by admin | Dec 6, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: I Made Budiarsa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Genggong merupakan sebuah instrument musik yang sudah kita warisi sejak zaman yang lampau. Sebagai instrumen musik tua, Genggong memiliki bentuk yang sangat kecil dan nampaknya sangat sederhana. Meskipun demikian, alat music ini memiliki teknik yang cukup rumit. Genggong merupakan sebuah instrumen musik yang sangat menarik. Alat musik ini terbuat dari pelepah enau (Bahasa Bali Pugpug), berbentuk segi empat panjang dengaan ukuran panjang kurang lebih 16 cm dan lebar 2 cm. Ditangah- tengahnya sebuah pelayah sepanjang kurang lebih 12 cm; pada ujung kanan di buat lubang kecil tempat benang itu diikatkan pada sebuah potongan bambu kecil sepanjang 17 cm, sedangkan pada ujung kirinya diikatkan kain sebagai tempat pegangan ketika bermain. Genggong sering dimainkan oleh para petani sambil melepas lelah di sawah, kadang- kadang di mainkan di rumah, bahkan tidak jarang bahwa seseorang memainkan genggong dengan maksud menarik perhatian wanita (kekasihnya), sebagaimana halnya dilakukan dengan instrumen suling. Hanya saja dengan adanya parkembangan dunia yang sangat pesat dewasa ini, kebiasaan untuk menarik perhatian wanita dengan menggunakan genggong semakin jarang kita jumpai.
Jumlah tungguhan dalam satu perangkat gambelan genggong, pada masing-masing sekha didapatkannya adanya jumlah maupun jenis tungguhan yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan tungguhan-tungguhan dalam satu perangkat merupakan hal yang umum di kalangan karawitan bali.
Jumlah Instrumentasi
Instrumen utama yaitu Genggong yang terbuat dari Pugpug terdiri dari dua jenis yaitu:
Beberapa buah Genggong yang bertugas membentuk jalinan-jalinan.
Seperti dari apa yang telah dijelaskan diatas bahwa alat music ini terbuat dari pelepah enau (Bahasa Bali Pugpug), berbentuk segi empat panjang dengaan ukuran panjang kurang lebih 16 cm dan lebar 2 cm. Ditangah-tengahnya terdapat sebuah pelayah sepanjang kurang lebih 12 cm; pada ujung kanan di buat lubang kecil tempat benang itu diikatkan pada sebuah potongan bambu kecil sepanjang 17 cm, sedangkan pada ujung kirinya diikatkan kain sebagai tempat pegangan ketika bermain.
Alat yang disebut Sompret. Dimana suara yang ditimbulkan menyerupai suara katak.
Alat ini pula sama bahannya terbuat dari pelapah enau (Pupug dalam bahasa Bali). Tungguhan ini tidak memiliki ikuh capung seperti pada gambar diatas, namun hanya memiliki sebuah pelayah sebagai sumber bunyinya.
Selain dari dua yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa instrument lain, diantaranya :
Sepasang kendang krumpungan.
Nama dari salah satu tungguhan yang bahan utamanya terdiri dari kayu dan kulit. Kayu digunakan pada bagian bantang sedangkan kulit digunakan pada bagian penukub. Kendang krumpungan dimainkan dengan tehnik mamukul dengan tangan (tanpa menggunakan panggul), seperti kendang kekebyaran. Perbedaan pada kendaang kekebyaran dengan kendang krumpungan terletak pada ukurannya serta cara menabuhnya. Pada kendang krumpungan, tebokan yang kedil dipukul pada bagian atasnya dengan jari-jari, sehingg amenimbulkan bunyi “teng” dan “tong”. Kendang krumpungan selalu dimainkan dengan cara berpasangan (tidak ada kendang tunggal).
Satu buah Plentit.
Tungguhan iini terbuat dari potongan bamboo dengan lubang yang menganga pada bagian atasnya berfungsi sebagai resonator. Pada bagian sisi dari lobang tersebut ditancapkan besi kecil dimana nantinya bilah yang akan dipukul ditancapkan. Perlu diingat Pada bagian pangkal besi diisi karet agar suara yang dihaslkan dari bilah tersebut dapat optimal.
Satu buah Gong Pulu.
Gong pulu menggunakan dua buah bilah, satu dengan yang lainnya mempunyai nada yang sama dengan sedikit perbedaan frekwensi, sehingga menimbulkan efek ombak. Stik atau panggul yang dipergunakan mirip dengan panggul jegog hanya yang membedakannya adalah berbentuk huruf V, dimana dua panggul dikaitkan menjadi satu.
- Tungguhan Tawa-tawa (tambur)
Salah satu tungguhan sejenis kajar dibuat dari perunggu, berbentuk bundar dengan ukuran garis tengah sekitar 31 cm. tungguhan tawa-tawa tidak menggunakan tatakan seperti tungguhan kajar atau ceng-ceng. Tungguhan tawa-tawa ditabuh dengan cara meletakkannya di atas tekukan tangan kiri dan dipegang pada bagian batis. Tungguhan ini ditabuh dengan satu orang dengan menggunakan sebuah panggul terbuat dari kayu dimana pada bagian ujungnya dibungkus dengan kain agar dapat menimbulkan bunyi yang empuk. Saat menabuhnya tidak disertai dengan tutupan seperti pada tungguhan kajar. Namun dalam peranannya dalam genggong tungguhan ini biasanya diletakkan diatas paha saat dalam posisi bersila.
beberapa buah suling kecil dan menengah
Suling merupakan alat musik tiup dengan tehnik pernafasan tanpa terputus-putus (Ngunjal Angkihan). Secara suling di Bali terbuat dari bamboo. Dilihat dari cara memainkannya suling, jenis suling terdapat dua macam, yaitu suli yang ditiup pada bagian ujung dan suling yang ditiup pada bagian atas. Suling yang ditiup pada bagian atas biasanya menggunakan suwer dengan lubang pada bagian bawahnya. Saat memainkannya, jenis suling ini berada di depan pemain. Suling dalam hal ini biasanya bermain menyajikan bantang gending atau lagu pokok.
Genggong Selengkapnya
by admin | Dec 6, 2011 | Artikel, Berita
Kiriman: Ida Bagus Surya Peradantha, SSn., MSn
Pembahasan tentang indera penciuman ini terdapat pada bab VII dari buku yang berjudul “Tubuh Sosial” karangan dari penulis Anthony Synnott. Penciuman merupakan indera yang sebenarnya memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ia berperan begitu vital dalam setiap interaksi sosial, seperti soal makanan dan minuman, terapi, agama, industri, relasi klas etnik sosial, (dan bahkan ke dalam ranah seni), bau-bauan ada di mana-mana dan memiliki fungsi yang sangat beragam.
Ada tiga jenis bau-bauan yang bisa dibedakan, yaitu :
- bau-bauan alami : contohnya bau-bauan tubuh
- bau-bauan pabrik : contohnya parfum, polusi, limbah pabrik,
- bau-bauan simbolik : contohnya metafor-metafor bebauan.
Tiga jenis bebauan ini tidak sepenuhnya terpisah, karena dalam situasi apapun, ketiganya hadir berpadu bersama. Namun secara konseptual, ketiganya sesungguhnya terpisah.
Largey & Watson ( 1972 ) dalam artikelnya yang berjudul “ The Sociology of Odours “ menegaskan : Bebauan memiliki banyak sisi ; penanda ikatan, simbol status, penjaga jarak, suatu teknik manajemen kesan, lelucon, atau protes anak sekolah dan sinyal bahaya dan di atas semuanya, bebauan adalah pernyataan mengenai sesorang, siapapun dia. Artinya disini bahwa penciuman bisa mendefinisikan individu ataupun kelompok, sebagaimana indera yang lain, dan penciuman juga bisa menjadi perantara bagi interaksi sosial.
Kontradiktif terhadap beberapa pernyataan di atas bahwa secara mengejutkan, 57% dari total 182 sampel mahasiswa menyatakan lebih memilih kehilangan indera penciuman mereka dibanding indera yang lainnya. Beragam alasan pun diberikan, mulai dari penciuman relative tidak penting, kecuali menginformasikan bau roti gosong, penciuman terkait dengan alergi, sinus dan sebagainya, sehingga tidak merasa begitu kehilangan jika indera ini tak ada.
Di samping itu pula, organ penciuman dipandang rendah oleh karena sedikitnya kosakata yang khusus bagi penciuman. Penciuman hanya mengenal kosakata enak atau tidak enak, harum atau bau dan juga netral. Bila kita bandingkan dengan indera pengelihatan, ia akan tergantung dari intensitas cahaya yang masuk ke retina, sehingga bisa membedakan warna. Indera pengecapan memiliki 4 bentuk rasa yaitu : manis, asam, asin , pahit. Indera suara memiliki satuan ukuran kencang rendahnya suara, tergantung vibrasi yang tercipta dari sumber bunyi, yang disebut Decibel (db). Indera sentuhan ditentukan oleh temperatur, ambang rasa sakit, tekanan, dan respon kulit terhadap listrik dan variabel lainnya. Namun, tentang indera penciuman, tidak ada konsesnsusnya. Yang dibutuhkan disini hanyalah penghayatan semata.
Jika kita melihat ke belakang, maka tidaklah mengherankan apabila sebagian orang memandang remeh indera penciuman ini. Aristoteles, pada jaman dahulu telah mengembangkan suatu hierarki indera yang sangat jelas :
“di bagian atas terdapat indera pengelihatan dan pendengaran, karena bisa melihat kecantikan dan mendengar musik yang dapat membimbing menuju Allah.
di bagian bawah terdapat indera cita rasa dan sentuhan hewani, yang kerap kali disalah gunakan oleh kerakusan dan nafsu yang menjauhkan manusia dengan Tuhan.
penciuman berada di antara kedua bagian ini. Ia tak dapat disalahgunakan, juga tak dapat memimpin menuju Tuhan.”
Masih cukup banyak beberapa tokoh pada jaman dahulu yang menolak dan meremehkan keberadaan indera penciuman. Termasuk Helen Keller yang sejak usia 19 bulan mengalami buta tuli. Ia menyatakan indera penciuman sebagai “malaikat jatuh”, tetapi menekankan “keagungan indera yang telah kita tolak dan remehkan ini”. Mengapa malaikat jatuh, mungkin saja dapat diartikan sebagai anugerah Tuhan kepada dirinya untuk dapat melanjutkan hidup, dan selanjutnya ditolak atau diremehkan. Tetapi, mau tidak mau, penciuman itulah aset “berharga” yang ia miliki selain mungkin sentuhan untuk dapat memaknai segala yang terjadi di sekitarnya.
Secara fisiologis, penciuman adalah indera yang sangat kuat. Dengan latihan, seseorang yang sehat akan mampu mendeteksi antara 10 sampai 40.000 bau yang berbeda. Sementara para ahli seperti ahli parfum atau pencampur whiski, dapat membedakan hingga 100.000 bau. Statistic ini memang tidak mutlak dan sulit dibuktikan kebenarannya. Bagaimanapun juga, dari sana dapat dilihat betapa penciuman pun memiliki peranan penting secara fisiologis, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meniadakan indera yang satu ini.
Penciuman juga sering diasosiasikan dengan memori. Pengalaman–pengalaman yang terjadi pada masa lalu sering kali terbangkit ketika seseorang mencium bau yang khas. Dan sebaliknya pula, ketika seseorang mencium sesuatu, memorinya akan jauh melenggang ke masa lalu dimana bau-bauan itu pernah ia rasakan sebelumnya. Seperti yang dialami oleh Gilbert dan Wycoski ( 1987 : 524 ), salah satu penciuman favoritnya adalah bau pupuk kotoran sapi. Bau tersebut membawanya pada liburannya yang indah di tempat sang bibi di Ohio selatan saat masa kanak-kanak dulu. Mungkin inilah yang oleh Hellen Keller dikatakan sebagai “penyihir kuat” karena mampu membawa kita melintasi ribuan mil dan tahun-tahun yang telah dilewati karena teringat dengan bebauan tadi.
Ada satu hal menarik yang dapat dipetik dari pernyataan Gilbert dan Wycoski, dimana bau pupuk kotoran sapi itu menurut mereka harum karena menimbulkan memori yang indah. Ini menunjukkan bahwa bau fisik dan realitas metafisik secara simbolis saling timbal balik, dimana saat-saat yang baik sama dengan bau-bauan yang enak. Karena itu, bau-bauan sering kali dievaluasi sebagai positif atau negatif berdasarkan konteks yang diingat. Dengan demikian, makna dari bau-bauan ekstrinsik dan terkonstruksi secara individual atau sosial.
Indera Penciuman dalam Dunia Seni, sebuah resensi selengkapnya
by admin | Dec 5, 2011 | Artikel, Berita
Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
PENDAHULUAN
Dewasa ini komputer adalah suatu sarana yang sangat penting dalam dunia kerja, hampir setiap kantor baik pada kantor pemerintah atau kantor swasta, lembaga pendidikan, tingkat rumah tangga atau dunia usaha pasti dijumpai komputer. Pada awal munculnya alat ini, komputer hanya digunakan sebagai sarana untuk pengolahan data. Seiring dengan perkembangan teknologi, sekarang ini komputer juga mengalami kemajuan, yaitu sebagai sarana informasi yang sangat cepat, murah, dan mudah yang tidak dimiliki oleh fasilitas informasi lainnya seperti telepon, fax maupun via pos. Dapat dikatakan bahwa komputer adalah suatu sarana yang dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas baik dalam menyelesaikan tugas (mengolah data) maupun untuk memperoleh informasi.
Seperangkat komputer yang paling sederhana terdiri dari Layar Monitor, CPU, Keyboard, Mouse, dengan seperangkat unit ini kita sudah bisa melakukan aktivitas mengetik. Untuk bisa mengunakan seperangkat komputer tersebut dengan nyaman dan aman maka letak dari bagian-bagian komputer ini harus diatur sesuai dengan fungsi dan disesuaikan juga dengan pengguna atau operator. Desain workstasion VDU yang ergonomi atas dasar ukuran antropometri pemakai akan dapat menurunkan keluhan Occupationl Ceruicobbrachial Syndrome (OCS) yang biasanya dialami para penguna komputer termasuk mereka yang memakai kacamata bifokal. Keluhan lain yang biasa digunakan oleh pengguna komputer adalah kelelahan pada mata akibat dari lamanya menatap layar monitor atau bisa juga akibat dari posisi monitor yang tidak sesuai kondisi dengan pemakai.
Posisi ketinggian monitor yang baik adalah sejajar garis mata dengan sudut penglihatan 200. Penelitian Ardana (2005) menyatakan bahwa penggunaan monitor di bawah meja menyebabkan kelelahan mental dan keluhan muskuloskeletal operator komputer lebih berat daripada monitor di atas meja. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan monitor yang sejajar dengan garis mata dapat mengurangi keluhan yang biasa dialami operator. Para pemakai kacamata bifokal juga menggunakan posisi monitor yang sejajar dengan garis mata sehingga pada saat melihat ke layar monitor posisi kepala diangkat ke atas dan mendongak. Sikap ini dilakukan karena untuk melihat ke monitor lensa yang digunakan adalah lensa plus yang posisinya berada di bawah.
Sikap kerja para pemakai kacamata lensa bifokal yang melakukan aktivitas mengetik dengan posisi monitor sejajar garis mata dan saat melihat ke layar monitor posisi kepala mendongak, dan sikap seperti ini dilakukan selama mengetik. Dengan sikap kerja yang demikian maka akan dapat menimbulkan suatu masalah akibat dari peralatan atau sarana tidak sesuai dengan kondisi manusia sebagai pengguna. Apabila dilakukan dalam kurun waktu lama akan menimbulkan kelelahan dan apabila dilakukan secara terus menerus akan mengakibatkan stress. Untuk menghindari kelelahan akibat dari sikap yang tidak alamiah tersebut, maka peralatan tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan dan tubuh manusia. Bekerja dengan sikap yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai keluhan diantaranya adalah timbulnya berbagai keluhan, kelelahan, bahkan kecelakaan. Menurut Carayon (1995), untuk mengurangi keluhan–keluhan dari penguna komputer, dapat dilakukan dengan memperbaiki desain kerja, memperbaiki penampilan sistem komputer.
Dari pengamatan pendahuluan yang dilakukan terhadap pengguna komputer yang memakai kacamata lensa bifokal dan yang sudah biasa melakukan aktivitas mengetik dengan komputer dengan posisi monitor sejajar dengan garis mata, sehingga posisi kepala saat melihat ke layar monitor mendongak. Setelah melakukan aktivitas mengetik dalam waktu yang cukup lama banyak yang mengeluhkan pegal pada leher belakang. Hal ini diakibatkan saat melihat ke layar monitor dengan ketinggian monitor sejajar dengan garis mata sehingga untuk melihat ke layar monitor leher diangkat sehingga mendongak, karena lensa yang biasa dipergunakan untuk melihat layar monitor berada di bagian bawah. Untuk memperbaiki sikap tersebut maka salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan menyesuaikan posisi ketinggian layar monitor. Dalam penelitian ini dilakukan perbaikan dengan menurunkan posisi ketinggian monitor dari posisi standar yaitu berada di bawah garis mata dengan cara melepaskan bagian bawah atau poros dari komputer. sehingga posisi monitor berada dibawah garis mata operator. Dari perbaikan ini hasil yang diperoleh diharapkan dapat mengurangi keluhan subjektif para pengguna komputer yang menggunakan kacamata lensa bifokal.
METODE
Observasi: dengan mengamati langsung para penggunaan komputer yang menggunakan kacamata bifokal.
Untuk mengetahui keluhan subjektif : diberikan kuesioner kelelahan mata modifikasi yang terdiri dari 10 item dengan menggunakan empat skala likert.
Untuk mengetahui keluhan muskoloskleletal diberikan kuesioner Nordic Body Map modifikasi empat skala likert.
PEMBAHASAN
Tinjauan Ergonomi
Ergonomi adalah suatu ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem,organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman, efisien dan produktif dengan memanfaatkan tubuh manusia secara optimal dan maksimal (Manuaba, 2000).
Terdapat tiga hal penting yang mendasar untuk mencapai kondisi kerja yang ergonomi yaitu:
- Ergonomi menitik beratkan manusia sebagai center (human-centered), yaitu dalam ergonomi manusia merupakan fokus/ hal utama yang harus diperhatikan, akan mesin atau peralatan. Dalam mendisain atau redesain suatu peralatan, harus selalu mempertimbangkan manusia sebagai pengguna peralatan tersebut.
- Ergonomi membutuhkan bangunan sistem kerja yang terkait dengan pengguna. Dalam hal ini bahwa mesin dan peralatan yang merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan performen manusia.
- Ergonomi memfokuskan pada perbaikan sistem kerja. Dimana dalam suatu proses disain atau redesain harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan kelemahan masing-masing individu.
Dalam pendekatan ergonomi yang diutamakan adalah keseimbangan antara kemampuan tubuh manusia dan tugas kerja. Kemampuan tubuh seseorang tergantung dari karakteristik seseorang (yang berkaitan dengan faktor-faktor usia, jenis kelamin antropometri, pendidikan, pengalaman, status, agama/ kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh).
Faktor-faktor tuntutan tugas antara lain meliputi:
Dalam perancangan stasiun kerja dengan mempergunakan komputer maka penerapan ergonomi sangat diperlukan sehingga tercipta keserasian antara manusia dengan sistem kerja, agar tidak terjadi suatu sikap paksa atau tidak alamiah.
Peralatan Komputer
Komputer adalah seperangkat peralatan yang terdiri dari monitor, CPU, Keyboard, dan mouse. Peralatan kerja ini termasuk paling minimal yang sudah bisa dipergunakan untuk mengetik. Pada saat mengetik pemakai selalu berhadapan dengan layar komputer. Monitor merupakan display yang ditampilkan yaitu berupa sumber informasi sesuai dengan kontrol yang diinginkan atau ditekan oleh pemakai. Menurut Jaschinski-Kruza, 1991, penggunaan layar monitor pada pekerja dengan Visual Display Unit biasanya memerlukan jarak pandang yang berkisar pada jarak 50 cm sampai 90 cm (rata-rata 74cm) untuk kenyamanan operator sendiri.
Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I, selengkapnya
by admin | Nov 30, 2011 | Berita
Kiprah Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar di tingkat internasional bukan sekedar wacana. Pada hari selasa (29/11) bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar sejumlah 86 delegasi Asean Regional Forum Heads of Defense Universities, Colleges, and Institusions Meeting (HDUCIM) hadir mengunjungi kampus ISI Denpasar. Sebagian dari delegasi merupakan tamu VIP Jenderal-Jenderal yang berasal dari masing-masing universitas pertahanan di negaranya Para delegasi disuguhi beberapa tarian yakni Selat Segara, Jauk, Legong Kuntul, Satya Brasta, dan Barong, dimana sebelum pementasan, Rektor ISI Denpasar Prof Dr. I Wayan Rai S, MA beserta I G.A. Srinatih, SST., M.Si memaparkan lecture demo tari dan tabuh yang mendapat sambutan meriah seluruh delegasi.
Sementara menikmati suguhan yang diberikan, salah satu delegasi yakni Kolonel Rujito yang juga merupakan ketua program Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan Indonesia (unhan) mengungkapkan HDUCIM yang merupakan pertemuan 2 tahunan ini tidak hanya membahas tentang pengembangan pendidikan tetapi juga pengenalan tentang seni budaya Indonesia dan untuk tujuan tersebut delegasi diajak mengunjungi ISI Denpasar. Meeting tingkat Asia Pasifik ini diselenggarakan mulai dari 29 November hingga 2 Desember, dimana pada 29 november pagi hari, ISI Denpasar juga turut mengisi acara pembukaan di Hotel Kartika Plaza Kuta dengan membawakan tarian Pendet dan Oleg Tamulilingan.
Usai menikmati berbagai suguhan tarian di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, delegasi diarahkan untuk mengunjungi gedung Latta Mahosadi yang juga menyimpan berbagai gamelan dan instrumen bali, dan juga menyaksikan tatacara pembuatan instrument tersebut, para delegasi sangat antusias menjajaki seluruh gedung baik di lantai satu maupun lantai dua. Kunjungan terakhir adalah gedung Kriya Hasta Mandala yang merupakan gedung pameran fakultas Seni Rupa dan Desain, menampilkan berbagai karya seni hasil dari mahasiswa ISI Denpasar.
Dalam kesempatan terpisah saat Rektor Universitas Pertahanan Indonesia Letjen Purnawirawan Dr. Syarifudin Tippe, M.Si mengungkapkan bahwa sangat gembira bisa berkunjung ke Kampus ISI Denpasar serta menyatakan bahwa seni dan budaya memiliki kaitan erat dengan pertahanan dan hal itu tidak pernah terpikir sebelumnya. Kemudian Prof.Rai mengungkapkan terimakasih telah bersedia meluangkan waktu mengunjungi ISI Denpasar serta menikmati suguhan kesenian yang diberikan.
by admin | Nov 30, 2011 | Berita
Hari selasa 29 November 2011 ISI Denpasar mendapatkan kehormatan untuk menyambut kunjungan dari Universitas Pertahanan se-Asia Pasific. Disela-sela kesibukan Fakultas Seni Rupa melakukan seminar dan worshop FSRD juga berpartisipasi menyambut kunjungan dari Universitas Pertahanan Se-Asia pasific dengan menggelar Pameran Karya dan Demo Karya bekerja sama dengan para mahasiswa.
Disela-sela kunjungan tersebut para tamu juga menyempatkan waktu untuk mengujungi Pameran dan Demo Karya seni yang dilakukan oleh Mahasiswa FSRD ISI Denpasar di Ruang Pameran ISI Denpasar. dalam kunjungan tersebut tamu disambut oleh Pembantu Dekan I Bapak Olih Solihat Karso dan jajarannya beserta seluruh dosen dan pegawai. Dalam Kunjungan tersebut para tamu sangat antosias dalam melihat karya seni dan demo karya yang dilakukan oleh mahasiswa FSRD ISI Denpasar.

