ISI BALI Gelar Seminar Internasional Bali-Bhuwana Waskita V 2025

Aug 4, 2025 | Berita

Refleksi 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer

Foto: Seminar Internasional Bali-Bhuwana Waskita V 2025 bertema Pram–Bhuwana–Prana “Pramoedya–World–Paradigms” (Reflecting 100 years of Pramoedya Ananta Toer)  di Ruang Kirtya Sabha Mahottama, Selasa (29/7).

Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) menyelenggarakan Seminar Internasional Bali-Bhuwana Waskita V 2025 bertema Pram–Bhuwana–Prana “Pramoedya–World–Paradigms” (Reflecting 100 years of Pramoedya Ananta Toer)  pada Selasa, 29 Juli 2025, di kampus ISI BALI. Seminar ini digelar sebagai bentuk penghormatan atas 100 tahun tokoh sastra legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.

Bali–Bhuwana Waskita V 2025 merupakan program kolaboratif antara ISI BALI, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Korea, dan Korea Association of Malay-Indonesian Studies (KAMIS). Melalui tema “Pramoedya’s Earth,” seminar ini mengundang para akademisi, seniman, dan penulis dari berbagai penjuru dunia untuk mengkaji karya, ideologi, persona, dan perjuangan Pramoedya dari berbagai sudut pandang.

Ketua Senat ISI BALI, Dr. Ni Made Arshiniwati, SST, M.Si. dalam sambutannya mengatakan Dikenal sebagai sastrawan terbesar Indonesia di abad ke-20, karya-karya Pramoedya mengangkat tema besar tentang kemanusiaan, perjuangan, dan keadilan sosial. Karismanya sebagai penulis dan pemikir tercermin dalam kekuatan narasi yang telah diterjemahkan ke lebih dari lima puluh bahasa asing. Seminar ini menjadi ruang diskusi dan refleksi atas warisan intelektualnya yang terus relevan di masa kini. “Kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang ilmiah, tetapi juga menjadi upaya membangun dialog lintas budaya dan lintas disiplin mengenai pemikiran kritis yang melekat pada figur Pramoedya,” ujarnya.

Seminar dibuka dengan pemutaran video dari Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon, yang menyampaikan pidato kunci (keynote speech). Sejumlah pembicara undangan yang hadir dalam sesi pleno, antara lain Prof. Dr. Qie Lisha dari Peking University, Tiongkok; Prof. Dr. Koh Young Hun dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea; Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana dari ISI BALI, Indonesia; serta seniman pertunjukan dan pendiri Titimangsa Foundation, Happy Salma.

Prof. Dr. Qie Lisha dari Peking University memaparkan bahwa karya Pramoedya Ananta Toer telah banyak dikenalkan dalam sejarah sastra Indonesia di Tiongkok melalui berbagai publikasi penting. Ia menyoroti kontribusi Prof. Liang Liji yang menulis History of Indonesian Literature (2003), buku paling awal dan komprehensif di Tiongkok, yang mengidentifikasi dua ciri utama karya Pram: semangat nasionalisme dan pandangan kemanusiaan.

“With accelerating cultural diplomacy between China and Indonesia, Pramoedya studies are poised to attract heightened attention from a new generation of scholars. It is strongly anticipated that in the near future, Pramoedya studies in China will produce more significant academic contributions, offering new and creative insights into Indonesian literature and society (dengan semakin cepatnya diplomasi budaya antara Tiongkok dan Indonesia, studi tentang Pramoedya diperkirakan akan menarik perhatian lebih besar dari generasi baru para akademisi. Diharapkan kuat bahwa dalam waktu dekat, studi Pramoedya di Tiongkok akan menghasilkan kontribusi akademik yang lebih signifikan, serta menawarkan wawasan baru dan kreatif tentang sastra dan masyarakat Indonesia),” ujar Prof Qie Lisha.

Dalam paparannya, Happy Salma mengisahkan bagaimana perjalanan seninya di dunia teater tak lepas dari pengaruh karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Ia menekankan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh dari Bumi Manusia menjadi titik tolak penting dalam pengembaraan teaternya, yang dipentaskan di berbagai kota dan kembali ditampilkan dalam perayaan Seabad Pramoedya di Blora. Melalui karya seperti Bunga Penutup Abad, Namaku Pram, program audio Sandiwara Sastra, hingga Di Tepi Sejarah, Happy terus menerjemahkan semangat dan pemikiran Pram ke dalam berbagai medium seni. Baginya, seni pertunjukan adalah cara untuk menghidupkan kembali warisan intelektual Pramoedya serta menyuarakan kebenaran, keadilan, dan sejarah yang terlupakan.

Prof. Dr. Koh Young Hun dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea, memaparkan bahwa kemanusiaan merupakan inti dari karya dan pemikiran Pramoedya Ananta Toer. Seperti halnya Han Kang, sastrawan Korea peraih Nobel Sastra 2024, yang menulis dari cinta terhadap manusia dan sejarah bangsanya, Pramoedya juga menciptakan karya-karya yang berpijak pada simpati terhadap rakyat kecil, penolakan terhadap kolonialisme, ketidakadilan sosial, dan penindasan terhadap perempuan.

Melalui tokoh-tokohnya dalam Perburuan, Keluarga Gerilya, hingga tetralogi Bumi Manusia, Pramoedya menampilkan nilai-nilai humanisme, penolakan balas dendam, serta perlawanan terhadap sistem feodal dan penjajahan. Koh menyebut bahwa karya-karya ini tidak sekadar memotret sejarah, tapi juga menawarkan pandangan baru—membangkitkan kesadaran pembaca tentang martabat dan kemerdekaan manusia Indonesia.

Rektor ISI BALI, Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana menyampaikan materi berjudul The Earth and Humanity Exhibition (Pram–Bhuwana–Patra) A Process of Transposing Discourse and Creative Experience. Pameran ini mentransformasikan gagasan-gagasan Pramoedya Ananta Toer ke dalam karya seni visual lintas medium sebagai bentuk refleksi atas isu kemanusiaan, ketidakadilan, ekologi, dan perlawanan terhadap patriarki dan kolonialisme. Tokoh-tokoh seperti Nyai Ontosoroh dan Minke dijadikan simbol perjuangan, kebebasan berpikir, dan identitas dalam konteks sosial kekinian.

Selain pembicara utama, seminar ini juga menghadirkan 27 pemakalah dari kalangan dosen dan akademisi, baik dari universitas dalam negeri maupun luar negeri, yang terlibat dalam sesi panel call- for-papers. Sesi ini dibagi ke dalam 3 tema bahasan, yakni Re-reading Pramoedya’s Activism / Pramoedya and Nation, Re-reading text of Pramoedya/ Pramoedya and His Word, dan Re-Imagining of Pramoedya/ Pramoedya and Beyond.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan monumental ini, ISI BALI juga menggelar Bali–Bhuwana Rupa V 2025, sebuah pameran seni rupa internasional yang mempertemukan karya-karya seniman kontemporer dari Indonesia dan berbagai negara. Pameran ini menghadirkan tafsir visual atas pemikiran Pramoedya, bukan sekadar ilustrasi karya sastra, melainkan pembacaan ulang secara artistik terhadap gagasan-gagasannya yang progresif dan visioner. (ISIBALI/Humas)

Categories

Pengumuman

Loading...