by admin | Oct 27, 2011 | Berita, pengumuman
PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI
NOMOR : 9903/ULP/ISI/X/2011
Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan pelelangan umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut :
1. Paket Pekerjaan
Nama Paket Pekerjaan : Pengadaan Pengolah Data, Komputer dan Fotografi
Lingkup Pekerjaan : Pengadaan Pengolah Data, Komputer dan Fotografi
Nilai Total HPS : Rp. 1.694.781.880,00
Sumber Pendanaan : DIPA No. 0792 / 023-04.2.01 / 20 / 2011 Tahun Anggaran 2011
- Persyaratan Peserta
Klasifikasi : Elektronik
Kualifikasi : Kecil
- Pelaksanaan Pengadaan
Tempat dan alamat : Ruang Unit Layanan Pengadaan Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar
Website : www.isi-dps.ac.id
- Jadwal Pelaksanaan
NO
|
KEGIATAN
|
HARI/TANGGAL
|
WAKTU
|
a |
Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan |
27-10-2011 s/d 02-11-2011 |
10.00 s/d 14.00 wita |
b |
Pemberian Penjelasan |
31-10-2011 |
10.00 wita s/d selesai |
c |
Pemasukan dokumen Penawaran |
01-11-2011 s/d 03-11-2011 |
09.00 s/d 14.00 wita kecuali tgl 01-10-2011 s/d 09.30 wita |
d |
Pembukaan Penawaran |
03-11-2011 |
09.45 wita s/d selesai0 |
- Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
- Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil dokumen pengadaan.
- Dokumen pengadaan dapat diambil dalam bentuk softcopy.
Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.
Denpasar, 27 Oktober 2011
Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011
by admin | Oct 27, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman : IBG. Surya Peradantha SSn., M.Sn., Alumni ISI Denpasar
Desa Kesiman Petilan merupakan salah satu daerah di kecamatan Denpasar Timur yang juga disebut Kesiman Tengah. Desa ini berada tidak jauh dari pusat kota dan memiliki tradisi budaya dan kesenian yang cukup beragam. Di daerah ini terdapat sebuah tradisi yang khas, yatu pembuatan katung oleh I Ketut Kicak di Br. Batan Buah, Kesiman Petilan.
I Ketut Kicak adalah seorang warga pendatang yang aslinya berasal dari daerah Bukit Ungasan, kab. Badung. Oleh karena suatu hal, ia memutuskan hijrah ke Denpasar dan menetap sebagai warga Desa Kesiman Petilan. Ia bersama istri dan kedua anaknya kini tinggal di Jl. Sulatri, Gg. III no. 10. Disanalah aktivitasnya sebagai perajin barang kesenian katung ( sejenis anyaman bambu yang biasanya digunakan sebagai wadah pakaian atau gelungan tari ) dilakoni bersama anaknya yang bernama I Wayan Sukadana.
Tidak hanya katung, tetapi juga dungki ( sejenis tempat menampung ikan tangkapan bagi nelayan ), topi dan keranjang pun bisa dibuat oleh I Ketut Kicak. Dalam kesehariannya, pria berusia 62 tahun tersebut bekerja sebagai satpam di sebuah pusat perbelanjaan di Kuta.
Menurut hasil wawancara penulis dengan I Wayan Sukadana ( 29 th ), kegiatan membuat katung itu diwarisi semenjak kakeknya yang tinggal di Bukit Ungasan. Kini, setelah ia menetap di Denpasar, ayahnyalah yang melakoni kegiatan ini. Nama ayahnya sebagai pembuat kerajinan katung telah dikenal oleh bayak kalangan terutama di wilayah Kota Denpasar. Bahkan, tempat-tempat seperti di Ubud dan Jimbaran sendiri pernah memesan katung buatan Kicak untuk keperluan ritual ( penyimpanan topeng Rangda ).
Bahan baku pembuatan katung di tempat I Ketut Kicak adalah bambu tutul. Menurutnya, bahan baku ini memiliki kualitas kelenturan dan ketahanan yang baik. Bambu-bambu ini ia dapatkan dari usahanya mencari sendiri ataupun membeli. Setelah bahan-bahan ini dikumpulkan, lalu mulailah proses pengupasan dan penghalusan bambu. Bagian bambu yang digunakan hanyalah bagian daging (inti) bambu. Adapun bagian-bagian katung yang dibuat di rumah Kicak adalah : Tatakan (dasar), Tulang (rangka), Siwer (penguat rangka), badan katung dan tutup katung. Untuk tatakan katung, bahan yang digunakan adalah bambu. Bambu untuk bagian ini, dibelah menjadi bagian yang tebal dan menyesuaikan dengan ukuran dasar katung yang berupa persegi. Khusus katung yang berukuran paling besar, tidak jarang pula ia menggunakan bahan kayu, karena mempertimbangkan kekuatan bahan dan beban yang dimuat dalam katung itu sendiri. Bambu untuk bahan anyaman badan katung dan tutup katung, dibelah sangat tipis dan halus, yang bertujuan mendapatkan kelenturan saat dianyam. Untuk membuat bagian Tulang katung, diperlukan bambu yang dibelah pipih, selebar kurang lebih 2-3 cm menyesuaikan dengan tinggi katung. Sedangkan untuk bagian Siwernya, Kicak lebih mempercayakan bahannya dari rotan. Hal ini dikarenakan rotan dirasa lebih kuat berfungsi sebagai tali penguat daripada bambu, yang jika dikupas terlalu tipis, akan mudah putus.
Setelah katung ini terwujud secara utuh, dilanjutkan dengan proses pemolesan dengan bahan polyture. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keawetan bahan bambu, sekaligus mengkilapkan sehingga tampak bersih. Setelah proses tersebut, lalu diakhiri dengan memasang tali pegangan yang dipasang dari bagian Tatakan, hingga penutupnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah membawa atau mengangkat katung bila hendak dibawa.
Harga katung yang ditawarkan oleh Kicak bervariasi menurut ukuran katung yang diminati. Sebagai contoh, katung yang paling kecil yaitu ukuran 30 cm dengan tinggi 40 cm dihargai Rp. 100.000,00. berbeda lagi dengan ukuran menengah ( 40×60 cm ) dihargai Rp. 150.000,00. Sedangkan ukuran terbesar ( yang biasanya digunakan untuk menyimpan topeng Rangda ) dihargai cukup mahal, yaitu Rp. 800.000,00. Katung tersebut berukuran kurang lebih 100 x 120 cm. Katung-katung tersebut rata-rata mampu diselesaikan dalam waktu 2 hingga 4 minggu, tergantung dari ukurannya. Hal ini dikarenakan Kicak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan katung tersebut dan dibantu pula oleh anaknya yang juga berkerja sebagai satpam di tempat ayahnya bekerja.
Tradisi Pembuatan Kerajinan Katung di Br. Batan Buah, Kesiman Petilan selengkapnya
by admin | Oct 26, 2011 | Berita
Institut Seni Indonesia Denpasar bekerjasama dengan kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia akan mengadakan kegiatan revitalisasi salah satu jenis musik Bali yang kini sedang mengalami alienasi yaitu musik rebab. Secara konvensional rebab dalam gamelan Bali berfungsi sebagai pemanis, pelembut, yang dimainkan dengan merealisasi nada-nada pokok, sehingga seringkali fungsi rebab dianggap sekunder dan jarang seniman muda yang tertarik untuk mempelajari instrument rebab yang mengakibatkan keberadaan music ini cenderung mengalami kesenjangan.
Berlatar belakang dari adanya kenyataan ini maka ISI Denpasar akan mengadakan workshop dan penulisan buku tentang musik rebab yang akan diikuti oleh para seniman karawitan yang berasal dari Sembilan kapubaten/kota yang ada di Bali, Mahasiswa ISI Denpasr, Siswa SMK Kesenian dan Sanggar Seni yang ada di Bali dengan total peserta 70 orang. Adapun kegiatan workhshop Pemuliaan Instrumen Rebab akan berlangsung selama delapan hari dari tanggal 21-29 november 2011. Pada tahap akhir kegiatan workshop dilakukan pementasan karya musik baru yang berbasis instrument Rebab. Karya musik baru tersebut meliputi 3 jenis karya yaitu dalam klasik, palegongan, dan pementasan rebab.
Kegiatan yang masih dalam tahap perencanaan ini gencar melakukan persiapan, seperti yang dilaksanakan pada hari Kamis 20 Oktober 2011 dimana PR II ISI Denpasar mengungkapkan bahwa kesenian rebab harus diangkat termasuk di dalamnya menularkan bagaimana memainkan rebab yang baik serta membuat event mengenai rebab mecakup seluruh wilayah Bali.
Dalam kesempatan yang sama Rektor ISI Denpasar, Prof. Rai, mengungkapkan bahwa perlu adanya dokumentasi berupa foto-foto, video, ataupun rebab-rebab itu sendiri, selain itu juga perlu dikembangkan instrument string seperti ini yang mana dapat memberikan inspirasi dalam berkreasi, beliau juga berharap setelah terwujudnya hasil workshop ini dapat langsung diakses ke media online atau internet. Arahan pengembangan selanjutnya adalah pengembangan RKG (Rebab Kendang Gending) dan RKS (Rebab Kendang Suling).
by admin | Oct 26, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Gede Suwidnya, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar
Univ Of Malaya merupakan salah satu university megah yang dimiliki oleh Negara Malaysia yang berlokasi di Lembah Pantai 50603 Kuala Lumpur Malaysia. Univ Of Malaya sangat diminati oleh kalangan pelajar dari luar maupun dalam Negeri dan memiliki berbagaimacam vaculty program. Yang salah satunya adalah Cultural Centre (pusat kebudayaan), yang mencakup department of music, department of drama dan department of dance. Dimana salah satu mata kuliah yang diajarkan dalam department of music adalah music “Talempong.”
Di Indonesia Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku minang kabau. Bentuknya hamper sama dengan instrument boning dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada juga terbuat dari batu dan kayu. Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15-17,7 cm, pada bagian bawahnya berlobang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter 5 cm sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda yang bunyinya dihasilkan dari permukaan kayu yang dipukul pada permukaannya (id. Wikipedia.Org/wiki/talempong).
Demikian juga halnya dengan jenis alat musik/gamelan Talempong yang terdapat di Univ Of Malaya. Menurut penuturan Muzaed B (dosen mata kuliah Talempong UM), musik Talempong pertama kalinya di perkenalkan di Univ Of Malaya sekitar tahun 1970/1980-an oleh bapak Rahbani. Ketika muda beliu sempat mengenyam pendidikan di Negara Indonesia selama beberapa tahun dan tertarik serta menekuni musik Talempong. Dan setelah lulus beliu kembali ke Malaysia membawa alat-alat musik Talempong ke Unif Of Malay yang digemari oleh banyak mahasiswa dan pada akhirnya dijadikan sebagai salah satu mata kuliah sampai saat ini.
Instrumen Talempong yang terdapat disini adalah berupa, Talempong pacik, Talempong ria dan Talempong limo. Disini Talempong biasanya disebut dengan “caklempong.” Caklempong Pacik memiliki klasifikasi instrument berupa, pengawinan, batino, jantan, gong yang lazim disebut dengan canang (di Bali disebut dengan reong) dan 1 buah gendang. Tehnik permainan caklempong pacik adalah dengan cara memegang canang, dimana 1 orang pemain memegang 2 buah canang dengan nada yang berbeda dan untuk memudahkan sudah diberikan kode/nomor pada masing-masing canang. Tangan kiri memegang 2 buah canang dan tangan kanan memegang 1 buah pemukul yang terbuat dari kayu dimana setengahnya terlilit oleh tali. Batino berupa nomor ganjil (1-3, dan seterusnya), pengawinan berupa nomor genap (2-4, dan seterusnya), jantan berupa no 5 dan gong berupa no 1. Yang dimainkan dengan tehnik pukulan dengan fariasi yang berbeda antara masing-masing pemain dan instrument gendang sebagai peminpin dan pengatur pola ritma.
Caklempong Ria. Caklempong ria mirip/hampirsama tehnik permainannya dengan caklempong pacik namun yang membedakan adalah semua canang ditempatkan di atas sebuah wadah ( tungguhan di Bali) dan dipukul menggunakan dua tangan, yaitu tangan kiri dan tangan kanan. Sebutan untuk instrumennya juga berbeda, ada yang disebut dengan greteh, tingkah dan sauwa. Pada greteh ada 2 (dua), yaitu greteh 1 (satu) dan greteh 2 (dua). Greteh 1 (satu) susunan nada-nadanya : 1 2 3 4 5 6 b7 7 1. Demikian pula pada greteh 2 (dua) namun greteh 2 (dua) memiliki suara (reng) yang lebih besar. Pada tingkah ada 2 (dua), yaitu tingkah 1 (satu) dan tingkah 2 (dua). Tingkah 1 (satu) susunan nada-nadanya : 7 1 2 3 4 ( b c d e f ). Sedangkan greteh 2 (dua) susunan nada-nadanya : 5 6 b7 7 1 ( g f bflet 7 1 ). Pada sauwa juga ada 2 (dua) yaitu sauwa 1 (satu) dan sauwa 2 (dua), susunan nadanya mirip dengan tingkah namun sauwa nadanya lebih besar daripada tingkah. Adapaun sauwa 1 (satu) susunan nada-nadanya : 7 1 2 3 4 atau 1 2 3 4 5 dan sauwa 2 (dua) susunan nada-nadanya : 5 6 b7 7 1. Nada 1,3,5 jika dipukul bersamaan maka akan menghasilkan satu accord. Sauwa satu dan sauwa dua, tingkah satu dan tingkah dua dimainkan dengan tehnik pukulan yang berbeda. Sebagai instrumen pelengkap biasanya diisi dengan gendang, bangsi dan serunai.
Caklempong Limo. Dalam caklempong limo instrumen yang digunakan adalah berupa 5 buah canang yang dimainkan dengan posisi duduk, sebuah gong berukuran tanggung dan sebuah gendang. Disamping menggunakan gendang, yang biasanya digunankan untuk melengkapi instrumen caklempong disini adalah rebana dan kompang.
Adapun nama-nama lagu dalam caklempong ria adalah :
– Nak Pulang
– Perahu Layar
– Mudik Arau
– Bugi Lamo
– Babendi-bendi
– Ayam Den Lapeh, dll,…
Di Univ Of Malaya mahasiswa yang memilih kelas atau mata kuliah ini adalah kebanyakan perempuan dan sebagai dosen pengajar kami adalah Muzaed B. Saya sebagai seorang mahasiswa yang mengikuti program dari pemerintah (exchange program) wakil dari Institut Seni Indonesia Denpasar merasa bangga dan sangat bersyukur bisa ikut sama-sama belajar dengan teman-teman yang cinta terhadap seni dan budaya warisan leluhur yang harus selalu kita jaga dan kita lestarikan.
Talempong Di Univ Of Malaya selengkapnya
by admin | Oct 25, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman Komang Pande Ary Wibawa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Lahir ; di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung pada tahun 1938. Beliau adalah seniman karawitan yang serba bisa yang telah mampu mengharumkan desa adat Tihingan Klungkung khususnya dalam bidang seni yaitu seni tabuh atau karawitan. Beliau adalah orang yang penyabar dan banyak disukai banyak orang karena kesabaran dan ketekunan beliau dalam melatih menabuh di masyarakat . Beliau adalah seniman yang tidak pernah sekolah, sejak kecil beliau sudah mewarisi bidang seni atau yang di istilahkan dengan seniman alam tanpa ada yang melatih oleh guru .
I Wayan Kumba adalah anak pertama dari lima bersaudara putra alm I wayan Rayeg. Beliau sudah menekuni bidang seni sejak masih kecil sehingga dengan keahliannya ini maka timbullah ide dari leluhur-leluhur kami, maka dibentuklah kelompok atau sekaa-sekaa gong utamanya sekaa angklung di desa adat Tihingan. Beliau adalah angkatan pertama saat sekaa angklung di desa adat Tihingan di bentuk. Saat di terbentuk kelompok atau sekaa gong atau angklung ini, para penabuhnya umurnya masih relatip muda boleh digolongkan masih tergolong anak-anak. Dengan rasa sabar dan percaya diri para pembina tabuh sekaa ini ,akhirnya lambat laun sekaa ini bisa berjalan dengan lancar. Sehingga hal inipun tersebar sampai ke puri Klungkung yang waktu itu bertahta sebagai raja adalah Ide Idewa Agung bahwa didesa adat Tihingan ada sekaa angklung anak-anak.
Pada akhirnya timbullah ide dari raja Klungkung untuk mengadakan perlombaan seperti istilah sekarang lomba angklung di Kabupaten Klungkung. Dengan adanya perlobaan seperti istilah sekarang Festival angklung maka , rakyat Klungkung menyambut dengan sangat gembira. Dalam hal ini terbukti sekaa gong/ angklung desa adat Tihingan lah pertama kali ditunjuk oleh raja Klungkung untuk dilombakan atau di festipalkan melawan sekaa angklung dari desa adat Kamasan Klungkung. Dari hasil perlombaan atau festipal ini maka sekaa angklung desa adat Tihingan lah yang sebagai pemenangnya. Dengan kemenangan ini , sekaa angklung menjadi terkenal di kabupaten Klungkung dan sekaligus usia para penabuhnya semakin dewasa.
Dengan bertambah dewasanya usia para penabuh ini terutama I Wayan Kumba akhirnya banyak datang tokoh-tokoh masyarakat dari luar desa Tihingan untuk mencari pembina gong atau angklung kedesa adat Tihingan yang tujuannya untuk membina di tempat mereka. Akhirnya beliau ( I Wayan Kumba ) memberanikan diri keluar untuk membina tabuh. Hal ini terbukti beliau pernah membina di kabupaten Tabanan di banjar Gempinis desa Gempinis Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun 1956 . Selanjutnya di banjar Dukuh Pulu Kelodan Kecamatan Selemadeg kurang lebih tahun 1958.Setelah itu beliau membina di banjar Dukuh Pulu Kajanan Kecamatan Selemadag tahun 1960 yaitu membina tabuh Pelegongan. Dari Kabupaten Tabanan, dan pada akhirnya sampailah di Klungkung tepatnya di Kecamatan Nusa penida Tepatnya di Banjar Sompang. Di banjar Sompang inilah beliau membina tabuh pearjaan. Dari Nusa Penida pindah lagi ke Nusa Tenggara Barat (Lombok) tepatnya di banjar Tanah Met Danginan Kecamatan Gunung Sari Kabuapaten Lombok Barat. Disana Beliau juga membina Gong Kebyar. Tahun 1962. Di Lombok pun banyak beliau pernah membina gamabelan tetapi kami tidak tahu tempatnya. Akhirnya beliau kembali ke Nusa Penida untuk membina pada tahun 1962 tepatnya di Banjar Semaya . Disana Beliau juga membina Tabuh Pearjaan. Setelah dari banjar Semaya kembali lagi kebanjar Sompang untuk membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar. Disanalah beliau membina dengan waktu agak lama dengan membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar.
Mungkin Jodoh sudah ditentukan oleh tuhan, pembina yang namanya I Wayan Kumba ini sampai mendapat jodoh disana yaitu mantan penari Arja. Dari hasil Perkawinan ini beliau mempunyai tujuh orang anak diantaranya dua laki-laki dan lima perempuan. Dari tujuh anak yang dimiliki ada tiga anak yang mewarisi bakat orang tuanya diantaranya dua laki –laki dan satu perempuan. Karena terlalu memporsir tenaga untuk membina tabuh di beberapa desa dari tahun 1956 , disampaing usia juga sudah lanjut akhirnya beliau kena serangan penyakit yang menyebabkan beliau sampai meninggal pada tahun 1996 dan kini sudah diupacarakan atau diaben pada tahun 1998. Demikianlah Kisah perjalanan hidup dari I Wayan Kumba (Seniman) yang tak segan –segan mengabdikan ilmu yang dimilki untuk kepentingan orang banyak khususnya seni karawitan.
I Wayan Kumba Tokoh Angklung Dari Tihingan selengkapnya