M

Tentang ISI Bali

Sejarah

Pengantar

Akreditasi

Visi dan Misi

Struktur Organisasi

SAKIP

JDIH

Penghargaan

PPID

Green Metric

Pendidikan

Fakultas Seni Pertunjukan (FSP)

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)

Pascasarjana

Program Internasional

Alumni

Penelitian

Penelitian, Penciptaan dan Diseminasi Seni dan Desain (P2SD)

Penelitian Disertasi (PDD)

Penelitian Kompetisi Nasional

Penelitian Kerja Sama

Pengabdian

Bali Citta Swabudaya (BCS)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Pusat

Angklung “ Purnama Budaya” Banjar  Batubidak, Kerobokan, Badung, Bagian  II

Angklung “ Purnama Budaya” Banjar Batubidak, Kerobokan, Badung, Bagian II

Kiriman:  I  Made Sujendra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Periode, Tahun 1980 -2008

            Pada periode ini merupakan, generasi ke-3 dan ini merupakan awal mula penambahan kata Budaya , yang dulunya hanya “Legong Angklung Purnama” dan sekarang menjadi  “Angklung Purnama Budaya”. Perkembangan yang terjadi pada periode ini adalah mentransfer tabuh-tabuh seperti: tari Panyembrahma, Baris tunggal, Jauk, Baris Tekok Jago , Petopengan, Prembon, Manuk rawa, Kidang Kencana, Jaran Teji, Yuda Pati, Rejang Dewa dan beberapa tabuh-tabuh lelambatan.

            Pada tahun 1989, untuk pertama kalinya menggarap tabuh untuk mengiringi pementasan Wayang Kulit bekerja sama dengan Dalang Bapak I Made Kembar dari Padang Sumbu Kelod. Pementasan tersebut terbilang sukses karena, mendapat sambutan yang bagus dari masyarakat, sehingga  undangan untuk pentas sangat padat sekali hingga hampir menjangkau semua kabupaten di Bali, disebabkan untuk pertama kalinya pertunjukan wayang kulit dikemas dalam bentuk lain yang biasanya hanya diiringi oleh gender dan batel saja.

            Di periode ini juga untuk pertama kalinya pak Made Kembar menggunakan iringan Gong Kebyar, yaitu gong Padang Sumbu, selanjutnya memakai pelegongan ( gender rambat ),oleh sanggar Candra metu Br. Gadon kerobokan dan terakhir berkembang memakai gamelan Semar Pegulingan yang dipopulerkan oleh wayang kulit Cenk Blong Belayu. Namun ketika itu hanya yang memakai instrumen angklung yang paling berkembang sampai saat ini.

            Selanjutnya iringan wayang kulit dengan angklung juga dipakai oleh: Ida Bagus Sudiksa ,S.E., M.M,  (Griya Telaga, Kerobokan ), Ida Bagus Baskara ( Griya Buduk, alm ), Ida Bagus Bawa ( Griya Sibang ), Ida Bagus Alit Arga Patra , S.Sn., ( Griya Buduk ),  Dalang Putra (Kepaon  Denpasar ),  I ketut Nuada ( Wayang Joblar ABG, dari Tumbak Bayuh , mengwi Badung )  dan  I ketut Gina, S.Sn dari Kerobokan. Kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang. Pada tahun 1990, gamelanya diperbaharui instrumentnya dilebur dan ditambah bobotnya dengan memakai unsur Tri Datu ( emas, perak,tembaga ) dan Pelawahnya juga diganti, sekarang diukir serta memakai Prada.namun pada waktu itu sempat terjadi ketidak sesuaian pada pelawah gamelan-nya, yang dipesan pelawah angklung empat bilah namun yang dibikin dan dikirim pelawah berbilah lima. Kesalahan tersebut murni kesalahan dari pihak bapak Gableran terbukti dari tulisan yang ditulis di kalender bapak Gableran, akhirnya dibuat ulang. Sedangkan instrumen-nya dikerjakan oleh Bapak Made Sukarta.disamping itu juga, membeli seperangkat gamelan Baleganjur, membeli sepasang curing dan membangun tempat Gamelanya, termasuk upacara Pemelaspas dan Pasupati oleh Ida Peranda Oka Telaga dari Griya Sanur, Denpasar .

            Sumber pendanaanya pada waktu itu bersumber dari mengiringi pentas wayang, ketika itu sangat diminati sehingga Dalang Pak Made Kembar membentuk sekehe angklung bayangan untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit lagi dua barung yaitu di Banjar Abasan dan Banjar Silayukti Kerobokan, karena hampir setiap malam ada pementasan. Sumber pendanaan yang lainya berasal dari warung amal ( bazar ) dan borong cor lantai rumah milik Dr.Komp. GD Agung di Jl. Pemuda Renon Denpasar, yang kebetulan bangunanya saya yang mengerjakan.

            Memasuki akhir tahun 1990, mengikuti lomba Angklung kekelentangan tingkat Desa Kerobokan dengan pembina Bapak I Wayan Rundu dari B.r Geladag Denpasar dan berhasil mendapatkan Juara I, selanjutnya pada tahun 1991, gamelanya sempat dilaras kembali oleh Bapak I Wayan Berata sebelum  mengikuti lomba Angklung kekelentangan se kabupaten Badung ( dulunya masih jadi satu dengan kota Denpasar ), dan keluar sebagai Juara I juga tingkat kabupaten Badung, rekamanya di produksi oleh Bali Record, kembali pada tahun 1992 mengikuti lomba Angkung kekelentangan tingkat provinsi Bali, dengan tema parade Bukur dan mendapatkan Juara I dan langsung diproduksi oleh Aneka Record. Pada periode ini disamping mengiringi pentas wayang juga punya acara pentas di beberapa hotel di kawasan Kuta dan Sanur.

            Pada pertengahan tahun 2008, dalam rangka program ngayah di Pura Dalem Kerobokan menggarap sebuah pementasan Sendratari Ramayana bekerja sama dengan Bapak Made Kembar. Pemetasanya secara umum berlangsung sukses namun sempat terjadi insiden kecil, pertunjukan tidak sampai selesai karena memasuki babak akhir semua penari dan sebagian penabuh kesurupan sehingga pertunjukan terpaksa terhenti. Sendratari ini juga sempat pentas di Pura Dalem Petitenget Kerobokan dan di Griya Cau Belayu Tabanan. Selain pementasan Sendratari Ramayana, juga dipentaskan tari Legong Keraton dan beberapa tarian lainya. Kegiatan ini menghabiskandana sekitarRp,12,000,000;yang semuanya bersumber dari mengiringi pertunjukan wayang kulit.

Periode, Tahun  2009 – Sekarang

            Pada tahun ,2009 merupakan periode lahirnya generasi ke-4 sekehe Angklung anak-anak yang pertama di kecamatan Kuta Utara , dan sudah bisa menguasai beberapa tabuh petegak dan beberapa tabuh iringan tari antara lain: Puspa Wresti, Puspan Jali, Baris, Jauk keras, Panji Semirang, Kebyar Duduk, Petopengan dan Baleganjur.

            Adapun program tahun ini, disamping acara latihan rutin satu minggu sekali, ada juga beberapa anggotanya memperkuat Gong Kebyar Anak-anak Kecamatan Kuta Utara, yang di wakili oleh Kelurahan Kerobokan Kaja, dari Banjar Batuculung, terutama untuk instrument kendang dan gangsa. Pada 26 Agustus 2011 lalu,juga mendapat undangan mebarung Angklung Kebyar  dalam rangka parade budaya desa Blantih Kabupaten Bangli. Pada bulan November 2011 mendatang menurut rencana akan dipersiapkan untuk acara pembukaan Parade Budaya di PUSPEM Badung.

Adapun  inventaris masa lalu yang masih ada sampai saat ini antara lain:

ª      Sebuah Bendera ( Kober ) bergambar Maruti ( Hanoman )

ª      Sebuah sepanduk warna merah bertuliskan “Legong Angklung Purnama”

ª      Aksesoris Legong tahun 1963, (  Gelungan Legong Keraton )

ª      1 tungguh grantang Angklung yang berbilah bambu.

ª      Gantungan Gong , berupa besi sepanjang 1,5 mtr yang bawahnya lancip.

ª      1 buah Gong yang terbuat dari Drum.

ª      Pelawah gamelan yang ke dua yang belum di ukir.

ª      Tempat Reong , diikat di pinggang waktu nabuh sambil berjalan.

ª      Tiga buah Piagam penghargaan.

ª      Tiga buah Piala.

ª      Koleksi pribadi berupa costum –costum dari tahun 1970-an sampai 2011.

            Ada hal unik sehubungan dengan sekehe agklung purnama budaya yang dilestarikan sampai saat ini  yaitu ada sekehe wanitanya yang bertugas membuat banten atau sesajen pada piodalan setiap 6 bulan sekali yang jatuh pada hari Saniscara kliwon,wuku krulut. sekehe wanitanya juga memiliki costum yang dananya diambil dari khas sekehe. Keunikan lainya bahwa piodalan itu dilangsungkan di Pura Dalem Kerobokan , karena terdapat satu pelinggih khusus untuk Pregina angklung. Hal lain bahwa setiap melasti kempur yang kecil selalu dibawa ke Pura Dalem bersama beberapa Pretima yang ada ikut di arak ke pantai untuk disucikan. Walaupun sekarang Pura Dalem sudah dikelola oleh Desa Adat tetpi khusus bagi sekehe angklung tetap mendapat prioritas dari pengempon  sekarang,misalnya pemberian costum secara berkala dan tirta yatra di beberapa Pura di luar Bali.

            Demikianlah yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, andaikata ada ucapan , tindakan yang kurang berkenan saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesar – besarnya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih melalui ucapan Parama Cantih.

Angklung “ Purnama Budaya” Banjar  Batubidak, Kerobokan, Badung II selengkapnya

Wujud Garapan Dwapara

Wujud Garapan Dwapara

Kiriman: Ngakan Made Wikrama Jaya, Mahasiswa PS Seni Tari, ISI Denpasar.

Deskripsi Garapan

            Tari Dwapara yang menggambarkan tentang polemik kehidupan berpoligami ini akan banyak mengungkapkan tentang pertentangan-pertentangan, intrik-intrik persaingan, pertengkaran sebagaimana peristiwa dalam kehidupan berpoligami. Fenomena ini sengaja penata tampilkan agar masyarakat penonton menghindari hidup berpoligami, karena model kehidupan ini sangat tidak baik untuk ditiru.

            Tari Dwapara, yang mengangkat tentang fenomena sosial (poligami) ini akan digarap dalam konsep tari kontemporer. Tari kontemporer adalah sebuah genre seni pertunjukan yang struktur pertunjukannya sudah tidak terikat lagi (bebas) dari pakem-pakem tari tradisional. Hal ini akan dapat membuat penata lebih leluasa dan bebas mengekspresikan ide dalam memvisualisasikan fenomena sosial poligami ini ke dalam sebuah bentuk seni pertunjukan.

            Bentuk sebuah karya seni khususnya tari, secara konseptual terwujud berdasarkan sistem nilai budaya masyarakatnya. Nilai budaya merupakan satu kesatuan yang bulat dan tidak dapat dipisahkan. Sistem nilai budaya adalah konsep-konsep hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang mereka anggap bernilai dan bermakna bagi kehidupannya, oleh sebab itu sistem nilai budaya ini berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi masyarakat setempat dalam menentukan kelakuannya. Sistem tata kelakuan masyarakat yang tingkatnya lebih kongkret adalah : aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, adat yang berpedoman kepada sistem nilai budaya masyarakat tersebut.

            Oleh sebab itu, karya tari kreasi baru maupun kontemporer tidak bisa lepas dari unsur budaya masyarakatnya. Beragam garapan tari kreasi yang diciptakan di ISI Denpasar memiliki gagasan penciptaan berbeda-beda. Namun dari sekian banyak garapan itu tampak sangat sarat dengan pesan-pesan pencerahan bagi masyarakat, ataupun kritikan-kritikan terhadap para penguasa. Dari berbagai garapan itu, ada yang digarap dalam konsep tari kreasi baru adapula yang digarap dalam konsep tari kontemporer sebagaimana garapan tari Dwapara ini.

                        Untuk mempertajam pemahaman tentang kehidupan berpoligami, penata juga mengamati kasus seperti ini melalui tayangan di media TV, surat kabar maupun kejadian di masyarakat. Laki-laki biasanya mengumbar janji manis kepada perempuan yang disukai agar sudi dipoligami. Namun pada kenyataannya tidak demikian adanya, akhirnya mereka disakiti yang terkadang berujung pada masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Struktur Pertunjukan

            Struktur dari karya seni meliputi bagian-bagian, dimana bagian yang satu dengan yang lainnya itu saling berkaitan dan tersusun sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah garapan yang utuh. Sebagaimana tari kontemporer Dwapara ini memiliki struktur : bagian I (opening), bagian II, bagian III dan bagian IV Ending (Penutup).

  1. a.      Bagian I (Opening)

Menggambarkan keinginan para istri untuk keluar dari kehidupan berumah tangganya karena sehing terjadi ketidakadilan kasih sayang dari suami kepada mereka.

  1. b.     Bagian II

Menggambarkan perbedaan paham dan rasa iri hati diantara para istri akhirnya terjadi pertengkaran.

  1. c.      Bagian III

Keinginan dari suami mempersatukan mereka untuk rujuk kembali sangatlah sulit malah sebaliknya, keinginan untuk meninggalkan suami semakin bulat. Akhirnya suami menyesali perbuatannya dan hidup menyendiri.

Simbol-simbol Dalam Tari Dwapara

            Simbol memiliki arti tertentu yang lebih luas daripada apa yang tampil secara nyata, dapat dilihat maupun didengar. Dalam  seni tari biasanya terdapat beberapa simbol yang dipergunakan untuk menyampaikan maksud tertentu kepada penonton, baik dengan simbol gerak banyak menggambarkan karakter yang dibawakan. Warna kostum yang dikaitkan dengan isi garapan. Selain itu juga tata rias dan pola lantai juga merupakan simbol dari suatu karya tari.

a. Simbol Gerak

            Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Gerak-gerak ritmis dan ekspresi pada tari adalah gerak-gerak yang indah yang diberi bentuk dan ritme dari badan manusia dalam ruang yang dapat dihayati keindahannya apabila disajikan oleh penarinya (Bustomi, 1992 : 42-45). Terkait dengan hal itu, untuk mewujudkan tari kontemporer Dwapara ini mempergunakan beberapa gerak, yang bersumber dari gerak-gerak tari Bali. Adapun perbendaharaan gerak tari yang dipergunakan oleh setiap tokoh dalam garapan tari kontemporer ini diantaranya adalah sebagai berikut :

–          Gerak melengkung (sebagai kesan dinamis)

–          Melompat (gerak berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain)

–          Meloncat (gerakan perpindahan kaki di tempat)

–          Setengah kayang (badan melengkung ke belakang tanpa tangan menyentuh lantai)

–          Canser (perpindahan badan dengan rotasi kaki di geser ke kanan dan ke kiri)

–          Berputar (bergeraknya badan melingkar atau di tempat dengan tumpuan kaki)

–          Mengalir (bergeraknya bagian tubuh secara perlahan)

–          Mengayun (bergeraknya bagian tubuh lebih cepat dari mengalir)

–          Selang-seling (motif gerak bergantian)

–          Menjambak (gerakan tangan menarik rambut)

–          Kontras (motif gerak kanan dan kiri berbeda)

–          Simetris (motif gerak kanan kiri sama)

–          Merangkul (motif gerak sebagai makna kebersamaan)

–          Level (posisi sikap dasar gerak) yaitu :

a. Desain Datar           : Badan penari hampir tanpa perspektif  yang tampak dari pandangan penonton.

b. Desain Dalam         :   penonton melihat penari dalam perspektif yang dalam, yaitu anggota badan, yaitu anggota-anggota badan ditempatkan ke arah up stage atau down stage.

c. Desain Vertikal       :   sebuah garis ke atas dan ke bawah.

d.  Desain Horisontal  :   sebuah garis mengarah ke samping kanan maupun   kiri (ke arah horizontal).

e. Desain Kontras       :   sebuah pose yang menggarap garis-garis bersilang pada tekukan-tekukan yang berlawanan dan mengandung satu kontinuitas garis dalam oposisi.

f. Desain Spiral           :   sebuah postur atau gerak badan melengkung sekeliling garis tengah.

g. Desain Lengkung   :   desain yang mempergunakan garis-garis lengkung.

h. Bersudut                 :   sebuah postur anggota badan dan badan ditekuk menyudut.

i. Desain Spiral           :   desain yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran yang searah pada badan.

j. Tinggi                      :   ruang dari dada penari ke atas.

k. Medium                  :   ruang antara bahu penari dan pinggang.

l. Rendah                    :   ruang yang terletak dari penggang penari ke bawah.

m. Terlukis                  :   sebuah garis yang dilukiskan di udara yang nampak lebih jelas dari anggota badan yang melukis.

n. Garis Lanjutan        :   garis yang terlukis di udara yang diluar jangkauan badan penari.

o. Garis Tertunda        :   garis yang terlukis di udara yang terkontrol oleh penari.

p. Asimetris                :   desain yang dibuat dengan menempatkan garis-garis anggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan.

Wujud Garapan Dwapara selengkapnya

Pengadaan Meubelair

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI

NOMOR :  9905/ULP/ISI/X/2011

 

Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung  Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut  Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan pelelangan umum dengan  pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut  :

1.  Paket Pekerjaan

Nama Paket Pekerjaan         :    Pengadaan Meubelair

Lingkup Pekerjaan               :    Pengadaan Meubelair

Nilai Total HPS                     :    Rp. 272.009.100,00

Sumber Pendanaan              :    DIPA No. 0792 / 023-04.2.01 / 20 / 2011 Tahun Anggaran 2011

  1. Persyaratan Peserta

Klasifikasi                            :    Furniture

Kualifikasi                           :    Kecil

  1. Pelaksanaan Pengadaan

Tempat dan alamat              :    Ruang Unit Layanan Pengadaan Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar

Website                               :    www.isi-dps.ac.id

  1. Jadwal Pelaksanaan

NO

KEGIATAN

HARI/TANGGAL

WAKTU

a Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan 27-10-2011 s/d 02-11-2011 10.00 s/d 14.00 wita
b Pemberian Penjelasan 31-10-2011 14.00 wita s/d selesai
c Pemasukan dokumen Penawaran 01-11-2011 s/d 03-11-2011 09.00 s/d 14.00 wita kecuali tgl 03-11-2011 s/d 09.30 wita
d Pembukaan Penawaran 03-11-2011 14.00 wita s/d selesai

 

  1. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
  2. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil dokumen pengadaan.
  3. Dokumen pengadaan dapat diambil dalam bentuk softcopy.

 

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.

 

Denpasar,   27 Oktober 2011

Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung  Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut  Seni Indonesia Denpasar

Pengadaan Pakaian Tari dan Penabuh

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI

NOMOR : 9904/ULP/ISI/X/2011

 

Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan Pelelangan umum dengan  pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut  :

1.  Paket Pekerjaan

Nama Paket Pekerjaan         :    Pengadaan Pakaian Tari dan Penabuh

Lingkup Pekerjaan               :    Pengadaan Pakaian Tari dan Penabuh

Nilai Total HPS                     :    Rp. 245.491.950,00

Sumber Pendanaan              :    DIPA No. 0792 / 023-04.2.01 / 20 / 2011 Tahun Anggaran 2011

  1. Persyaratan Peserta

Klasifikasi                            :    Alat Kesenian

Kualifikasi                           :    Kecil

  1. Pelaksanaan Pengadaan

Tempat dan alamat              :    Ruang Unit Layanan Pengadaan Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar

Website                               :    www.isi-dps.ac.id

  1. Jadwal Pelaksanaan

 

NO

KEGIATAN

HARI/TANGGAL

WAKTU

A Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan 27-10-2011 s/d 03-11-2011 10.00 s/d 14.00 wita
B Pemberian Penjelasan 31-10-2011 13.00 wita s/d selesai
C Pemasukan dokumen Penawaran 01-11-2011 s/d 03-11-2011 09.00 s/d 14.00 wita (kecuali tanggal 03-11-2011 sampai jam 09.30)
D Pembukaan Penawaran 03-11-2011 13.00 wita s/d selesai

 

  1. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
  2. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil dokumen pengadaan.

 

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.

Denpasar,   27 Oktober 2011

 

Pokja Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011


Pengadaan Gamelan

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI

NOMOR :  9752/ULP/ISI/X/2011

 

Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung  Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut  Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011 akan melaksanakan pelelangan umum dengan  pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan barang sebagai berikut  :

1.  Paket Pekerjaan

Nama Paket Pekerjaan         :    Pengadaan Gamelan

Lingkup Pekerjaan               :    Pengadaan Gamelan

Nilai Total HPS                     :    Rp.354.414.060

Sumber Pendanaan              :    DIPA No. 0792 / 023-04.2.01 / 20 / 2011 Tahun Anggaran 2011

  1. Persyaratan Peserta

Klasifikasi                            :    Alat kesenian

Kualifikasi                           :    Kecil

  1. Pelaksanaan Pengadaan

Tempat dan alamat              :    Ruang Unit Layanan Pengadaan Institut Seni Indonesia Denpasar, Jalan Nusa Indah Denpasar

Website                               :    www.isi-dps.ac.id

  1. Jadwal Pelaksanaan

NO

KEGIATAN

HARI/TANGGAL

WAKTU

A Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan 27-10-2011 s/d 02-10-2011 10.00 s/d 14.00 wita
B Pemberian Penjelasan 31-10-2011 11.00 wita s/d selesai
C Pemasukan dokumen Penawaran 01-11-2011 s/d 03-11-2011 09.00 s/d 14.00 wita kecuali tgl 03-11-2011 s/d 09.30 wita
D Pembukaan Penawaran 03-11-2011 11.00 wita s/d selesai

 

  1. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
  2. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam mendaftar dan mengambil dokumen pengadaan.
  3. Dokumen pengadaan dapat diambil dalam bentuk softcopy.

 

 

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian.

Denpasar,   27 Oktober 2011

 

Pengadaan Alat Pendidikan Pendukung Pembelajaran, Meubelair Pendukung  Pembelajaran, Bangunan Pendukung Pembelajaran pada Institut  Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggaran 2011

Loading...