Konteks Marginalisasi Terhadap Perempuan dalam Film ‘Kartini”

Dec 27, 2020 | 2020, Artikel

Kiriman : Ni Kadek Dwiyani (Jurusan Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)

Abstrak

Film “Kartini” (2017) besutan sutradara Hanung Bramantyo dapat disebut sebagai satu karya apresiasi terhadap perjuangan perempuan di Indonesia. Kartini sebagai salah satu sosok pahlawan perempuan Indonesia yang berjuang atas hak-hak perempuan di Indonesia sehingga layak disebut sebagai lambang perjuangan atas marginalisasi terhadap perempuan. Penokohan sosok Kartini sebagai perempuan keturunan bangsawan memiliki daya tarik tersendiri pagi penonton. Kodrat seorang perempuan dalam budaya yang melekat pada Kartini sebagai putri dari keturunan bangsawan seringkali menghadapkan dirinya pada situasi dimana benturan budaya dan logika yang dimilikinya memunculkan konflik batin, yang cenderung membuatnya dianggap sebagai anak yang berani melanggar aturan dalam keluarganya. Sosok Kartini memang tidak digambarkan sebagai sosok perempuan yang hanya diam ketika ia dihadapkan pada situasi dimana “haknya” sebagai seorang manusia tidak pernah diperhitungkan. Namun, perlakuan terhadap perempuan yang ia rasakan pada saat itu, membuatnya tergerak untuk memiliki kekuatan sendiri untuk berani menyuarakan apa yang ia inginkan atas hidup dan kodratnya sebagai seorang perempuan sehingga mampu dianggap sama dengan laki-laki. Konteks marginalisasi yang muncul dalam film “Kartini” banyak dipengaruhi oleh faktor budaya dan pola pikir yang berlaku dalam suatu system kemasyarakatan yang saat itu masih sangat tertutup untuk memberikan ruang gerak yang sama terhadap perempuan, jika dibandingkan dengan kaum laki-laki saat itu. Perjuangan sosok Kartini dalam film ini, digambarkan memiliki keinginan yang sangat kuat untuk berjuang atas marginalisasi terhadap perempuan di era itu melalui pemikiran-pemikiran cerdas yang ia miliki. Perjalanan hidup sosok “Kartini” dalam memperjuangkan persamaan hak dan martabat perempuan Indonesia setidaknya mampu diperdengarkan kepada khalayak luas, sehingga film “Kartini” dapat difungsikan sebagai media eduakasi bagi kaum perempuan yang saat ini masih mengalami ketidakadilan dalam konteks marginalisasi, untuk lebih berani memperjuangkan hak-hak yang memang seharusnya mereka peroleh.

Kata Kunci: Kartini, Perjuangan Perempuan, Marginalisasi

Selengkapnya dapat unduh disini

Berita Terkini

Tiga Program Studi ISI BALI Raih Akreditasi Internasional AQAS

Tiga Program Studi ISI BALI Raih Akreditasi Internasional AQAS

Foto: Para Panel Ahli AQAS melaksanakan Visitasi Akreditasi Internasional di ISI BALI (saat itu benama ISI Denpasar) pada tanggal 27 s.d. 29 Maret 2024. Rektor ISI BALI Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada...

PROGRAM STUDI MUSIK ISI BALI MEMPERSEMBAHKAN “ UNITY CONCERT“

PROGRAM STUDI MUSIK ISI BALI MEMPERSEMBAHKAN “ UNITY CONCERT“

DENPASAR – Program Studi Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali dengan bangga mempersembahkan UNITY CONCERT, sebuah konser orkestra mahasiswa yang menampilkan hasil pembelajaran lintas semester, sekaligus memperkuat jejaring kolaborasi...

Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana Resmi Jadi Rektor ISI BALI

Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana Resmi Jadi Rektor ISI BALI

Foto: Prof. Dr. I Wayan 'Kun' Adnyana, S.Sn., M.Sn. dalam acara Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Rektor ISI BALI, Kamis (6/3). Prof. Dr. I Wayan 'Kun' Adnyana, S.Sn., M.Sn dilantik sebagai Rektor Institut Seni Indonesia Bali (ISI BALI) Periode 2025-2029 oleh Menteri...

Loading...