yang tidak sama satu sama lain, sama juga halnya dengan sebuah konsep rwa bhineda yaitu ada laki-laki, perempuan, sifat baik serta sifat buruk yang seakan-akan selalu saling berdampingan yang tak akan bisa terpisahkan. Maka dengan itu, bagaimana sempurnanya manusia yang diciptakan oleh Hyang Maha Kuasa tetap saja masih banyak kekurangan yang ada pada dirinya. Selain dari pada itu di dalam kehidupan ini manusia banyak sekali menganggap dirinya paling sempurna, akan tetapi di balik itu semua manusia terlahir memiliki segala macam kekurangan maupun kelebihan, terlebih lagi keburukan yang selalu menyertai, baik dari sikap maupun kebiasaan yang dilakukan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa manusia diciptakan belum sepenuhnya sempurna.

Di balik semua itu kehidupan manusia satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki kebiasaan serta tabiat yang berbeda. Seperti apa yang dialami penata yang mempunyai kekurangan dan kebiasaan gehgean. Yang mana kebiasaan ini tidak dapat dihilangkan, walaupun sudah berusaha diobati dengan segala hal. Kebiasaan penata ini sudah ada sejak bangku sekolah dasar dan masih terjadi sekarang.

Dalam kamus Bali Indonesia dijelaskan bagaimana arti kata gehgean itu sendiri, yaitu sifat suka terkejut dan menirukan secara otomatis omongan atau gerakan orang yang menimbulkannya dengan mengagetkan. Gehgean adalah suatu keadaan kejiwaan di mana sesorang menjadi seperti kesurupan dan meniru secara otomatis omongan atau gerakan orang yang menimbulkannya dengan mengagetkan penderita. Gehgean merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan dikarenakan faktor lingkungan. Gehgean  adalah respons reflektif berupa perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika seseorang merasa kaget. Gehgean bukanlah penyakit mental, tapi lebih merupakan kebiasaan yang tertanam di pikiran bawah sadar. Setiap orang gehgean punya respons yang berbeda-beda di antarnya: mengulangi perkataan orang lain, meniru gerakan orang lain, mengucapkan kata-kata tertentu berulang-ulang (biasanya kata-kata jorok), melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, seperti ; ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti jongkok atau loncat, dia akan melakukan perintah itu seketika.

Melihat fenomena yang terjadi, maka munculah sebuah inspirasi dan ingin mengangkat gehgean untuk dijadikan sebuah judul komposisi karawitan dalam bentuk tabuh kreasi. Secara umum dalam kamus bahasa Bali Indonesia gehgean dapat diartikan keadaan jiwa yang mengalami kebiasaan kaget serta berbuat refleks seperti perkataan, maupun perbuatan. Selanjutnya inspirasi ini kemudian akan dituangkan ke dalam media ungkap Gong Kebyar dan menjadi sebuah wujud karya tabuh kreasi.

Dalam penuangan ide penata mencoba mentransformasikan dengan sebuah media atau alat musik Gong Kebyar sebagai media ungkap yang akan mendukung dari karya komposisi ini. Itu dikarenakan Gong Kebyar sangat kaya akan sumber inspirasi serta mendukung suasana dan karakter dari karya komposisi tabuh kreasi yang berjudul “Gehgean”. Dalam karya komposisi ini, masih berpijak pada pola- pola tradisi yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan saat ini.  Pola tradisi seperti pengawit, pengawak, pengecet serta  pola-pola musikal yang di dalamnya terdapat pola kotekan, kakilitan, kebyar, gagenderan, dan yang lainnya serta didukung dengan unsur-unsur musik seperti tempo, irama, melodi, ritme, harmoni, dinamika yang akan membentuk tabuh kreasi yang berjudul ”Gehgean”.

Ide Garapan

Dalam penggarapan komposisi karawitan sudah barang tentu didasari oleh segala macam ide yang muncul yang nantinya bisa membentuk karya komposisi karawitan itu sendiri. Segala macam bentuk ide yang muncul tentunya didukung oleh segala aspek kemampuan si penatanya. Ide yang baik tanpa teknik yang mantap tidak akan menghasilkan komposisi yang baik, sebaliknya dengan teknik yang mantap setidaknya akan menghasilkan komposisi yang enak di dengar. Berbekal dan berangkat dari sana, serta melihat fenomena yang terjadi pada diri sendiri serta dengan segala kekurangan dan pengalaman pribadi yang memiliki kebiasaan gehgean, maka penata ingin mengangkat pengalaman pribadi ini dan mencoba untuk membuat sebuah karya komposisi karawitan yang berbentuk tabuh kreasi yang berjudul  “Gehgean.”.

Melihat fenomena yang ada pada diri penata, maka timbulah ketertarikan penata untuk menuangkan ide ini, dan mengangkat Gong Kebyar sebagai media ungkap untuk mendukung dari komposisi karawitan yang berjudul “Gehgean” ini. Gong Kebyar merupakan salah satu dari sekian banyak barungan gamelan yang ada di Pulau Dewata ini. Barungan gamelan Gong Kebyar ini merupakan barungan gamelan yang dalam klasifikasinya termasuk barungan yang tergolong muda atau madya. Selain itu pula di dalam tatanan penyajian komposisinya sangat bebas, kendatipun ada dari beberapa bagian-bagian tertentu masih menggunakan jajar pageh atau hukum-hukum tabuh klasik. Seperti tabuh-tabuh klasik pagongan misalnya tabuh pisan, tabuh dua, tabuh telu, tabuh pat, tabuh kutus dan sebagainya.

Selain dari pada itu di dalam penyajian gamelan Gong Kebyar sangat identik sekali dengan penyajian dalam bentuk karawitan instrumental yang gending atau lagunya masih bersumber dari beberapa jenis-jenis gending dari beberapa gamelan yang lainnya. Maka dari itu gamelan Gong Kebyar adalah barungan gamelan yang sangat fleksibel sifatnya.

 Dipilihnya gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkap dalam mendukung dari garapan ini, dikarenakan gamelan ini sangat mampu mendukung suasana serta karakter  dari garapan komposisi “Gehgean” ini Seperti: gembira, keras, lembut, tegang, yang disesuaikan dengan alur dari pada garapan kreasi “Gehgean” ini.

Dalam karya yang berbentuk tabuh kreasi ini, penata memakai istilah bagian, yaitu bagian I, bagian II, bagian III dan seterusnya. Maka dengan hal tersebut, penata mengembangkan serta menggarap dan mewarnai dengan pola-pola garap kekinian seperti aksen-aksen, tempo, harmoni, ritme sesuai dengan perkembangan saat ini.

Konsep Garapan

Pembentukan sebuah karya sudah barang tentu didasari dengan sebuah konsep sebagai rancang bangun dari sebuah karya. Konsep dalam hal ini akan sangat membantu atau mempermudah seorang komposer atau penata dalam suatu pembentukan sebuah karya yang ingin diangkat untuk dijadikan sebuah karya musik ataupun karya dalam bidang karawitan dan mempermudah dalam mewujudkan garapan. Selain itu dalam konteks karya seni akademik, sebuah  konsep garapan akan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memberikan pertanggung jawaban secara konprehensif terhadap hasil karya yang telah dibuat.

Komposisi karawitan ”Gehgean” ini merupakan sebuah karya tabuh kreasi yang secara umum konsep musikalnya masih mengacu kepada konsep garap musik tradisi, seperti halnya dalam konsep tri angga seperti ada kawitan, pengawak, serta pengecet. Berpijak dari konsep tradisi ini, tentunya akan selalu menjadi pijakan maupun pedoman yang mendasari dari sebuah karya komposisi karawitan. Pada intinya bagian-bagian yang sesuai dengan konsep tri angga seperti kepala (Pengawit), badan (pengawak), kaki (pengecet)  tersebut dikembangkan melalui pengembangan unsur-unsur musikalnya. Dalam garapan tabuh kreasi Gehgean ini memakai media ungkap gamelan Gong Kebyar, itu dikarenakan gamelan ini sangat mendukung karakter maupun suasana yang diinginkan. Sesuai dengan kebutuhan dari garapan ini, penata  didalam garapan ini akan menggunakan 30 atau lebih penabuh sebagai pendukung.

Konsep Garapan Karawitan Gehgean selengkapnya

Rakornas Kehumasan Perguruan Tinggi Negeri 2011

Rakornas Kehumasan Perguruan Tinggi Negeri 2011

Rapat Koordinasi Nasional Kehumasan Perguruan Tinggi Negri tahun 2011 dilaksanakan di Bandung tanggal 14 Oktober hingga 16 Oktober. Kegiatan tersebut dihadiri oleh kurang lebih 70 Perguruan Tinggi Negeri seluruh Indonesia yang terdiri atas Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, serta politeknik.

Rakornas dibuka oleh Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementrian Pendidikan Nasional, yakni Prof.Dr.Ibnu Hamid, dengan mengangkat tema “Koordinasi Pengelolaan Informasi Pendidikan Menuju Perguruan Tinggi Negeri Kelas Dunia”, dimana diharapkan kedepannya humas setiap Perguruan Tinggi Negeri mampu memberikan dukungan penuh terhadap peningkatan kualitas masing-masing institusinya menuju PTN kelas Dunia, ungkap Prof Ibnu saat pembukaan acara.

Pemberian materi rakornas terbagi dalam sesi pemaparan dan workshop. Adapun sesi pemaparan diisi dengan Webometriks yang dibawakan oleh Kepala Pustekkom Kemendiknas DR.Ari Santoso, DEA; dan Perkembangan RUU Pendidikan Tinggi oleh Tim Panja RUU Perguruan Tinggi. Kemudian materi workshop terdiri atas Teknik Pembuatan Press Releas dan Strategi Mengundang Wartawan; serta Analisis Isi Pemeritaan Media atau Cyber PR.

ISI Denpasar mengirimkan satu orang wakilnya untuk mengikuti rakornas yang berlangsung selama tiga hari. Ini merupakan kesempatan baik untuk membentuk jaringan dengan rekan-rekan humas diseluruh Indonesia, selain itu materi yang diberikan juga sangat bermanfaat sebagai bekal dalam menjalankan tugas kehumasan, ungkap seorang perwakilan dari ISI Denpasar.

Pengantar Garapan Jagat  Santhi

Pengantar Garapan Jagat Santhi

Kiriman I Made Gawi Antara, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Hidup ini adalah suatu dinamika. Dinamika tanpa kendali ibarat perahu tanpa kemudi ia akan berlayar menurut arah angin dan ombak yang berhembus. Demikian juga kebudayaan Bali yang didukung oleh manusia dan masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu. Dinamika kehidupan ini wajib dikendalikan agar jangan kehilangan jati dirinya atau nafasnya yaitu Agama Hindu. Dalam dinamika akan selalu ada inovasi, inovasi jangan sampai kehilangan inti tradisi yang mengandung nilai universal .

            Bagi para seniman kreatif, dalam hal berkesenian kreativitas menjadi hal yang penting guna memberikan spirit dan vitalitas terhadap seni tradisi agar lebih bergairah dan mampu mengaktualisasikan diri dengan situasi dan perkembangan estetika pada jamannya. Sejalan dengan pemikiran ini, I Komang Sudirga juga mengatakan bahwa dengan modal kreativitas, setiap generasi seniman akan berupaya untuk memberikan sentuhan baru pada kesenian tradisi yang mereka miliki sehingga nantinya akan mampu memberikan angin segar guna mendorong bangkitnya kesenian masa lampau.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu perkembangan dan perubahan  di dalam jagad seni akan sangat ditentukan oleh kerja kreatif senimannya. Begitu pula sebaliknya, kesenian akan mandeg jikalau tidak ada kreativitas dari seniman kreatif. Periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini. Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan ke seluruh Bali, bahkan keluar daerah serta ke luar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa memiliki 2 – 3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Sebagaimana halnya dengan lahirnya ide karya komposisi karawitan yang akan penata beri judul Jagat Santhi, ini merupakan sebuah bentuk karya komposisi karawitan inovatif yang lahir dan terinspirasi dari fenomena lika- liku kehidupan manusia di dunia ini. Jadi secara substansi dapat dikatakan bahwa latar belakang lahirnya garapan ini dari ide musikal.

Jagat Santhi  merupakan dua buah kata yang bersumber dari bahasa Jawa Kuna yaitu dari kata Jagat artinya bumi (dunia), sedangkan Santhi artinya damai (perdamaian). Jadi Jagat Santhi di sini diartikan sebagai sebuah ungkapan rasa untuk menyatakan sesuatu kedamaian di dunia, kedamaian dalam hal ini dimaksudkan sebagai sebuah kondisi kehidupan masyarakatnya tenteram, sejahtera, damai dan bebas dari penderitaan. Kondisi inilah yang menjadikan penata untuk mentransformasikan menjadi sebuah garapan  komposisi karawitan inovatif.

Jagat Santhi  dalam konteks garapan ini, akan tercermin dari suasana yang dimunculkan dari tabuh ini lebih banyak akan mengolah unsur melodi sehingga mampu menghasilkan sebuah wujud garapan yang melodis. Setiap orang di dalam berkreativitas secara umum selalu ingin mengungkapkan ekspresi estetis yang mereka miliki, selanjutnya dituangkan ke dalam media ungkap dan menjadi sebuah wujud karya.

Berdasarkan judul diatas penggarap menemukan beberapa kesan, yang pertama adalah hasrat untuk menampilkan suasana hati yang damai kedalam garapan Jagat  Santhi  dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan suatu komposisi karawitan inovatif yang terdiri dari unsur-unsur keindahan (Estetika) yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh masyarakat dengan instrumentasi dan unsur musikalnya.

Dari hal tersebut, memunculkan suatu ide yang ditransformasikan menjadi sebuah komposisi karawitan inovatif yang diungkapkan melalui media ungkap yaitu beberapa instrument dari barungan gamelan gong kebyar sebagai wujud garapan, merupakan media pokok dalam mencurahkan unsur- unsur rasa musikal. Dimana gamelan ini merupakan gamelan golongan baru dan perkembangannya begitu pesat hampir setiap banjar memiliki barungan gamelan ini karena fungsinya memang mendominer alat-alat barungan lainya. Sebagai karawitan yang berdiri sendiri maupun sebagai iringan tari juga alat ini berfungsi untuk menghidangkan gending-gending lelambatan dan memiliki ciri motif yaitu  sistem pukulan memakai sistem ubit-ubitan, sifatnya gembira, gelisah,dan tekhnik permainan ditonjolkan, pukulan cecandeatan atau jalinan sangat menonjol, alat sangat memegang peranan, pukulan gong, kempli, jegogan, jublag disesuaikan dengan tema lagu.

Maka gamelan gong kebyar ini penata gunakan sebagi media ungkap, karena gambelan ini memiliki rasa musikal tinggi untuk menggambarkan suasana kehidupan untuk mencapai kedamaian.

Ide Garapan

Ide garapan merupakan gagasan pikiran yang ingin disampaikan oleh seorang penggarap dalam karya seni. Ide dalam sebuah garapan karya seni dianggap sangat penting, sebab tanpa adanya ide garapan mustahil akan terwujud. Dalam mendapatkan sebuah ide adalah suatu hal yang gampang-gampang susah, karena ide terkadang muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba, namun terkadang juga harus mencarinya dengan beberapa aktivitas seperti membaca, menonton, mendengar, ataupun merenungi kembali pengalaman  yang pernah dialami, dan lain sebagainya.

Sebagaimana lahirnya ide garapan ini, sangat besar dirangsang dikaitkan dengan perubahan seni gamelan di Bali, khususnya dengan keberadaan gamelan gong kebyar, maka akan terlihat bahwa perubahan fungsi suatu bentuk musik di masyarakat sesuatu yang patut dikhawatirkan. Seperti halnya dalam kaitanya dengan gong kebyar yang tergolong baru, yang belakangan ini sudah mengalami penurunan fungsi utamanya. Keberadaan gamelan ini patut diwaspadai agar perubahan nilai-nilai sosial dan budaya yang terjadi di kalangan masyarakat setempat tidak sampai merusak keberadaan suatu bentuk musik yang sudah ada.  Ide garapan ini adalah ingin membuat sebuah bentuk komposisi karawitan inovatif mencari kemungkinan-kemungkinan baru dalam hal struktur, melodi, serta ritme sesuai dengan tafsir penata. Dari sinilah penggarap terinspirasi untuk mewujudkan sebuah komposisi musik karawitan yang inovatif, yang terdiri dari estetika yang memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mewujudkan suatu garapan yang bisa dinikmati oleh panca indra dan instrumentasinya dari unsur musikalisasinya. Dalam garapan ini lebih menekankan kepada pencarian harmonisasi dan suasana sehingga akan dapat mencerminkan judul garapan ini.

Komposisi karawitan Jagat Santhi ini masih mengacu kepada konsep garap musik tradisi inovasi, yakni tradisi tetap menjadi pijakan namun elemen-elemen tersebut dikembangkan melalui pengembangan unsur-unsur musikalnya. Media ungkap yang digunakan untuk mewujudkan karya ini beberapa dari  barungan gamelan Gong Kebyar, instrument yang akan dipakai penata untuk menggarap komposisi karawitan ini meliputi : kendang cedugan (lanang-wadon), suling, satu tungguh reong, jublag, jegog, gangsa pemade (ngumbang-isep), kantil (ngumbang –isep), gong (lanang-wadon), kempur, kajar, kempli, ceng-ceng ricik.

Pengantar Garapan Jagat  Santhi selengkapnya

Decak Kagum Pada Penampilan Cak Cupak

Decak Kagum Pada Penampilan Cak Cupak

Hasrat Putri Raja Wiranantaja dari Kediri, Raden Galuh Laksmi  untuk mendapatkan suami dan sekaligus calon raja menggugah Cupak, si buruk rupa menikahi sang putri dan dinobatkan sebagai raja Kediri, setelah ia membohongi adiknya sendiri bernama Grantang yang sesungguhnya mengalahkan raksasa Manuru. Penolakan Raden Galuh Laksmi terhadap cinta Cupak menyebabkan Prabu Wiranantaja mengadakan sayembara perang untuk menyeleksi calon raja dan suami bagi putrinya. Demikianlah sekilas kisah “Cak Cupak” yang ditampilkan ISI Denpasar pada hari kedua (15/10) Festival Kesenian Indonesia (FKI) VII di Gedung Teater Besar ISI Surakarta yang menuai decak kagum penonton yang memenuhi gedung tersebut.

FKI yang didukung oleh BKS-PTSI (Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni Indonesia) yang beranggotakan IKJ (Institut Kesenian Jakarta), ISI(Institut Seni Indonesia) Denpasar,ISI Surakarta, ISI Jogjakarta, ISI Padangpanjang, STSI Bandung,dan STKW Surabaya diawali dengan Seminar Internasional Tentang Vocal bertempat di Gedung Teater Besar ISI Surakarta dimana Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. menjadi salah satu pembicara, selain Edward Herbest dan pembicara luar negri lainnya.

Selain itu, Seminar Internasional Tentang Film, Seminar Mahasiswa, juga digelar serentak pada hari pertama tersebut. Pada malam hari, acara pembukaan FKI VII digelar di Gedung Pendopo ISI Surakarta yang dihadiri oleh Dirjen Dikti, Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni, serta Rektor-Rektor Perguruan Tinggi Seni Indonesia, Rektor PT di Surakarta,serta undangan lainnya. Gong Gede ISI Denpasar tampil di dalam acara pembukaan tersebut. Selain itu ISI Denpasar juga menggelar pameran lukisan yang melibatkan perupa-perupa handal ISI Denpasar. “Terima kasih pada Tuhan, FKI VII telah terlaksana dengan sukses.Hal ini tidak terlepas dari kerja keras semua pihak, dan juga seluruh anggota BKS-PTSI. Festival Kesenian Indonesia menjadi ajang pelestarian seni budaya Indonesia. Dengan penanaman seni budaya di setiap insan Indonesia kita akan dapat  meningkatkan karakter bangsa Indonesia tercinta ini”papar Prof Rai didampingi PR IV, I Wayan Suweca.

Pada acara penutupan 16/10 malam, Prof.Rai sebagai Ketua BKS-PTSI 2009-2011 menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Rektor ISI Surakarta, sesuai hasil rapat BKS-PTSI (15/10), dan pelaksanaan FKI VIII 2013 akan dilaksanakan di ISI Jogjakarta.

Kemdiknas Berubah Jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemdiknas Berubah Jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta — Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyampaikan, Kementerian Pendidikan Nasional akan berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dalam mengemban tugasnya, Mendiknas akan mendapat satu tambahan wakil menteri yang membidangi kebudayaan. Proses pembudayaan termasuk bagian dari pendidikan.  Menteri Nuh menyebut ada tiga hal yang akan dilakukan terhadap budaya yaitu konservasi, pengembangan, dan sebagai diplomasi kultural.

“Besok (Selasa), Insya Allah kemungkinan beliau (Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono) akan mengumumkan adanya perubahan. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi  Kreatif, sedangkan di sini berubah jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Menteri Nuh ketika memberikan keterangan pers di Kemdiknas, Jakarta, Senin (17/10).

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam audiensi dengan para calon wakil menteri di rumah pribadinya Puri Cikeas Indah, Bogor, Sabtu (15/10/2011) malam, menunjuk Profesor Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Wiendu Nuryanti, untuk menjabat wakil menteri bidang kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional.
Mendiknas mengatakan, saat ini di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kembudpar) ada dua direktorat jenderal yang mengurusi bidang kebudayaan. Nantinya, kata Menteri Nuh, akan digabung menjadi satu yaitu menjadi Direktorat Jenderal Kebudayaan. “Kantornya di sini (Kemdiknas),” katanya.

Mendiknas menyampaikan, Kembudpar saat ini juga menerima anggaran fungsi pendidikan. Nantinya, anggaran tersebut akan dialihkan. ” Saya baca di draft (anggarannya) Rp260 miliar, tetapi yang penting bahwa kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan, sehingga tidak ada perdebatan anggaran pendidikan dipakai yang lain,” katanya.
Menurut Mendiknas, proses pembudayaan termasuk bagian dari pendidikan.  Menteri Nuh menyebut ada tiga hal yang akan dilakukan terhadap budaya yaitu konservasi, pengembangan, dan sebagai diplomasi kultural. “Pendidikan jangan hanya diartikan matematika, fisika, kimia, dan biologi. Pendidikan itu hakikatnya memanusiakan manusia termasuk di dalamnya menghargai produk-produk budaya kita,” katanya.

Sumber: kemdiknas.go.id

Loading...